Part 8

20.5K 1K 19
                                    

Happy Reading Guyssss!

Adzan subuh mulai berkumandang, panggilan sholat itu menjadi alarm bagi sepasang suami istri yang masih tertidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.

Devita sebenarnya sebelum adzan pun sudah bangun. Namun karena perutnya yang sakit, membuat niatnya untuk bangun menjadi tertunda. Sepertinya sudah masuk jadwal haidnya, karena memang sakit perut kali ini berbeda dengan sakit perut biasanya.

Karel yang mendengar suara lantunan adzan masih berkumandang, secara perlahan membuka matanya, menyesuaikan cahaya remang-remang dari lampu tidur yang masih menyala.

"Dev bangun, ayo sholat dulu." Karel mengelus lengan Devita.

"Sakit rel." bukannya menjawab ajakan Karel, Devita justru merintih dengan satu tangan memegang lengan Karel dan tangan satunya lagi memegang perutnya.

Mendengar rintihan istrinya, Karel terkejut dan langsung duduk.

"Kenapa? Apanya yang sakit?." tanya karel sambil mengusap rambut istrinya.

"Aku haid deh kayaknya, sakit banget dari tadi." jawab Devita yang masih setia memejamkan matanya menahan sakit.

"Ya udah sebentar aku ambilin paracetamol dulu." Karel segera bergegas menuju dapur untuk mengambil obat yang biasa Devita minum ketika haid.

Sembari menunggu Karel yang tengah menyiapkan obat, Devita dengan perlahan beranjak menuju kamar mandi saat dirasa sakitnya sudah sedikit mereda.

Devita ingin mandi sebentar untuk membersihkan noda darah dan memakai pembalut yang sudah ia stok sejak beberapa minggu yang lalu.

Saat keluar dari kamar mandi, tiba-tiba rasa sakit itu menyerang perutnya kembali. Mau tidak mau, akhirnya Devita berjongkok di depan kamar mandi sembari memegang perutnya. Ini lah yang Devita tidak suka ketika haid, pasti saat hari pertama sangat amat melelahkan.

"Lah Dev, kamu ngapain disitu? kalo masih sakit jangan kebanyakan gerak, tunggu aku aja kalau mau ngapa-ngapain." omel Karel yang kaget melihat istrinya yang kembali memeringkuk dengan posisi berjongkok di depan pintu kamar mandi.

Devita langsung mengacungkan telunjuknya di atas kepala seolah memberi peringatan kepada Karel untuk diam, "Shutt, kamu jangan ngomel-ngomel deh, nanti aku pindah sendiri, kalo aku gerak sekarang yang ada malah tambah sakit. Mending kamu sholat."

"Gapapa aku tinggal sholat?." tanya Karel meyakinkan Devita.

Devita hanya memutar bola matanya malas. Memangnya dia kenapa? dia hanya nyeri haid, bukan sakit parah yang perlu bantuan di setiap saat.

"Iya udah sana."

Karel langsung berjalan melewati Devita menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah selesai, ia sudah tidak melihat Devita di depan pintu, melainkan sekarang ia malah melihat Devita tengah menggelar sajadah dan menyiapkan sarung dan peci untuk Karel sholat. Idaman bukan istrinya?.

"Itu langsung diminum obatnya mumpung sakitnya udah ilang." ucap Karel sambil menunjuk nampan yang berisi tablet paracetamol dan juga air putih di atas nakas.

"Iya."

"Gak usah masak, nanti makan sereal aja kalo gak roti."

"Iya."

"Langsung tidur, nanti aku bangunin kalo Vano udah bangun."

"Iya."

"Ga usah ma-."

"Iya Karel, udah deh buruan sholat, dari tadi ngomong mulu." sela Devita yang kesal karena Karel tak kunjung berhenti berbicara sejak tadi.

Karel yang mendengar nada sewot Devita langsung diam dan mulai melaksanakan sholat.

Rahasia DeKaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang