Happy Reading Guys
Rencana hanyalah rencana, nyatanya tugas Karel di perpanjang hingga sepuluh hari. Namun hari ini adalah hari ke sepuluh Karel bertugas, yang mana Karel akan pulang sore ini dengan di jemput oleh istrinya sesuai dengan pembicaraan mereka melalui video call beberapa hari yang lalu.
Sesuai janjinya, saat ini Devita tengah dalam perjalanan menuju Garut untuk menghampiri suaminya.
Sementara Karel saat ini tengah bersantai ria sembari berkeliling di desa untuk menyapa penduduk desa yang tengah bekerja di kebun teh.
"Punten, pagi bapak ibu, perkenalkan saya Karel pak, bu, yang kerja di proyek bendungan di sana." sapa Karel dengan ramah menghampiri bapak ibu petani yang sedang beristirahat di saung kecil.
Para penduduk itu pun tersenyum dan mengangguk ramah, "Oh iya, mau kemana kang tumben masih pagi gini ada disini." tanya salah satu bapak-bapak yang mengenakan caping di atas kepalanya.
"Iya pak, kebetulan saya lagi nunggu jemputan, kebetulan di sana bosen gak ngapa-ngapain, jadi saya jalan-jalan aja kesini." balas Karel.
"Eh ya kadieu atuh kang, sini duduk bareng, ngobrol bareng-bareng aja biar gak bosen nunggunya." ajak salah satu bapak-bapak.
Karel mengangguk singkat lalu dirinya duduk di tempat kosong di saung tersebut, "Punten ya bapak ibu jadi ngenggangu kerjaannya."
Para orang tua itu pun tertawa mendengar penuturan Karel, "Ya engga atuh kang, kita justru emang lagi istirahat."
"Oh iya, saya kan tadi udah ngenalin nama saya nih, tapi saya belum tau nama bapak ibu." ucap Karel.
"Iya kang Karel, saya Asep, ini Maman, ini Bu Ida." ucap Pak Asep memperkenalkan dua orang yang ada di sampingnya.
"Kalau Kang Karel kerjanya bagian apa kang di proyek itu?." tanya Pak Maman penasaran.
"Saya mah cuma bantu angkat-angkat batu aja pak, sama paling bantu angkut material yang lain." jawab Karel dengan sejujur-jujurnya karena memang adanya ya seperti itu, ia tidak mau jika hanya menyuruh ini itu kepada pegawainya, namun ia juga mau untuk ikut turun langsung dalam bekerja.
"Ah masa sih kasep kasep kieu kerjaannya angkut barang." sangkal Bu Ida kepada Karel.
Karel terkekeh pelan, "Iya Bu Ida, beneran atuh da saya mah emang cuma angkut material aja, saya kurang paham kalau handle alat berat."
"Tapi kamu teh gak malu gitu, masih muda gini, kasep lagi. Tapi kerjanya di tempat yang kayak gitu. Biasanya kan seumuran kamu mah carinya kerjaan yang kantoran." ucap Pak Asep.
"Yah engga atuh pak, ngapain malu, selagi halal mah apapun bakal saya lakuin pak."
"Wih hebat ini anak muda tapi semangat kerjanya tinggi pisan dan gak malu untuk kerja kayak gitu." ucap Bu Ida kepada Karel.
Karel yang di puji seperti itu hanya bisa tertunduk dan tersenyum, ia juga bingung ingin menimpali dengan kalimat yang seperti apa. Biarlah orang berasumsi kepada dirinya sendiri. Karel kurang menyukai memamerkan apa yang ia punya, ia lebih suka bungkam dan diam akan apapun yang ia miliki.
Tak terasa tiga puluh menit telah berlalu, mereka semua asik mengobrol dan bercanda bak keluarga yang sedang berkumpul. Namun sangat di sayangkan, para petani itu harus segera kembali ke ladang untuk kembali berkebun.
Saat Karel ingin pergi meninggalkan saung tiba-tiba ada yang menghampirinya dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Punten kang Karel ya?." ucap laki-laki muda yang Karel perkirakan usianya masih belasan tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia DeKa
Teen FictionDevita, Karel dan Ivano Sebuah keluarga kecil yang bahagia, namun siapa sangka, tidak ada yang tau mereka adalah sebuah keluarga, karena memang se-epic itu mereka menyembunyikan pernikahan mereka dari hadapan publik. Jangan ada yang plagiat, dosa!