6

19 10 1
                                    

Mataku terasa berat saat aku hendak membukanya, kemudian cahaya terang menyilaukan mataku, namun pengelihatanku segera beradaptasi.

Tunggu! Apa yang terjadi?

Ah ya, cahaya seterang surga membutakan mataku, kemudian aku terpental entah seberapa jauh dan merasakan tubuhku ditimpa sesuatu. Pasti sekarang aku sudah mati dan berada di surga karena segalanya putih disini, dan juga, tempat berbaringku ini empuk sekali.

Tapi kenapa aroma surga terasa bau?

Aku hendak bangkit sebelum akhirnya merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhku. Tunggu, ini bukan surga, bagaimana bisa aku merasakan sakit di surga? Lagi pula aku banyak dosa, aku baru saja menendang kepala Hansel. Sial, aku dimana?

Aku hendak menangis dan meneriakkan nama ibu sebelum akhirnya seorang pemuda berambut kelam dan seorang wanita datang menghampiriku dengan raut panik dan lega dalam waktu bersamaan.

"Akhirnya kau bangun," kata si wanita penuh syukur.

"Kau tidak akan mengutuk kami, 'kan?" Si pemuda menceletuk.

Aksen mereka aneh.

"Stt! Aldo!" Si wanita yang kuduga Ibu si pemuda memperingatkan.

Aku merasa takut, bingung, dan sedih disaat bersamaan. Mataku berkaca-kaca dan bibirku mencebik siap menangis kencang tanpa bisa ku kendalikan.

"Eh! Jangan menangis! Maafkan aku!" Pemuda bernama Aldo itu tampak ketar-ketir.

Aku tidak mau menurutinya, jadi aku menangis. Niatnya sih ingin menangis kencang sambil menjerit-jerit, tapi kerongkonganku kering dan suaraku tak mau keluar.

"Baiklah, menangis saja sepuasnya." Dia mengendikkan bahu lalu diam menungguiku yang menangis terisak tanpa suara.

Anak kampret, setidaknya beri aku minum dong.

"Mama akan memanggil dokter!" Si Wanita berlalu pergi meninggalkanku dan anaknya di ruangan asing ini.

Tak seberapa lama kemudian, seorang wanita yang memakai luaran putih dan benda asing tersampir di lehernya memasuki ruangan bersamaan dengan Ibu Aldo. Dia mencoba menyentuh dan membuka pakaianku, jadi aku memberontak meskipun kurasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhku, terutama pinggang, bahu, punggung, dan kepalaku.

"Tenanglah, saya hanya akan memeriksa keadaan dan luka anda," ucapnya lembut, mencoba menjinakkanku.

Dia tak tampak seperti orang jahat, jadi aku menurut. Dia menanyaiku beberapa hal dan memeriksa luka di pinggangku yang ditutup dengan perban, pantas saja ada yang yang mengganjal di bagian situ, dan lukanya memang parah sehingga rasanya perih sekali. Tapi, wanita itu bilang, kalau aku akan baik-baik saja jika tidak banyak bergerak, dan aku sudah bisa pulang ke rumah--entah itu rumah yang mana. Setelah semuanya selesai, wanita itu pergi.

Sebenarnya masih banyak pertanyaan dalam kepalaku yang membuatku bingung, tapi satu hal yang dapat ku simpulkan adalah, aku tengah berada di Zhephys. Dokter di Nefaria menggunakan sihir penyembuh untuk mengobati pasien, sedangkan dokter yang baru saja kutemui sangat berbeda, dan juga, ruangan asing serba putih tempatku terbangun ini sangat bernuansa futuristik, diperjelas juga dengan perabotan-perabotan yang ada.

Entah aku harus merasa senang mengingat aku sangat ingin pergi kesini, atau malah merasa sedih? Ini membingungkan.

"Sekedar informasi, kau pingsan selama dua hari dua malam." Aldo yang sedari tadi duduk di kursi di sudut ruangan menghampiriku.

Aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Pertanyaan-pertanyaan terbesit di benakku, sebenarnya apa yang telah terjadi? Cahaya yang membuatku terpental tempo hari itu apa? Dan kenapa pemuda ini dan juga Ibunya menolongku?

WitchnologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang