22

4 1 0
                                    

Aku berada di sisi lain Zhephys. Aku selama ini selalu berada di sisi gemerlap Zhephys, tinggal di apartemen Aldo yang mewah dan selalu terang benderang sepanjang waktu baik itu siang maupun malam, makan dengan makanan enak, tidur di sofa yang empuk dengan selimut yang hangat. Namun, kali ini aku dapat melihat sisi lain Zhephys.

Kami berhasil lolos dari orang-orang yang mengejar kami--tidak! Mengejarku, lalu bersembunyi di sebuah lorong sempit dekat perkampungan kumuh.

Tempat ini gelap, lembab, dan kotor. Ini bahkan lebih buruk dari kandang sapi Jerome. Tapi apa boleh buat, aku, Mindy dan Aldo terpaksa besembunyi dan bermalam di sini.

Dan jika dikira suasana kotor dan kumuh ini dapat disamarkan dengan kehangatan persahabatan kami bertiga, itu sama sekali tak terjadi. Malahan suasananya semakin suram.

Aldo aneh sedari kemarin. Bukan aneh maksudku, tentu saja dia sedih, dia murung hampir seharian. Dia yang pendiam semakin pendiam, bahkan saat aku dan Mindy mengajaknya bicara dia hanya diam saja. Dia pasti sangat kepikiran dengan ibunya, dan pasti juga dia marah padaku...

Dia sama sekali enggan menjawab pertanyaanku, dan enggan melihat wajahku sama sekali.

Dan semalam, aku memergokinya menangis terisak tanpa suara ditengah-tengah kegelapan malam yang menyelimuti kami. Aku benar-benar ingin menghibur dan menenangkannya, aku juga ingin minta maaf karena aku tahu ini semua salahku, tapi entah kenapa aku tak bisa, kadi aku hanya bisa pura-pura tertidur. aku tahu aku terlalu pengecut, dan aku tahu dan benci itu.

"Aku lapar," keluh Mindy mengelus-elus perutnya yang keroncongan.

"Ya, aku juga," ucapku lirih. Aku mencuri-curi pandang pada Aldo yang tengah tercenung dengan punggung bersandar ke dinding berlumut di belakangnya.

"Ayo kita cari makanan?" ajaknya kemudian.

"Bagaimana caranya? Apakah orang-orang tak akan mengejar kita lagi?" aku menanggapi dengan lemas. Aku kelelahan, kelaparan, banyak pikiran, dan juga kebingungan.

Mindy menghela nafas kasar. Kami diselimuti keheningan selama beberapa saat hingga akhirnya Mindy bersuara, tampaknya ia mendapat sebuah ide.

"Teman-teman, ikut aku!" Mindy bangkit dari duduknya lau sedikit merapikan pakaian yang sudah pakai sejak kemarin itu.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanyaku yang ikut berdiri.

"Ikuti saja!" titahnya yang mulai berjalan.

Aku dan Aldo digiring keluar dari lorong kumuh itu dan pergi ke perkampungan di dekatnya. Suasana masih sepi karena saat ini langit masih gelap dengan sedikit cahaya fajar, namun kami tetap mengendap-endap berwaspada.

"Mindy sebenarnya kita mau apa?" bisikku di belakangnya.

Mindy mendesis menyuruhku untuk diam, kemudian kami berjalan lagi, mendekati sebuah rumah penduduk dengan lampu yang masih padam. Kemudian tak disangka-sangka Mindy mencomoti jemuran yang tergantung di depan rumah tersebut dengan buru-buru.

"Apa yang kau lakukan?!" tanyaku terkejut.

"Ini akan berguna." Ia menatapku dan Aldo sekilas kemudian lanjut mengambil beberapa pakaian. Setelah ia selesai, kami buru-buru berlari ke tempat yang tertutup dan sunyi.

"Kita akan ke mini market," ucapnya seraya memberikanku dan Aldo masing-masing sebuah pakaian bertudung.

"Apa? Tunggu! Kau yakin ini akan aman?"

"Kau tidak mau kita mati kelaparan kan?" ucap Mindy sesaat setelah memakai pakaian bertudung kebesaran yang baru saja kami curi.

Aku mendesah berat, namun kemudian menuruti Mindy dan memakai pakaian bertudung milikku. Melihatku yang menurut, Aldo juga mengikuti.

WitchnologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang