Keesokan harinya setelah aku sadar, aku menyetujui tawaran Aldo dan Nyonya Rose--ibu Aldo untuk tinggal sementara di kediaman mereka. Di hari itu juga aku keluar dari bangunan bernama rumah sakit tempatku tiduran kemarin dan pergi ke rumah Nyonya Rose dengan menaiki benda persegi hampir bulat yang melayang sekitar tiga puluh senti dari tanah.
Zhephys benar-benar luar biasa, sangat berbeda dengan Nefaria, di sini aku hampir tidak bisa menemukan tanah, semua permukaan bumi yang ku lihat hampir seluruhnya dilapisi semacam beton.
Bangunan serta tanaman yang tumbuh pun berbeda dengan Naferia. Jika di Naferia, bangunan yang ditemukan pastilah sederhana dan cenderung terbuat dari kayu, pohon-pohon pun banyak tumbuh entah itu di pinggir jalan atau bagian depan bangunan, di Nefaria juga masih terdapat banyak hutan. Sedangkan di Zhephys, bangunan tinggi dengan banyak kaca jendela mendominasi dan dapat ditemukan sepanjang jalan yang ku lewati saat dalam perjalanan. Tanaman di zhephys tertata rapi di pinggir jalan namun sangat sedikit hingga dapat di hitung jari. Di sini juga panas serta pengap sekali, berbeda dengan Naferia yang sejuk.
Budaya dan pakaian pun berbeda. Pakaian orang-orang Zhephys terlihat santai dan sederhana, kadang juga aku menemukan orang dengan pakaian minim bahan, kalau di Nefaria itu termasuk tidak sopan, tapi tampaknya di Zhephys adalah hal yang lumrah. Dan omong-omong, aku juga memakai pakaian orang Zhephys hari ini. Ini seperti gaun tidur selutut yang sering ku kenakan di Nefaria tapi dengan gaya dan hiasan yang lebih modern. Aldo bilang, itu adalah baju peninggalan mendiang Kakaknya.
Kepalaku pusing dan perutku mual karena terombang-ambing di kendaraan aneh yang kunaiki ini. Lajunya juga lambat karena tersendat-sendat di halangi kendaraan lain. Padahal kata nyonya Rose, rumahnya lumayan dekat.
"Berapa umurmu?" tanya nyonya Rose untuk kesekian kalinya, dia banyak bertanya tentang kehidupanku di sepanjang jalan. Yah, wajar sih, kapan lagi mereka bertemu dengan orang dari Nefaria yang tertutup, dan tentu saja sebelum aku menumpang tinggal sementara waktu, dia pastinya ingin tahu latar belakangku.
"Tujuh belas," jawabku jujur.
"Wah, Aldo! kalian seumuran." Nyonya Rose melirik anaknya yang duduk disampingnya. "Berarti kau masih sekolah?"
"Tidak." Aku jelas tahu kemana arah pembicaraan ini. Aku sekarang bingung, apakah aku harus berbohong atau berkata jujur.
"Di Nefaria umur tujuh belas tahun sudah lulus sekolah?"
"Seharusnya sih tahun depan aku lulus dari akademi sihir, tapi sayangnya aku dikeluarkan dari sekolah" Yah, pada akhirnya aku harus berkata jujur meskipun tidak menceritakannya secara detail.
"Oh, maafkan aku." Dia melirikku yang duduk di kursi di belakangnya.
"Tak apa." Aku tersenyum simpul padanya.
Setelah beberapa lama akhirnya kami sampai. Nyonya Rose membawa kendaraannya memasuki sebuah tempat bawah tanah lalu mengajakku memasuki salah satu bangunan tinggi dengan banyak balkon dan kaca jendela seperti yang kusebutkan tadi. Oh astaga aku tak membayangkan kalau aku akan masuk ke dalam bangunan seperti ini, aku ingin berteriak!
Banyak sekali pengalaman baru yang ku dapatkan hari ini, salah satunya memasuki sebuah kotak yang bisa memindahkanmu dari satu tempat ke tempat lain seperti sihir teleportasi, Aldo bilang kotak itu namanya lift. Zhephys benar-benar luar biasa.
Setelah berpindah tempat menggunakan lift, aku diajak nyonya Rose dan Aldo mengajakku ke sebuah ruangan yang terletak di dalam bangunan ini. Di dalamnya terdapat banyak perabotan seperti rumah, atau ini memang rumah? Aku kira kami cuma mampir dan rumah mereka ada di tempat lain.
"Nah, selamat datang di rumah kami, Hazel!" Nyonya Rose merentangkan tangannya.
"Rumah kalian di dalam bangunan?" celetukku.
"Ya semacam itulah. Tempat ini disebut apartemen, ada rumah-rumah lain dalam bangunan ini," jelas Aldo beberapa saat setelah mengganti alas kakinya dengan sandal.
"Ayo masuk?" ajaknya dengan menggerakkan dagu.
Aku masuk sambil mengedarkan pandangan seperti orang linglung. Isinya luar biasa, futuristik, sederhana, dan rapi, barang-barangnya didominasi dengan warna putih dan abu-abu. Aku kemudian digiring ke sebuah ruangan di dalam ruangan bernama apartemen ini, ruangannya tak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, didominasi warna putih dan abu-abu, namun sepertinya ini tempat tidur karena terdapat kasur berukuran besar disana.
"Sebenarnya ini kamar Aldo, tapi kau bisa menggunakannya," ujar nyonya Rose sambil merapikan tempat tidur Aldo.
"Lalu, bagaimana dengan Aldo?" Ku lirik Aldo yang berdiri di sampingku.
"Tak apa, aku bisa tidur di luar. Lagi pula kau sedang sakit." Aldo menunjuk ruangan yang tadi kami lewati dengan ibu jarinya.
"Tidak-tidak! Biar aku saja yang di luar." Aku mengibas-ngibaskan tanganku di depan dada.
"Kau sedang sakit Hazel, biar aku saja yang tidur di luar." Aldo bersikeras.
"Aku sudah merasa lebih baik. Lagi pula, bagiku kamar Aldo dan ruangan di luar tidak ada bedanya." Aku menatap Aldo dan nyonya Rose bergantian menunggu persetujuan mereka.
"Baiklah, jika kau tak keberatan." Nyonya Rose menghampiriku dan Aldo.
Aku tersenyum tipis lalu menggeleng. "Tidak sama sekali."
Nyonya Rose memegang bahuku. "Kau boleh istirahat sebentar disini."
Aku mengangguk.
"Mama akan mengambil camilan lalu memasak makan siang untuk kalian, tolong temani Hazel, ya?" Nyonya Rose berujar pada Aldo kemudian pergi meninggalkan ruangan.
...
Aku makan malam bersama keluarga Aldo, dan itu membuatku mengingat memori pahit beberapa hari lalu saat Ayah mengusirku dengan halus. Hampir saja aku menangis saat makan. Tapi untungnya waktu makan malam nyonya Rose dan Aldo sangat hangat, mereka mengobrol sambil makan dan sesekali tertawa, dan itu membuatku sedikit merasa iri.
"Hazel? Kenapa diam saja?" tanya nyonya Rose disela-sela mengunyah makanannya. "Apa makannya tidak enak?"
Aku mendongak. "Eh? Tidak, makanannya enak sekali." Aku tersenyum kemudian kembali menyuap.
Aku tidak berbohong, makanan Zhephys benar-benar enak dan beragam. Aku diam saja karena aku memang selalu begini, sebuah kebiasaan.
"Mama, kurasa Hazel tahu soal etiket." Aldo melirikku dan Ibunya bergantian.
"Wah, sepertinya Hazel bangsawan di Nefaria, ya?" Nyonya Rose terkekeh.
Aku ikut terkekeh. "Tidak juga, keluargaku cuma keluarga biasa, dan kami hanya menerapkan etiket saat acara formal."
"Kau harus mengajari kami lain kali." Aldo menimpali.
"Sebenarnya aku agak lupa karena sudah jarang diundang ke acara seperti itu, tapi akan kuusahakan."
"Kita tak akan kesulitan kalau suatu hari jadi orang kaya!" Nyonya Rose bersorak dengan kedua tangan memegang alat makan.
"Rumah jadi terasa ramai karena Hazel, terima kasih ya," lanjutnya sambil menatapku dengan senyuman lebar.
Jantungku berdebar, hati dan tubuhku terasa hangat, rasanya seperti sebuah keluarga. Sudah lama aku tidak merasakan perasaan seperti ini, aku telah kehilangannya sejak enam tahun lalu, dan sekarang aku seperti mendapatkannya kembali.
Diketik: 23 Februari 2021🙂👌
@hiloafffyou, 1032 kataA/N: agak mulai loyo, tapi harus semangat😩✊🏻 //terkapar di pulau Lova
Halo! Terimakasih sudah mampir dan baca work-ku^^ nih lope ( ^∀^)💗
Semoga suka yaa!Jangan lupa tinggalkan jejak apapun itu. vote, comment, kritik-saran, tambahkan ke perpustakaan, supaya cerita ini bisa lanjut^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Witchnology
FantasyWITCHNOLOGY (SELESAI) [fantasy - adventure - teenfiction] Hidup dikelilingi sihir dan keajaiban bukanlah hal yang menakjubkan lagi bagi Hazel. Itu adalah sebuah penderitaan, karena kenyataannya dia tidak bisa menggunakan sihir di negeri yang hampir...