Hari kedua setelah aku menjadi buronan rakyat Zhephys. Setelah menjadi beban keluarga, beban orang asing yang menolongku, dan mungkin beban penciptaku, aku sekarang menjadi beban negeriku karena menjadi buronan di negeri orang.
Mindy bilang, aku sedang ramai dibicarakan di LovaGram, bukan hanya aku, tapi Mindy dan Aldo juga. Orang-orang sedang mencariku untuk dibunuh karena dianggap membahayakan, dan orang-orang kaya gila sedang mengadakan sayembara senilai miliaran mata uang Zhephys untuk kepalaku.
Kata Mindy, ini semua pasti tak jauh-jauh dari hubungan tidak baik manusia biasa dengan para penyihir. Saat perang saudara sihir dan teknologi satu terjadi, para penyihir mendapat kemenangan dan dapat memisahkan diri. Tentu saja saat perang terjadi banyak timbul korban jiwa, karena populasi manusia biasa lebih banyak dari pada penyihir, tentu saja korban terbanyak adalah manusia biasa, dan sepertinya nenek moyang bangsa Zhephys memiliki dendam pada bangsa penyihir hingga pada keturunan-keturunan mereka.
"Jadi bagaimana?" tanya Mindy.
Kami bangun pada fajar hari saat langit masih gelap lagi. Kami sedang merundingkan apa yang akan kami lakukan setelah ini, dan mempertimbangkan keputusanku untuk pulang ke Nefaria.
"Aku akan tetap pulang ke Zhephys," ucapku mantap.
"Lalu, bagaimana dengan kami?" Mindy melirik Aldo yang berdiri di sampingnya.
Setelah pertengkaran kami kemarin, Aldo terus menyendiri dan menghindariku dan Mindy. Lalu malamnya, aku kembali memergokinya menangis, namun tangisannya semalam tak sama seperti malam sebelumnya, tangisannya kali ini lebih mirip orang yang frustasi karena kebingungan dan stress, kemudian paginya ia sudah tampak sedikit normal, meskipun tampak masih enggan bicara dan menatapku.
"Kalian pulanglah, tujuanku pulang adalah supaya tak melibatkan kalian dengan masalahku lebih jauh," terangku.
"Apa? Kau kan tahu bukan hanya kau saja yang jadi buronan tapi kita semua! Dan jika aku pulang, itu pasti akan membahayakan Ayah serta keluargaku!" sanggahnya tak terima.
"Jadi, kita harus bagaimana?" Aku menghela nafas berat, aku benar tak tahu harus bagaimana lagi, otakku sama sekali tak berjalan dengan semestinya.
"Kalau begitu kami akan ikut denganmu." Mindy memutuskan.
"Apa?! Ap-" Aldo hendak protes, namun Mindy keburu menyela.
"Apa? Memangnya kau mau terus-terusan sembunyi di sini? Daripada terus menerus di sini, lebih baik kita ke Nefaria sampai semuanya mereda." Mindy menatap Aldo, meyakinkannya.
"Tapi apa yang akan kita lakukan selama menunggu?" tanya Aldo.
"Jalan-jalan?" Mindy mengedikkan bahunya santai.
"Ap-"
"Kalau kau mau pulang, silahkan." Mindy melenggang pergi mengambil pakaian bertudungnya.
Aldo mendesah pasrah dengan bahu yang turun, kemudian turut mengambil dan memakai pakaian bertudungnya. Begitu juga denganku.
"Jadi, bagaimana kita akan pergi?" tanyaku kemudian.
Aldo berdehem, membuatku dan Mindy menoleh ke arahnya.
"Aku punya ide," katanya, membuatku dan Mindy mengembangkan senyum.
"Namun, sebelumnya..." sambungnya cepat-cepat sebelum diantara aku da Mindy ada yang bersuara.
"Hazel, kau bilang aku boleh melakukan apapun padamu, 'kan?" tanyanya memastikan. Seketika senyumku pudar, namun dengan cepat kunetralkan kembali ekspresiku.
"Ya," jawabku dengan percaya diri.
"Kalau begitu..." Aldo mengangkat tangannya ke udara. Aku reflek menutup mataku, bersiap dengan apa saja yang akan Aldo lakukan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witchnology
FantasyWITCHNOLOGY (SELESAI) [fantasy - adventure - teenfiction] Hidup dikelilingi sihir dan keajaiban bukanlah hal yang menakjubkan lagi bagi Hazel. Itu adalah sebuah penderitaan, karena kenyataannya dia tidak bisa menggunakan sihir di negeri yang hampir...