Aku sebenarnya agak malu memakai pakaian kurang bahan begini, tapi Mindy benar-benar memaksaku agar aku memakai pakaian yang diberikannya. Yah, jadi mau bagaimana lagi? Akhirnya aku memakai pakaian minim bahan seperti yang sering digunakan cewek-cewek Zhephys. Mungkin kalau bagi mereka ini adalah hal biasa, tapi berbeda halnya denganku yang setiap hari dituntut berpakaian tertutup.
Yah, jadi mari kita mundur sekitar dua jam yang lalu saat Mindy memaksaku memakai pakaian pemberiannya.
...
"Tada!" seru Mindy seraya menunjukan sepasang pakaian yang ia keluarkan dari tas ranselnya.
"Aku membelikanmu baju yang sama denganku." Dia menyodorkan sepasang pakaian berupa kaos lengan pendek berwarna kuning dengan luaran berwarna denim yang sangat mirip dengan yang ia kenakan namun dengan warna berbeda.
"Versi warna kuningnya," sambungnya saat aku tak kunjung merespon atau menerima pemberiannya.
Aku tertawa canggung. "Eh, Mindy tak usah repot-repot." Aku menggeleng dan melambaikan tanganku sebagai penolakan.
"Tak apa, pakailah hari ini, supaya kita seperti sepasang kembaran." Dia meletakan pakaian itu asal di atas pahaku.
Aldo tertawa tertahan. "Kembaran apanya!"
"Ih apa, sih! Kau itu tidak diajak!" Mindy melirik Aldo tajam lalu mengedikkan sebelah bahunya.
"Ayo, pakailah!" Mindy menggerakan tangan kanannya, mempersilahkanku.
Aku menggaruk tengkuk, canggung. "Bukanya ini terlalu pendek?" Aku memperhatikan Mindy dari atas kepala sampai ujung kaki, tentu saja pakaian ini sangat cocok untuk Mindy karena dia cantik dan memiliki tubuh yang bagus, pasti akan aneh kalau aku yang memakainya.
"Apa? Tidak kok." Dia memeriksa kembali pakaian yang ia berikan padaku sambil membolak-baliknya beberapa kali. "Lagi pula di pantai kan panas, dan kau harus tampak modis hari ini! Nanti aku juga akan menata rambutmu."
Aku hanya bisa tertawa canggung sambil garuk-garuk tengkuk.
"Ayo cepat! Memangnya kau akan pergi jalan-jalan pakai gamis itu?" Dia menunjuk gaun tidur selutut milik mendiang kakak Aldo. "Dan rambutmu yang digerai itu?!" Ia mendesah histeris saat menunjuk rambutku. Apakah potongan rambutku seburuk itu?
"Cepatlah!" ucapnya lagi sembari mendorong bahuku.
Mau tak mau aku menurut. Aku melangkahkan kakiku menuju ke kamar Aldo untuk mengganti baju, dan benar saja bajunya sangat pendek. Baju yang kukenakan ini seperti baju dengan luaran yang sekaligus menjadi celana juga, dan di perutnya terdapat sebuah kantung kecil. Baju ini sangat manis, namun sayang bagian yang seperti celana itu hanya menutupi hingga setengah pahaku saja.
Setelah aku berganti pakaian, Mindy menata rambutku. Awalnya aku sedikit tidak yakin karena dia berkutat dengan rambutku agak lama, dan dia sendiri hanya menggerai rambut pendek pirangnya.
"Sambutlah nona Hazel!" seru Mindy ketika aku selesai didandani.
"Wah, Hazel jadi tambah cantik!" puji nyonya Rose dengan tatapan berbinar, membuatku jadi tersipu.
"Ya, 'kan?! Awalnya aku bingung mau menata rambutnya bagaimana, tapi ternyata dikepang pun kelihatan manis sekali, dan kulitnya sehat sekali, aku jadi iri." Mindy pura-pura terisak saat melihat pahaku. Aku pun reflek menurunkan ujung pakaianku ke bawah, mencoba menutupi pahaku, namun tentu saja itu tak berpengaruh banyak.
"Aku mau ganti baju saja," cicitku yang merasa malu, terlebih Aldo memperhatikanku dengan wajah merona, memangnya aku tidak tahu apa yang dipikirkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Witchnology
FantasyWITCHNOLOGY (SELESAI) [fantasy - adventure - teenfiction] Hidup dikelilingi sihir dan keajaiban bukanlah hal yang menakjubkan lagi bagi Hazel. Itu adalah sebuah penderitaan, karena kenyataannya dia tidak bisa menggunakan sihir di negeri yang hampir...