30

4 0 0
                                    

Aku perlahan-lahan membuka mataku. Yang terlihat oleh pandanganku hanyalah warna hijau tua. Apa ini neraka? Aku berhasil mati kali ini? Tidak bau, dan tidak terasa sakit.

Ya benar, ini neraka.

"Hazel!" suara ibu terdengar.

Tunggu, ibu tidak mungkin ke neraka bersamaku! Dia adalah orang baik!

Setelah suara ibu terdengar, suara bising lainnya memasuki rongga telingaku. Aku hendak bangkit, tapi rasanya aku tidak memiliki tenaga sama sekali. Tubuhku lemas dan mati rasa.

"Hazel!" Kini wajah ibu tertangkap oleh mataku, namun kembali memburam karena air mata. Ingin sekali aku memanggil namanya dan memeluknya sekarang juga, tetapi saat ini aku benar-benar tak bisa melakukan apapun selain bernafas.

Aku selamat dari kematian lagi. Tapi tak apa, setidaknya aku bertemu lagi dengan ibu.

"Hazel, apa kau mendengar ibu, nak?" suaranya bergetar disusul dengan isakan tangis.

Ingin sekali aku mengangguk atau menjawab iya, tapi aku benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan hanya untuk sekedar terisak. Sebenarnya aku kenapa? Ibu tolong...

"Hazel!" Kali ini suara Hansel yang terdengar. Aku rindu dia, ada banyak yang ingin ku katakan. Aku ingin minta maaf. Hansel, Kakak aku rindu padamu.

Aku mencoba untuk berkedip, dan saat itu air mata yang menggenang di pelupuk mataku jatuh membasahi pipi. Kini aku bisa merasa, rasanya hangat dang basah.

"Hazel, bertahanlah, ya?" kurasakan tangan Hansel yang besar mengelus kepala serta rambutku.

Aku ingin merasakan ini lebih lama lagi, namun sayang, mataku kembali terasa berat dan kesadaranku perlahan memudar memaksaku kembali kepada perasaan hampa dan kegelapan, serta mimpi-mimpi absurd dan abnormal yang sesli menemaniku.

...

Mataku kembali terbuka. Kali ini jauh lebih ringan dari yang sebelumnya, dan yang kudapati saat pertama kali membuka mata bukan lah warna hijau tua, melainkan putih seperti saat kali kedua aku dijahili sang maut.

Bau yang kucium pun sama persis.

Hening. Yang kudengar cuma suara sayup-sayup gemuruh dan lalu lalang kendaraan yang biasa kudengar saat di Zhephys. Kenapa aku kembali ke tempat ini?

Lama aku hanya memandang sayu langit-langit, akhirnya terdengar suara pintu terbuka yang kemudian di susul dengan suara beberapa yang kukenal.

Mataku berkaca-kaca tanpa bisa ku tahan, pandanganku memburam lagi karena air mata.

Mereka mendekat, kemudian kudengar mereka menyebut namaku dan mengucap syukur berkali-kali kepada Tuhan, membuat seseorang yang ternyata tengah tertidur sedari tadi di sofa, di sudut ruangan, terbangun. Itu Ibu, Hansel, Nada dan Peter.

Aku kali ini bisa menangis dengan parau, dan mereka membiarkanku untuk menangis sepuasnya sambil sesekali mengusap tangan dan kepalaku serta menggumamkan kalimat penenang.

"I... bu...." Kutolehkan sedikit kepalaku ke arah ibu yang sama-sama sedang menangis terharu bersamaku. Akhirnya aku bisa mengucap.

"Ya, nak? Ibu di sini," jawabnya lembut seraya meraih tangan kananku yang tampak terpasangi sesuatu.

"Hansel...." Kini kutolehkan kepalaku ke arah Hansel. "Hansel, maaf." Aku kembali terisak mengingat dosa-dosaku padanya.

WitchnologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang