Epilog

8 1 0
                                    

Hazel menatap bangunan apartemen yang pernah ditinggalinya selama satu minggu bersama sepasang ibu dan anak yang menolongnya dari maut dengan cemas. Dia membuang nafas dan mendesah berat berkali-kali.

Ini sudah satu bulan semenjak ia terbangun dari komanya setelah melewati masa-masa kritis, dan dua bulan semenjak Nefaria mengakui kekalahannya pada Zhephys setelah setengah kota Harmony dan setengah kota lainnya di bombardir habis-habisan oleh Zhephys.

Kini Nefaria dan Zhephys kembali bersatu menjadi negeri kesatuan di mana penyihir dan manusia biasa hidup berdampingan.

Meskipun para penyihir mendapat sedikit diskriminasi di awal. Namun kini para manusia biasa mulai beradaptasi hidup berdampingan dengan penyihir. Apalagi kampanye yang mengatakan kalau penyihir juga merupakan manusia dan harus dipandang setara terus digaung-gaungkan. Bahkan kini Hazel dan keluarga kecilnya yang tak lagi lengkap memutuskan untuk pindah ke kota Variette.

Sebenarnya banyak pilihan lain selain kota itu, tapi Hazel bersikukuh ingin tinggal di sana entah untuk alasan apa. Yang sudah jelas, tentu saja karena teman-teman barunya.

"Ayo tuntun aku masuk!" Hansel mendorong bahu Hazel yang sedari tadi hanya berdiri dengan resah, padahal tadi dia bersikeras minta di antar ke rumah temannya.

Hazel yang sedang menggigit ibu jarinya dengan resah membalikkan badan ke arah Hansel.

Hansel menghela nafas kasar. "Dasar merepotkan!"

"Oh, Hazel!" seorang pemuda berkaos hitam yang baru saja keluar dari bangunan Apartemen langsung berlari ke arah Hazel begitu melihat gadis itu.

Hazel yang mendengar suara Aldo seketika panik dan hendak lari berbalik. "Kita pulang saja!"

"Eits! Tidak bisa!" Hansel menarik tangan Hazel dan membalikan tubuh gadis itu menghadap Aldo.

"Hazel, bagaimana kabarmu? Kau... memotong rambutmu?" Aldo memperhatikan Hazel dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan mata berbinar.

"Aku baik-baik saja." Hazel tersenyum, kegugupannya menghilang seketika begitu ia tahu Aldo sama sekali tak marah padanya, malah justru menyambutnya dengan ramah.

"Ya, apa aku cantik?" sambungnya sambil memilin rambut coklatnya yang sebelumnya panjang hingga menyentuh punggung, kini hanya setinggi bahu.

Aldo tertawa kecil. "Ya, kau cantik."

"Bagaimana dengan...." Hazel tampak ragu. "Nyonya Rose?" tanyanya takut-takut.

Aldo tersenyum lalu mengankat bahunya santai. "Mamaku baik-baik saja, kau tak usah khawatir. Mau menemui Mamaku?"

Hazel menggeleng dan melambai-lambaikan kedua tangannya di depan dada. "Tidak perlu."

Aldo tercengang ketika mendapati tangan kiri Hazel yang kini tak memiliki telapak tangan. Dia benar-benar baru menyadarinya.

"Hazel, tanganmu...?" tanyanya ragu-ragu.

Hazel memperhatikan tangannya sendiri kemudian kembali menatap lawan bicaranya. "Oh, ya, hilang." Hazel tertawa getir. "Tapi kudengar bisa diganti dengan mesin."

"Oh, ya. Pasti akan keren, penyihir dengan tangan besi." Aldo tertawa canggung.

Hazel ikut tertawa. "Ya, aku akan jadi witchnology."

Aldo mengernyitkan dahinya. "Apa itu?"

"Gabungan kata dari penyihir dan teknologi. Aku hanya mengarang." Hazel terkikik mendengar penuturannya sendiri.

"Oh, ya, bagaimana dengan sihirmu?" tanya Aldo kemudian.

"Yah, aku berlatih bersama kakakku." Hazel menunjuk Hansel yang berdiri di belakangnya. Aldo pun melambaikan tangan pada kakak laki-laki temannya itu sambil tersenyum canggung.

"Sekarang, aku bertarung dengan Mindy pun bisa." Hazel memunculkan cahaya sihir berwarna hijau serupa dengan Ayah dan kakak laki-lakinya, dari tangan kanannya.

Aldo yang melihat pemandangan itu sontak melompat kebelakang mengingat kejadian lampau di mana ia terpental karena cahaya sihir itu.

"Kau, harus berhati-hati, kami masih belum terbiasa dengan sihir di lingkungan kami." Aldo menatap orang-orang di sekitar yang menatap ke arahnya dan Hazel.

"Oh, iya." Hazel menepuk dahinya sendiri.

"Oh, ya, Aldo." Hazel berdehem, bersiap untuk mengatakan sesuatu. "Aku ke sini untuk minta maaf sekaligus juga berterima kasih padamu, maaf aku banyak merepotkanmu."

Hazel menoleh ke arah Hansel. "Hansel ayo kemari!" serunya.

Hansel pun menyejajarkan posisi berdirinya di samping Hazel.

"Ya, Aldo. Aku sangat berterima kasih karena kau telah menolong adikku," ucap Hansel penuh hormat dengan suara beratnya. "Aku akan memberikanmu apa saja yang kau mau, silahkan bilang saja, ini adalah bentuk terima kasihku," sambungnya yang kemudian sedikit menunduk, begitu juga dengan Hazel.

"Kami tidak menerima penolakan!" imbuh Hazel cepat sembari menunjukan jari telunjuknya, sebelum Aldo sempat berbicara.

Aldo tertawa canggung sambil mengusap-usap tengkuknya. "Yah, sebenarnya aku menginginkan banyak hal, tapi bisakah aku mendapatkan komputer untuk main permainan video?" Ia tersenyum malu-malu. "Oh, aku juga berpikir untuk jadi streamer!" tambahnya cepat.

Hansel mengedikkan bahunya. "Aku tidak mengerti, tapi akan kuberikan apapun untuk orang yang sudah menolong adikku." Hansel tersenyum ke arah Hazel lalu merangkul adik perempuannya itu.

"Terima kasih banyak, kak." Aldo cengengesan, ia tidak bisa menyembunyikan tampang tersipunya.

Dan seperti biasa, Hazel selalu memandang Aldo sebagai manusia imut.

"Oh, ya, Hazel, sebenarnya aku tak mengharapkan apapun darimu, tapi terima kasih." Aldo tersenyum lalu maju selangkah lebih ke arah pada Hazel. "Aku juga senang bisa menolongmu, dan aku tidak merasa menyesal sama sekali," sambungnya.

"Aku dan Mindy punya pengalaman dan petualangan seru seperti dalam permainan video berkatmu, jadi terima kasih banyak."

"Dalam otakmu itu cuma ada permainan video, ya?" cibir Hazel sinis yang kemudian disusul dengan tawa.

"Ya, begitulah, aku menantikan petualangan berikutnya." Aldo mengepalkan tangannya di depan tubuhnya tanda bersemangat.

Berbeda dengan Aldo, Hazel justru malah menghela nafas berat. "Tidak lagi, kumohon, aku sudah hampir tidak waras!"

WITCHNOLOGY

-END-

Diketik: 17 Maret 2022
@hiloafffyou, 830 kata.

A/N: akhirnyaaa, udahlah aku mau turu!! TAT

Btw, aku harus menamatkan cerita ini dalam waktu sebulan, jadi nggak semedi dulu. Jadi, maaf kalau banyak typo, tata bahasa tidak beraturan, pov bocor, ataupun plot hole yang bertebaran.

Saat aku menamatkan cerita ini belum ada yang baca ceritaku sama sekali, tapi aku yakin suatu hari ceritaku bakalan ada yang baca. Aamiin:>

Dan buat kalian yang beneran baca, baik itu yang ngasih jejak dan dukungan, ataupun yang sider, terima kasih banyak ya^^

Terima kasih sudah buang-buang waktu membaca cerita unfaedah ini. Tanpa kalian Hazel dkk cuma bakalan hidup dalam bentuk naskah.

Ya udah gitu aja. Muah.

WitchnologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang