"GILA!" Lagi-lagi, aku yang tengah menonton televisi dikejutkan oleh suara melengking seorang gadis yang dapat dipastikan itu adalah Mindy.
"AKU BENCI BANGET PADA SI KACA MATA ITU!" Mindy mengumpat entah pada siapa itu.
"Hai Hazel," sapanya lesu saat sudah berada di depanku, dia berjalan lunglai menghampiri sofa dengan bahu merosot kemudian menjatuhkan tubuhnya di sana.
Aldo berjalan sedikit tertinggal di belakang Mindy, pemuda itu tampak berjalan santai namun dengan wajah yang sama lelahnya dengan Mindy.
"Halo, apa kalian baik-baik saja?" Aku membalikkan tubuhku yang sebelumnya membelakangi sofa tempat Mindy tiduran menjadi menghadapnya.
"Tidak! Kami tidak baik-baik saja!" Mindy berteriak seraya menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangan. Sepertinya mereka benar-benar frustasi.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyaku lagi sesaat setelah Aldo meletakkan ranselnya ke sembarang arah lalu terkulai di karpet, di sampingku.
Mindy mulai tersedu tanpa air mata. "Si kaca mata itu, HUAAAAA..." ia bergerak menendang-nendang udara sampai kemudian kakinya tak sengaja menendang kepala Aldo.
"Anak setan!" ringis Aldo yang kemudian bangkit dan menjambak pelan rambut Mindy.
"Ups! Maaf." Mindy cengegesan.
Sepertinya mereka lelah dan stress karena belajar, meskipun sudah empat tahun lulus sekolah, aku masih ingat bagaimana rasanya kelelahan setelah hampir seharian belajar. Apalagi setelah pulang ke asrama, aku harus melatih kemampuan sihirku yang tertinggal, meskipun tentu saja hasilnya nihil.
Aku bangkit dari duduk dan sedikit merapikan pakaianku. "Sepertinya kalian lelah, apa kalian mau minum?" tawarku sembari memasang gestur hendak melangkah.
"Oh, ya, tentu!" saut Mindy riang menatapku.
"Terima kasih, Hazel!" timpal Aldo cepat ketika aku sudah sepertiga langkah ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas.
Aku mengambil satu botol plastik besar dan beberapa kue sisa yang dibawa nyonya Rose kemarin serta tiga buah gelas untuk kami minum, setelah itu aku kembali ke ruang tengah di mana Mindy dan Aldo tengah terbaring tanpa semangat.
"Apa yang terjadi pada kalian teman-teman?" tanyaku setelah selesai meletakan semuanya di meja.
Mindy membuka tutup botol dan menuangkan isinya ke gelas hingga penuh lalu menenggaknya hanya dalam beberapa detik.
"Kami diberi banyak pekerjaan rumah," ujarnya kemudian menyambar bolu coklat yang kubawa.
Aku hanya mengangguk-angguk mafhum.
Aldo terlihat hanya berbaring dengan punggung tangan yang ditangkupkan ke matanya.
"Aldo, apa kau tidur?" tanyaku sembari menuangkan minuman untukku sekaligus untuk Aldo juga.
"Tidak," jawabnya sekilas kemudian bangkit dan membalikkan diri lalu menerima gelas berisi minuman yang ku sodorkan padanya.
Untuk beberapa saat kami diselimuti keheningan, Aldo sibuk mangut sedangkan Mindy asyik makan, dan aku bertugas memperhatikan mereka bergantian.
Aldo kemudian menggeleng tanda sadar dari lamunannya, ia kemudian meraih tas yang berada di sofa samping Mindy dan mengeluarkan buku serta pena dari sana.
"Hei, jangan makan terus, ayo cepat kerjakan PR-nya, lalu kau pulang sana!" seru Aldo seraya membuka lembaran bukunya.
"Duh, bilang saja kau mau berduaan dengan Hazel! Perlu diingat ya, kalian itu sepupu!" Mindy memberengut, masih enggan berpisah dengan kue bolu coklat. Harus kuakui rasanya tambah enak karena dingin, aku juga terus mencomot sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witchnology
FantasyWITCHNOLOGY (SELESAI) [fantasy - adventure - teenfiction] Hidup dikelilingi sihir dan keajaiban bukanlah hal yang menakjubkan lagi bagi Hazel. Itu adalah sebuah penderitaan, karena kenyataannya dia tidak bisa menggunakan sihir di negeri yang hampir...