4.Perasaan Cinta?

25 4 0
                                    

Pukul 06.00,Aira sudah sampai di sekolah.Ia menyukai keadaan sekolah yang sepi seperti ini.Penampilannya cukup berantakan,namun ia tak peduli itu.

Ia membuka pintu kelas,sejak dulu ia selalu nomor satu untuk sampai di kelasnya.Ia meletakkan ranselnya dan menghela napas berat.

Ia melirik jam dinding yang berada di belakang kelas,masih lama untuk bel berbunyi. Aira menelungkupkan kepalanya di atas meja.Ia berniat untuk tidur sebentar.

Belum sempat menutup matanya,ada seseorang yang tiba-tiba datang ke kelasnya.

Aira mendongak perlahan,matanya bertatapan langsung dengan mata Dafin.Aira tak ada niatan untuk menyapa terlebih dahulu.Ia hanya menatap sebentar,lalu kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Ai...." Panggil Dafin.

Aira mengangkat kepalanya."Ya,kenapa?"tanya Aira.

"Surat izin" Dafin memberikan sebuah amplop,yang Aira yakini didalamnya adalah surat izin dari teman kelasnya dan di titipkan oleh Dafin.

"Surat izin siapa?" Tanya Aira sambil meraih amplop tersebut.

"Arpan" Jawab Dafin.

Aira mengangguk.Dafin tak langsung keluar kelasnya,ia malah duduk meja yang berada di depan Aira.Membuat Aira sedikit tidak nyaman.

"Tumben lo berangkat pagi" Ucap Dafin memecah keheningan diantara mereka.

"Tumben?Gue selalu berangkat pagi kalik" Jawab Aira terkekeh pelan.

"Rajin banget lo" Ucap Dafin ikut terkekeh.

"Eummm.....lo sendiri,kenapa berangkat pagi?" Tanya Aira.

"Gapapa sih,gue lagi nungguin seseorang" Jawab Dafin.Entah kenapa Aira merasakan hal aneh dalam hatinya ketika Dafin mengatakan ia sedang menunggu 'seseorang'.

"Oh" Ucap Aira seadanya.

"Pipi lo kenapa?Merah gitu" Ucap Dafin sambil menatap pipi Aira.

"Merah?Perasaan gue enggak deh,lo salah liat kali.Burem mata lo" Ucap Aira sambil memegang pipinya.

"Burem gimana,udah jelas jelas pipi lo merah" Sangkal Dafin.

"Merah apanya?Ngga ada kalik" Ucap Aira.

"Udahlah ga usah di bahas,gue mau keluar dulu" Ucap Aira lalu berjalan keluar kelas.

Dafin menatap punggung Aira yang semakin menjauh."Udah jelas banget kalo pipinya merah,masih aja ngelak"gumamnya.

Dafin mengedikkan bahunya acuh,lalu ia berjalan keluar kelas untuk menuju ke perpustakaan.

Setelah keluar kelas tadi,Aira segera menuju ke kantin."Buk beli roti ya"ucap Aira lalu mengambil beberapa roti.

"Ambil aja nduk" Ucap Bu Ningsih,pemilik kantin.

"Kamu kalo berangkat selalu pagi nduk,bahkan sama ibu lebih pagian kamu berangkatnya" Ucap Bu Ningsih sambil menata beberapa makanan ringan.

"Iya buk,Aira takut telat kalo berangkat siang siang" Ucap Aira tersenyum ramah.

"Ini ya buk uangnya" Ucap Aira sambil meletakkan uang lima ribuan di atas meja.

"Iya iya nduk taruh situ aja"

"Aira pergi dulu buk" Ucap Aira lalu pergi dari kantin.

Bu Ningsih terkadang heran,ia selalu melihat Aira berangkat pagi pagi sekali.Selalu berangkat pagi.Padahal jam masuk masih lama tapi Aira selalu datang lebih awal.

~•••~

Setelah dari kantin,Aira ingin menuju kelasnya,namun ia menemukan pemandangan yang membuat hatinya tergores sedikit.

Kebencian & KepergianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang