"Gam, masak rumah gue gak ada pintunya?" Keluh Aira, karena pintunya rusak di tabrak oleh sapi. Si pemilik sapi mau bertanggung jawab dengan mengganti pintunya, tapi tetap saja kan, masa malam ini rumahnya tidak ada pintu. Nanti kalau ada orang gila bagaimana?
"Mana pintunya mbelah jadi dua lagi." Lanjut Aira yang benar-benar heran dengan kekuatan sapi yang sedang kesurupan banteng.
Agam menahan tawanya, kenapa pintunya bisa menjadi dua? Ya mungkin karena sudah lapuk. "Kayaknya sapinya lagi ada masalah." Ucapnya.
"Tapi kasihan gak sih si Pak Jarot?Katanya dia juga di sruduk sapi." Ucap Aira.
"Sapinya punya dendam tersendiri." Balas Agam sambil tertawa lepas.Ia masih ngakak kalau ingat kejadian tadi, untungnya ia segera menyuruh Aira menutup pintunya dan menguncinya, coba kalau tidak, sudah jadi kapal pecah rumah Aira ini.
"Tapi ya Gam, untungnya lo punya feeling tepat coba kalo enggak, bisa-bisa kita juga kena korban."
"Feeling saya selalu tepat." Ucap Agam dengan nada sombong.
"Pamer nih ceritanya? Terus ini gimana? Rumah gue gak ada pintunya gitu? " Tanya Aira bingung.
"Mau di ganti sekarang pintunya?" Tawar Agam yang langsung mendapatkan anggukan dari Aira.
"Ya mau lah, masa ntar malem rumah gue ga ada pintunya, kan aneh. Tapi masalahnya, cari pintunya di mana?" Tanya Aira sewot.
"Kamu mau gak tidur di kandang sapi aja?" Apa sih, pertanyaan macam apa yang Agam lontarkan itu hah?
"Gak lo aja yang tidur di sana? Biar kelelep sama letong." Balas Aira dengan muka datar.
"Ganti pakaiannya." Titah Agam yang membuat Aira mengernyit.
"Ngapain? Lo suruh gue pake sarung gitu? Apa pake mukena?" Tanyanya sewot.
Agam tertawa lalu mengacak rambut Aira dengan pelan, "saya mau ajak kamu ke tukang mebel, masa pakaian kamu kayak gini?" Tanya Agam sambil mengamati penampilan Aira yang hanya memakai celana pendek di atas lutut dan kaos oversize.
Aira mendengus sebal, kemudian ia berjalan dengan malas untuk menuju kamar. "Pake calana panjang, jangan lupa pake jaketnya." Ucap Agam yang tak di gubris oleh Aira.
Setelah sepuluh menit, akhirnya Aira keluar dengan hoodie dan celana kulot. "Udah, ayok." Ajak Aira.
"Gak dingin?" Tanya Agam dengan bodohnya, sudah jelas Aira memakai hoodie masih saja di tanya kedinginan apa enggak.
"Dinginnnnnn banget kek di kutub utara." Balas Aira berlagak kedinginan dengan muka datar membuat Agam gemas sendiri dan sengaja memakaikan kupluk yang ada di hoodie sampai menutupi wajah Aira.
"AGAMMMMM GUE TENDANG LO SAMPE KE KUTUB UTARA." Teriak Aira karena sehabis melakukan itu, Agam berlari untuk menghindari pukulan maut dari Aira.
~•••~
"Gam..." Panggil Aira dengan tangan yang berada di saku hoodie.
Agam bergumam sebagai jawaban, dan ia sedikit menurunkan kecepatan berkendara nya."Jangan cepet cepet bawa motornya." Ucap Aira lirih tapi tetap saja Agam mendengar karena keadaan jalanan tak begitu ramai.
"Kenapa? Kamu kedinginan?" Tanya Agam padahal bukan itu sebenarnya. Aira masih ingin berlama-lama bersama Agam.
"Hmm." Jawab Aira.
Agam tersenyum dan Aira melihat itu lewat kaca spion. "Peluk saya aja." Ucap Agam.
"Hiii modus kan lo?" Ya benar kan? Agam hanya modus saja. Dan Aira juga mau, mau banget malah peluk Agam tapi ya ia agak gengsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebencian & Kepergian
Teen FictionNew Story Aira dan Agam dua insan yang di pertemukan secara tiba-tiba.Hingga keduanya mengenal lebih dalam lagi.Agam tau bagaimana hancurnya hidup Aira,tapi Aira tak tau bagaimana hancurnya hidup Agam.Bahkan kehancuran hidup Agam di karenakan olehny...