17. Noda di Tangan

12 1 0
                                    

"Agammmm gue capek sumpah."

Agam menghela nafas kasar,sudah dua puluh tiga kali Aira berbicara seperti itu,dan Agam hanya mengabaikan saja.Kenapa gadis itu mudah lelah?Padahal dirinya belum merasa lelah sama sekali.

Plak

"Hihh anjir ya lo,dari tadi diem mulu.Gue capek Agammm." Ucap Aira kesal,dan ia menabok lengan Agam guna menyalurkan kekesalannya.

"Istirahat.Kalo capek istirahat jangan kebanyakan ngeluh." Ucap Agam tanpa menatap Aira,ia fokus terhadap botol botol bekas di hadapannya.

Aira hanya diam mematung,ia menatap Agam dengan kesal.Ternyata laki laki itu menyebalkan,pikir Aira.

Agam menegakkan badannya,karena tadi sempat membungkuk untuk merapihkan karungnya."Kamu istirahat,nanti saya nyusul.Muka kamu kayak tong sampah,kusut." Ucapnya.

"Au ahh kesel gue sama lo." Ucap Aira lalu pergi untuk mencari tempat duduk.

"Saya lebih kesel,kalau kamu tidak ikut hari ini mungkin saya akan lebih banyak dapat botol bekasnya." Ucap Agam lirih sambil kembali memunguti botol bekas tersebut.

"Gue ikut lo juga karena gue pengen lari dari masalah Gam,gue capek kalo gue jalanin kehidupan gue yang sebenarnya." Batin Aira yang mendengar ucapan Agam tadi.Dengan perasaan kesalnya,Aira berjalan ke arah kursi yang berada di tepi jalan.

"Gue juga kesel anjir,kenapa gue gampang capek." Ucap Aira sebal dengan mendudukkan dirinya di kursi dengan kasar.

Ia menatap Agam dari kejauhan,tampak laki laki itu bersemangat dalam memulung.Tidak ada tanda tanda kelelahan di wajahnya.

Dalam keadaan sepi seperti ini,pikiran Aira melayang kemana mana.Bagaimana jika ia pulang nanti?Apakah ayahnya akan marah?Kalau ia tak pulang,apakah ayahnya akan mencarinya? Berbagai pertanyaan bersarang di pikiran Aira.

Kalau ia tak pulang ke rumah,lantas ia harus pulang kemana?Ia mempunyai rumah,namun rasanya bukan seperti rumah tetapi penjara.

"Mungkin kalau gue pulang nanti,tubuh gue bakal memar memar lagi." Batin Aira sendu.

Tak terasa sepuluh menit berlalu,Aira masih kalut dalam pikirannya."Jangan melamun,nanti kesurupan." Agam melambai lambaikan tangannya di depan wajah Aira.

Aira mendongak menatap wajah Agam.Perasaan bersalah menghantuinya.Ia menundukkan kepalanya dalam dalam.

"Kenapa menunduk?Saya nakutin?" Tanya Agam sambil duduk di samping Aira.

"Gam....g-gue minta maaf."

"Minta maaf kenapa?Kamu ada salah sama saya?"

"Gue udah repotin lo hari ini,gue tau kok lo kesel kan gue ikut sama lo?Gue beban buat lo kan?"

Agam tersenyum tipis."Jangan merasa bersalah,kamu tidak salah."

"Hihh lo jujur aja,lo kesel kan sama gue?"

"Iya.Tapi tidak ada gunanya juga saya kesal sama kamu,jadi saya hilangkan rasa kesal itu.Lagi pula,kamu tidak salah apa apa."

"Tuh kan gue ngeselin,ya udah deh gue minta maaf lagi." Aira mengulurkan tangan kanannya.

"Ya,saya maafin." Agam menerima uluran tangan tersebut.

"Jangan di pikirin,mending kamu pulang.Kamu belajar,besok sekolah.Jangan ikut saya terus,nanti kamu tambah sengsara."

"Mari saya antar pulang."

"Eumm gak usah, gue bisa pulang sendiri.Dan harus lo inget,gue gak sengsara ikut lo,gue bahagia bisa sama lo kayak gini.Jangan ngomong gitu."

Kebencian & KepergianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang