20. Boba Kambing

10 1 0
                                    

"Gam gue pengen keluar dari rumah sakit." Ucap Aira yang sudah sangat sangat bosan berada di sini.

"Tapi kamu belum pulih Aira." Ucap Agam sambil menyuapi Aira dengan semangkuk bubur.

"Tapi gue udah gapapa." Jawab Aira kekeuh.

"Ya udah nanti saya ngomong sama dokternya, habisin dulu buburnya." Selama Aira di rawat di rumah sakit,Agam lah yang menjaganya,bahkan pihak keluarga tidak tau ataupun mencari tau.Dan selama ini juga Agam tidak mencari botol-botol bekas,namun hanya untuk sementara.

"Gam,tapi gue ga mau pulang ke rumah." Saat mengucapkan kalimat tersebut,ekspresi Aira terlihat sangat sendu dan seperti menyimpan luka yang begitu mendalam.

"Ya udah nanti tinggal sama saya aja." Ucap Agam enteng.

"Ya terserah lo sih yang penting gue bisa neduh,bisa tidur,bisa makan."

"Kamu sudah lama meninggalkan sekolah,kapan kamu kembali bersekolah?" Tanya Agam.

"Keknya gue mau pindah sekolah aja deh Gam." Ucap Aira,sungguh ia punya keinginan besar untuk pindah sekolah.

"Saya gak ikut campur,itu urusan kamu."

Aira mencibir kesal,padahal ia minta pendapat kepada Agam namun responnya sangat tak terduga."Saya temui dulu dokternya,kalau di izinin pulang nanti saya antar kamu pulang.Kamu tunggu sini jangan kemana mana." Ucap Agam lalu melenggang pergi.

Mendengar kata 'pulang' sontak saja Aira menggelengkan kepalanya.Ingatan pada malam itu kembali menghantui pikirannya."Enggak enggak,gue gak mau pulang." Ucapnya sambil geleng geleng kepala.

Ia memeluk tubuhnya sendiri,menenggelamkan kepalanya di antara lutut dan kaki.Air matanya kembali menetes."Gue gak mau pulang Ya Allah,gue takut." Ucapnya lirih.Rumah itu penuh luka bagi Aira.

"Tolong gue gak mau pulang." Ucap Aira dengan kedua tangan yang menutup telinganya.

Agam yang baru saja datang,terkejut melihat Aira seperti itu."Aira...kamu kenapa?" Tanya Agam panik.

Aira mendongak menatap wajah Agam,reflek ia menghambur ke dalam dekapan Agam."Gue gak mau pulang,gue takut,tolong." Ucapnya terisak.

Bagai menenangkan anak kecil saja,Agam mengusap usap punggung Aira dengan lembut."Iya iya kamu gak bakal pulang ke rumah,saya tau itu rumah tapi bagi kamu itu bukan rumah.Jangan menangis lagi,cup cup cup." Ucap Agam.

"Ayo kita pulang ke rumah saya aja." Ucap Agam sembari menenangkan Aira karena kata dokter Aira sudah di perbolehkan untuk pulang.

~•••~

"Ada apa sih fin?Muka kamu dari kemarin ditekuk mulu,ada masalah sama Naya?" Tanya Tari pada anaknya,Dafin.

"Aku sama Naya baik-baik aja ma." Jawab Dafin lesu.

"Terus ada masalah apa?Cerita dong sama mama."

Dafin menghela nafas panjang."OSIS ma,berantakan."

"Berantakan gimana?Kayak apa namanya ituh circle circle an gitu?" Tanya Tari tepat sasaran.

"Bener ma,katanya keluarga tapi gak kayak keluarga,kalo keluarga tiri iya.Emang keluarga tapi ada keluarga lagi di dalam keluarga." Jelas Dafin sedikit jengkel.

"Mereka toxic ma,ga ngerti cara menghargai orang lain,dan aku yakin mereka masuk OSIS karena ingin terkenal aja bukan karena ingin memajukan sekolah." Jawab Dafin.

"Emang anak jaman sekarang kayak gitu fin,kebanyakan circle circle an.Kalo gak sama circle nya gak mau."

"Aku sebagai ketua OSIS ngerasa gagal banget jadi ketua ma,mereka susah di atur.Katanya aku ketua yang gak baik." Ucap Dafin sambil menundukkan kepalanya dalam dalam.

Kebencian & KepergianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang