CAG Part 30

19.2K 1K 74
                                    

Happy reading all 🥰

          Jangan lupa vote + comen

Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧



     (Tandai kalo ada typo!)












Hei aku udah  up niiih... Mana Spam comen nya? Vote nya juga?

Tadinya mau update kemarin. Tapi komennya masih kurang dari 300 ya udah deh update Sekarang. Hehehe..



Dua orang gadis cantik tengah berlarian untuk saling menghindar. Ah tidak hanya satu gadis yang menghindar dan gadis yang lain mengejar.

Bukan layaknya film India yang saling kejar-kejaran penuh canda tawa dan keromantisan. Tapi ini sebuah drama live tanpa scenario ataupun settingan yang penuh tanda tanya bagi siapa yang melihat. Ini drama reel.

Bahkan gadis yang mengejar sudah ingin menangis lantar yang dikejar terus mengacuhkan nya dan tampak tidak perduli pada dirinya.

"Ning! Dengarkan saya dulu!" Pekik gadis yang mengejar. Dia Laila.

Sedangkan yang dipanggil terus saja berjalan tanpa menghiraukan panggilan Laila.

"Ning Septi! Saya mohon dengarkan saya!"

Lagi-lagi gadis yang dikejar a.ka Septi terus berjalan. Entahlah dia merasa sangat kecewa lantaran dibohongi oleh Sahabatnya sendiri.

Disini dia seakan-akan menjadi wanita bodoh yang tidak tahu apa-apa, dan wanita yang selalu mengalah. Dia berfikir jika takdir tuhan sangat tidak adil untuk dirinya.

"ANA!"

Deg

Teriakan itu benar-benar mampu menghipnotis Septi. Bahkan Langkah Septi langsung berhenti begitu mendengar teriakkan yang memanggil namanya.

Laila. Gadis yang memanggil Septi dengan panggilan masa kecilnya langsung berlari mendekat ke arah Septi. Bahkan kini dia sudah berdiri di hadapan Septi yang tengah menatapnya kosong.

"Maaf sa-saya tidak bermaksud memanggil mu seperti itu. Ha-hanya saja saya terlanjur frustasi atas keterdiaman mu." Ucap Laila.

Dengan kaku Septi menatap mata Laila yang memerah. "La, aku benci mendengar nya."

Laila menunduk dia mengakui jika kali ini dia menambah masalah baru.

"Aku benci jika ada seorang perempuan yang memanggil ku Ana kecuali Kak Ima! Bukan kah kamu sudah tau itu, La?"

Laila mengangguk kaku. "Saya tidak sengaja. Panggilan itu terlontar begitu saja. Mungkin karena saya frustasi atas kemarahan mu yang tak kunjung mereda."

"Aku hanya perlu waktu, La. Aku perlu waktu untuk mendinginkan kepala ku."

"Dengan mendiamkan ku?"

Septi hanya diam.

"Sampean bahkan nggak mau denger penjelasan saya dulu. Bagiamana sampean bisa mendinginkan kepala jika sampean saja tidak tau apa yang sebenarnya terjadi."

CINTAI AKU, GUZ (END + Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang