On playing
Paris - The Chainsmokers
• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa/halo, bulan baru
😊😊😊
Rasanya sudah lama Juan tidak menginjak halaman Me Home Care, padahal ia baru beberapa minggu tinggal di rumah Niko. Ia juga lama tak mengenakan seragam biru muda kebanggaannya sejak dua tahun lalu. Langkahnya yang ringan dan tenang benar-benar terasa beda saat membuka pintu. Biasanya, ia datang dengan kekalutan tagihan bulanan atau semesteran yang makin menjadi-jadi. Akan tetapi, kali ini lain, ia berkunjung karena ingin suasana baru. Bersama Niko, tentunya.
Lelaki itu menyapa ibu petugas kebersihan yang sudah membeli sapu baru. Entah berapa kali Juan menyinggung alat tempur wanita paruh baya tersebut karena baru melihatnya setelah sekian lama. Ia kemudian berjalan menuju ruang kerja para senior--juga junior yang belum ia ketahui siapa saja--dan membagikan hasil eksperimen masakan tadi pagi bersama Ina.
"Baru kali ini kamu keliatan berbunga-bunga, Wan," singgung Santi, wanita yang melihat-lihat isi rantang yang dibawa Juan.
"Kapan lagi aku bisa begini, Mbak? Biasanya, kan, aku yang dapat jatah, sekarang gantian. Dicoba dulu, aku yakin bakal ketagihan."
"Jangan terlalu pede, nanti masuk pressure test."
"Kagak ikut kompetisi. Penilaian Mbak Santi nggak seribet Chef Juna."
Setelah puas tertawa, wanita yang celingak-celinguk itu lekas bertanya, "Niko nggak diajak?"
"Mana mungkin! Tuh, anaknya lagi main di depan."
"Kok ditinggal?"
"Ngawur, anaknya sama Bang Dwi, kok. Lagian ini juga mau nyamperin lagi. Mbak mau ikut?"
"Boleh, boleh."
Juan tak keberatan saat sang senior menggandeng lengannya dan beranjak lebih antuasias. Ia rindu suasana seperti ini. Dulu, saat pulang kuliah, ia masih bisa main-main di tempat ini sebelum berangkat ke rumah klien. Lain hal setelah menjadi pekerja full time, ia hanya bisa sesekali berkunjung, itu pun kalau Niko bisa diajak bekerja sama layaknya sekarang. Berbekal beli buku di toko yang diidamkan saat pulang beribadah di gereja dulu, ia membujuknya untuk sedikit berbelok ke tempat yang sebenarnya berbeda arah dari rumah.
"Anteng, ya," ucap Santi memuji ketenangan Niko. Ia cukup terkejut melihat betapa mudahnya Dwi--atasan mereka--memainkan lego berbentuk istana, tanpa harus cek-cok atau sejenisnya terlebih dulu.
"Kayaknya sebelum ketemu aku, Niko udah ketemu duluan sama Bang Dwi."
"Tapi untuk ukuran anak seperti dia, ini terhitung mudah akrab, lho, Wan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk the Line ✔
Teen FictionJuan tak lagi sekadar hidup setelah bertemu Niko, pengidap autisme yang baru kehilangan sosok ibunya. Hari-hari sebagai caregiver menuntunnya untuk mengenalkan dunia lama yang sempat terlupakan oleh anak itu. Melodi piano yang senada dengan perjalan...