On playing
Try Again - d.ear x Jaehyun NCT
• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa😊😊😊
Pangeran kecil yang polos dan bermandikan peluh telah terlelap. Tak berselimut, Juan menyalakan AC dan mengatur suhunya, sekadar cukup untuk mengeringkan lelah. Ia mengusap rambut Niko yang menutupi sebagian wajahnya, lalu sedikit mengacaknya gemas. Setelah benar-benar memastikan semuanya bisa ditinggal, ia keluar kamar dan menghampiri Wulan.
Wanita itu duduk memangku tas kecilnya. Ia menunggu Juan, meski sebenarnya bisa pulang sedari tadi. Jujur, pinggangnya masih sakit dan degup jantungnya tak karuan. Bahkan, kaki dan tangan yang kompak gemetaran juga belum usai. Pikirnya tak henti terngiang-ngiang dengan apa yang Niko lakukan. Tidak seberapa, tetapi Wulan merasa gagal pada dirinya sendiri.
"Maaf, Mbak. Saya nggak ada kendaraan. Kita naik bus aja, ya?"
"Saya pulang sendiri aja, Kak."
Juan menggeleng. "Udah mau gelap, saya antar aja. Lagian nanti saya mau ada perlu ke daerah kos Mbak, kok."
"O-oke, makasih, Kak."
Lelaki itu tidak berbohong. Ia memang ingin singgah ke Me Home Care setelah mengantar Wulan nanti. Walau harus berjalan kaki sekitar sepuluh menit, ia tidak masalah. Daripada harus pulang naik bus lagi--yang artinya mengeluarkan ongkos dua kali, ia berniat meminjam motor seniornya atau minimal minta diantarkan. Lumayan banyak maunya, tetapi Juan rasa ini lebih baik.
Perjalanan menuju halte terasa lama. Juan dan Wulan tak membuka suara. Mereka tidak mungkin menjadikan peristiwa menyakitkan sekaligus memalukan tadi sebagai bahan bicara. Belum terlalu mengenal satu sama lain membuat keduanya tidak menemukan benang merah.
Kalau boleh lancang, Juan ingin mempertanyakan keraguan Wulan tentang kelanjutan les piano. Ia paham, mengatasi perubahan emosi pada anak seperti Niko memang tidak mudah. Salah sedikit saja, kesan pertama yang dibangun langsung berantakan. Kesal yang tertanam juga bisa awet dan bertahan lama. Namun, ia tidak berani dan menghargai pilihan wanita tersebut. Selama Wulan tidak membuka pembahasan, ia akan menahan keingintahuannya rapat-rapat.
"Ini busnya, Kak."
"Mbak duluan."
Juan lekas berbalik badan--membelakangi bus--karena Wulan mengenakan rok yang cukup pendek--sedikit di bawah lutut. Ia baru masuk setelah wanita itu cukup jauh dan duduk di bagian kosong yang tersisa. Syukurlah, ada dua kursi. Ia tidak perlu susah payah berdiri.
"Kak," panggil Wulan.
"Iya?"
"Menurut Kakak, apa kesalahan yang saya lakukan sampai Niko tantrum seperti tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk the Line ✔
Novela JuvenilJuan tak lagi sekadar hidup setelah bertemu Niko, pengidap autisme yang baru kehilangan sosok ibunya. Hari-hari sebagai caregiver menuntunnya untuk mengenalkan dunia lama yang sempat terlupakan oleh anak itu. Melodi piano yang senada dengan perjalan...