• 5th line •

624 118 57
                                    

On playing

Love Maze - BTS

• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa

😊😊😊

Gelap, tangan yang meraba dinding giat mencari sakelar lampu di dekat pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap, tangan yang meraba dinding giat mencari sakelar lampu di dekat pintu. Hampir lima menit ia berkutat di tempat yang sama dan tak kunjung ketemu. Dapat, Niko tersenyum setelah berhasil menyinari ruangan dan keluar menuju kamar di sebelahnya. Pelan, ia mengendap-endap agar tak menimbulkan suara. Kakinya berjinjit, kedua tangan juga ia rentangkan. Kanan, kiri, kanan, kiri, tubuhnya dimiringkan berkali-kali.

Meski tidur awal, Niko merasa tak nyenyak dalam lelapnya. Entah sejak kapan, guling lusuh kesayangannya sudah enyah dari dekapan. Saat terbangun, ia menggerutu, menyalahkan Mbak Ina yang menjadi tersangka utama kasus itu. Siapa lagi? Biasanya ART termuda di rumahlah yang bertugas mencuci pakaian. Alhasil, anak yang mengenakan setelan hijau gelap itu berkeliaran hingga ke kamar Juan, tempat main terbaru yang ia sukai.

Ajaib, batin Niko. Pintu yang biasanya terkunci sudah separuh terbuka. Ia tak perlu susah payah untuk mengoyak kenop. Namun, bukannya masuk, Niko malah bersandar pada dinding dan mengintip dari luar. Matanya tak kunjung berkedip, fokus menatap Juan yang berlutut, berdiri, mengangkat tangan, lalu mencium lantai. Pemandangan yang belum pernah Niko temui sebelumnya.

Setelah menoleh ke kedua sisi, Juan mengusap wajah, lalu mengangkat kedua tangan sejajar hidungnya. Seketika Niko mengerutkan kening, terlebih saat samar-samar ia melihat lelaki itu berkomat-kamit. Dalam batin Niko berpikir, kira-kira permintaan apa yang Juan gumamkan? Apakah bisa ia menitip sebungkus gulali yang dijual di dekat SDN 5? Ah, memikirkannya saja membuat Niko tertegun.

"Eh, Niko, ya?"

Pemilik nama refleks menunduk dan bersembunyi. Ia bergeser dua langkah ke kiri agar Juan tak dapat melihatnya.

"Ke sini aja, nggak apa-apa. Ayo!" ajak lelaki yang melipat sajadah dan melepas pecinya.

Lagi, Niko melangkah kecil. Ia masuk dengan tangan bertaut di depan perut. Anak itu kemudian duduk bersila di depan Juan dan mengusap alas serupa karpet yang lebih estetik, sedangkan Juan justru beranjak untuk menyalakan lampu utama dan mematikan lampu belajarnya.

"Kok, udah bangun? Kan masih jam lima," tanya Juan sambil merapikan rambut Niko.

Tanpa menjawab, Niko langsung berdiri dan menarik tangan Juan. Ia menuntun pengasuhnya itu untuk ke taman samping yang dipenuhi kelap-kelip lampu tumblr. Tidak punya pilihan lain, Juan menarik sarungnya dan mengalungkan di leher agar tidak terinjak. Ia tak punya waktu untuk melepas dan menyimpannya terlebih dulu.

Setelah tiba, Niko melepaskan tangan Juan dan mengambil selang air yang digulung di dekat pohon besar. Ia segera mengurainya dan memberikan benda tersebut pada Juan. Lelaki yang akhirnya bisa menaruh sarungnya di dekat pintu segera menerima dan mengikuti aksi Niko.

Walk the Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang