• 32nd line •

449 62 24
                                    

On playing

Kukira Kau Rumah - Amigdala

• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa

😊😊😊

Niko menggigit bibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niko menggigit bibir. Arah pandangnya berkeliaran ke kiri-kanan, menghindari tuts piano yang ada di hadapannya--juga Wulan yang duduk di samping. Berulang kali ia mengikis ujung kuku ibu jarinya, berharap rasa yang tercipta bisa mengurangi debaran di dada. Namun, tatapan sang ayah yang terus menunggu di sofa justru membuat keringatnya makin menjadi-jadi. Sungguh, dalam hati, Niko ingin kembali ke kamar dan menyelesaikan proyek mini kebun binatangnya.

"Belum pengin belajar, ya?"

Wulan berusaha mendekat, meski anak yang terlihat lelah itu tak mengindahkannya sama sekali. Hari ini memang bukan jadwal latihan, mengingat Niko ada kegiatan di sekolah dan ia sudah kemari dua hari yang lalu. Hendra-lah yang memintanya untuk datang. Sejak awal mengajar hingga sekarang, lelaki itu belum pernah melihat kegiatan belajar mereka. Katanya, urusan kantor sedang kacau dan ia baru ini memiliki waktu untuk pulang. Itu pun nanti harus pergi lagi.

Ina yang berdiri sambil menautkan tangan tampak ketar-ketir. Pasalnya, Juan telah berpesan agar Niko tetap di dalam kamar. Namun, Hendra yang merasa putranya baik-baik saja dan tidak apa-apa bila tanpa sang pengasuh, lantas mengabaikan pendapatnya--diambil dari perkataan Juan. Apa boleh buat? Ina tidak dapat melawan majikannya.

"Kakak dulu kalau gitu, ya?"

Fokus seluruh penghuni rumah tertuju pada permainan halus Wulan. Wanita itu mencoba memancing Niko agar ikut menyentuh tuts piano. Mendapati pergerakan sang anak, Hendra refleks berdiri dan menutup mulut. Sudah lama ia tidak melihat pemandangan seindah ini. Ia merasa hidup dan ditenangkan setelah berminggu-minggu dihantam kerasnya hidup.

Niko menghayati alunan melodi sambil menutup mata. Dalam gelap kehijauan, coretan not dari Wulan bergerak bagaikan layar film. Ia telah menghafalnya hingga dapat menikmati dengan leluasa. Namun, lagu yang terus-menerus berlanjut walau berkali-kali telah menemui titik akhir membuat hawa tubuhnya memanas.

Hendra mulai menepuk tangan, seolah menambah instrumen musik di dalam pertunjukan Niko. Antusias itu bertahan tanpa menyadari adanya sosok yang lelah dan ingin berhenti. Suara yang seharusnya menenangkan kini mengusik dan mempercepat degup jantung. Niko sontak menekan tuts piano cukup keras, lalu berdiri dan mendorong Wulan agar menyingkir dari jalannya.

"Niko?!"

"Nggak mau! Pulang!"

Wulan sedikit meringis saat bagian belakangnya membentur lantai. Wanita itu kemudian bangkit dibantu Hendra, sedangkan Ina tergopoh-gopoh menyusul Niko ke kamar. Asisten rumah tangga itu juga langsung menghubungi Juan.

Walk the Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang