• 19th line •

370 85 39
                                    

On playing

Hari Ini, Esok dan Seterusnya - Nirina Zubir

• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa

😊😊😊

Gerbang sekolah yang ramai dilewati siswa-siswi tiba-tiba menjadi objek yang cukup menarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerbang sekolah yang ramai dilewati siswa-siswi tiba-tiba menjadi objek yang cukup menarik. Niko tak berhenti menatap, selagi Juan menunggu kembalian ongkos bus. Anak itu menggigiti kuku tangannya dan mengedarkan pandangan, merasa asing dengan apa pun yang ditemukan. Seragam baru, sekolah baru, dan tentu kawan baru pula. Ia perlahan mundur hingga menabrak pengasuhnya yang sibuk menyimpan uang receh ke saku celana.

"Kenapa, Niko?" Juan memegang kedua bahu anak di depannya dan menatap lekat.

Niko tidak berani beradu dengan mata Juan. Ia menghindar, memilih memperhatikan semut yang bergulat dengan bebatuan. Sejenak ia ingin berlari, tetapi bunyi klakson mobil yang unik dan lucu mengalihkan fokusnya. Ia dan Juan sama-sama menoleh, lalu menyingkir, membiarkan kepala sekolah memasuki tempat parkir. Senyum riang yang terlihat dari celah jendela membuat Niko dan Juan bereaksi yang sama.

Sayang, itu tidaklah lama, Niko kembali ingin pulang dan berusaha menyingkirkan tangan Juan. "Mau pulang!"

Juan beralih memegang pergelangan tangan Niko. "Kenapa Niko mau pulang?"

"Nggak mau sekolah! Temen-temennya nakal!"

"Kak Juan temenin ke dalam, ya? Boleh?"

Anak berseragam putih abu-abu itu terus mengentak-entakkan kaki. Sontak wali murid yang mengantarkan putra-putrinya melirik, menatap mereka dengan raut penasaran. Hal itu membuat Niko risi dan makin menjadi-jadi. Ia berteriak, bahkan menginjak kaki pengasuhnya yang menghalangi jalan.

Juan tetap teguh berdiri, sesekali meringis menahan sakit. Ia tak henti mengulang tawarannya untuk menemani Niko--sekadar mengantar ke depan kelas. Suara lembutnya terdengar bergetar beberapa kali, tetapi ia imbangi dengan menarik napas dalam-dalam dan mengatur emosi. Saat seperti ini, yang harus ditekankan adalah tenang dan tidak memarahi Niko dengan nada tinggi.

"Niko, kita masuk, ya. Kak Juan temenin."

"Mau pulang! Pulang! Pulang!"

"Nggak boleh kayak gini, ya." Juan berusaha menghentikan tangan Niko yang terus memukulnya.

"Niko nggak mau ketemu teman-teman nakal!"

"Anak ganteng kenapa masih di sini?"

Juan langsung mendongak dan sedikit membungkuk saat lelaki berambut minimalis menghampiri mereka, sedangkan Niko masih merengek dan enggan mengecek sosok yang mendekat. Anak itu belum berhenti menginjak dan memukul Juan, meski sudah lelah dan kesal karena tidak dituruti.

"Ayo, masuk. Sudah bel, lho. Nanti ketinggalan nyanyi bersama-sama."

Niko menghentikan aksinya dan beringsut-ingsut ke belakang Juan, mencoba bersembunyi. Ia bahkan memegang kemeja pengasuhnya yang tidak dimasukkan ke celana. Juan lekas menyapa kepala sekolah SMA Noble--dilihat dari name tag di bagian dada kanan--sekaligus mengusap lengan Niko yang mulai tenang.

Walk the Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang