On playing
Like You - Tatiana Manaois
• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa😊😊😊
Ayunan yang diterpa angin memanggil Niko untuk sejenak duduk dan bermain di atasnya. Namun, anak itu hanya berdiri dan menatap ragu. Sesekali ia melirik Juan yang tengah mengobrol dengan seseorang asing. Bukan Ina, apalagi ayahnya. Ia pun mendengkus dan mengentak-entakkan kaki, berjalan mengelilingi jungkat-jungkit yang tidak ada penghuninya.
Rindang yang melindungi kepalanya tak membantu banyak. Ia bosan, permainan di sini tak begitu menyenangkan. Niko lebih ingin berdiskusi dengan hewan-hewan (miniatur) kecilnya yang masih berjejer rapi saat ditinggal kemari. Akan tetapi, rasanya harus ditunda lebih lama karena ayahnya menambah bahan obrolan yang tak ia ketahui arahnya.
Niko lantas berlari-lari kecil menghampiri Juan, yang lekas disambut lelaki itu. Ia menarik tangannya, membawa ke tempat yang jauh dari percakapan orang dewasa. Juan pun menurut dan membiarkan Niko menyembunyikannya di balik pohon besar. Ia juga turut berjongkok saat anak itu menunduk dan hendak berbisik. Keduanya menikmati waktu sejenak sebelum Hendra mulai mencari.
"Niko mau cari apa?"
"Sstt!" Anak yang belum melepaskan headset ponsel Juan itu melirik ke arah ayahnya. "Nanti Ayah dengar."
"Ini sudah jauh, Ayah nggak bakal denger. Niko mau cari apa?" ulang Juan lembut.
"Niko pengin main sama Kak Juan."
"Boleh, tapi jangan di sini, ya. Banyak semutnya."
Niko celingak-celinguk saat Juan mengusap rambut dan bahunya, menyingkirkan hewan kecil yang entah datang dari mana. Ia pun lekas berlari, meski sebenarnya tak keberatan dengan keberadaan semut-semut itu. Selama tidak menggigit, ia tidak apa-apa. Kalau menggigit pun, Niko tidak akan menangis karena rasanya hanya sekadar lewat dan ia masih bisa menahannya.
Juan yang baru saja ingin beristirahat harus berdiri lagi dan mengejar Niko. Ia lantas mendorong pelan anak itu saat menduduki ayunan. Tak jarang ia menoleh ke arah Hendra, mencoba menyampaikan isyarat apakah tidak masalah jika ia lama-lama di sini, mengingat mereka kemari atas ajakannya.
"Niko suka, nggak, sama sekolah ini?"
Anak yang sedang menikmati angin sepoi-sepoi itu mendongak dan memejamkan mata. Ia diam sejenak, lali mengangguk beberapa kali sebelum membuka mata dan menoleh ke belakang. Sontak Juan kalang kabut, takut Niko tiba-tiba oleng dan jatuh. Ia lekas berjaga memeganginya, meskipun kekhawatiran tersebut tidak meninggalkan apa-apa.
"Suka!"
"Syukurlah, nanti Niko belajar di sini, ya."
"Sama Kak Juan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk the Line ✔
Ficção AdolescenteJuan tak lagi sekadar hidup setelah bertemu Niko, pengidap autisme yang baru kehilangan sosok ibunya. Hari-hari sebagai caregiver menuntunnya untuk mengenalkan dunia lama yang sempat terlupakan oleh anak itu. Melodi piano yang senada dengan perjalan...