• 4th line •

638 111 53
                                    

On playing

Fix You - Coldplay

• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa

😊😊😊

Langkah kaki Juan tidak pernah seringan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Juan tidak pernah seringan ini. Sejak gerbang terbuka dan senyum hangat menyapanya, rona wajah yang kusut dan penuh keringat lekas membaik dan bersinar lagi. Tanpa mengetuk pintu, anak yang mengenakan topi--meski di dalam rumah--sudah menunggu dan langsung menghampirinya. Entah magnet apa yang ia miliki, Juan masih tak habis pikir.

Niko memang mendekat, tetapi ia masih menunduk malu. Sedetik pun ia tak berani mendongak dan menatap Juan yang cengar-cengir di depannya. Anak itu hanya sedikit mencubit kemeja Juan, lalu menarik-nariknya berulang kali. Hendra yang telat datang karena harus berurusan dengan dapur segera mengusap kedua tangan pada celemek. Kemudian ia menyalami Juan dan mempersilakannya untuk masuk.

"Macet, Mas?"

"Nggak, kok, Pak. Masih pagi. Busnya belum ramai."

"Lho, tadi naik bus?"

Setelah berterima kasih pada asisten rumah tangga yang menawarkan minuman, Juan tersenyum dan mengangguk. "Iya, Pak. Soalnya motor yang biasa saya pakai itu miliknya ibu kos."

"Terus, dari pemberhentian ke sini naik apa? Lumayan jauh, lho."

"Jalan kaki. Nggak jauh-jauh amat, kok, Pak."

Bohong banget, ralat Juan dalam hati. Ia segera menghabiskan teh hangat yang tersaji saking hausnya. Lelaki berambut pendek dan rapi itu tak mengira perjalanan pertamanya akan melelahkan seperti ini. Apalagi dengan koper dan ransel yang menyulitkan, ia terus tergoda untuk mengeluh. Namun, yang Juan lakukan hanya meyakinkan diri bahwa tujuannya sudah dekat dan ia bisa beristirahat setelahnya.

"Harusnya tadi telpon saya, biar dijemput."

"Nggak apa-apa, kok, Pak."

Niko celingak-celinguk. Ia tidak tahan dengan dua lelaki yang mengobrol tanpa memedulikannya. Anak itu lekas menarik tangan Juan, memaksanya untuk berdiri. Ia juga menunjuk kamar yang ada di bagian ujung.

"Sayang, biarin Kak Juan istirahat dulu, ya."

Juan menahan maksud Hendra dan berkata 'tidak apa-apa'. Ia pun mengikuti ke mana pun Niko berjalan. Sesekali ia mengedarkan pandangan, mengagumi interior rumah yang cukup besar ini. Dibanding mewah, rumah Hendra cenderung klasik. Unsur Jawa lewat pewayangan dipajang di beberapa dinding. Hanya satu elemen modern yang mencuri perhatiannya, yaitu piano di dekat ruang tamu.

Niko melepaskan genggaman Juan, lalu berlari menuju lemari di sudut ruangan. Ia menarik salah satu rak yang bisa dibongkar dan menumpahkan seluruh isinya. Sebuah robot yang telah kehilangan salah satu tangannya lekas Niko berikan pada Juan--masih dengan kepala yang menunduk. Lelaki yang sedari tadi gemas melihat tingkah laku anak itu sontak tertawa kecil.

Walk the Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang