On playing
Sedikit Keluh Malam Ini - Elegi
• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa/tinggal 10 hari lagi
😊😊😊
Kaki tertutup rapat. Tenang, tidak ada pergerakan berulang yang mengusik mata. Kedua tangan bertaut di atas paha, turut bergeming dan menunggu. Juan hanya sesekali menoleh ke ambang pintu, mengecek apakah orang yang ingin ia temui sudah terlihat dan bersiap menyambutnya. Namun, sepuluh menit berlalu dan ia masih sendiri.
Beruntunglah, ruang konseling SMA Noble difasilitasi dengan baik. Paling tidak, ada satu AC yang mendinginkan kepala Juan. Peluh yang membasahi punggung karena harus berjalan kaki dari halte ke sekolah juga perlahan hilang, berganti rasa sejuk yang agak lengket. Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup. Juan bisa membersihkan diri saat pulang nanti.
Siang ini Juan memiliki janji dengan guru BK Niko. Sebelumnya--selumbari lalu, ia sudah berbicara dengan Wulan tentang saran Kevin terkait Hari Orang Tua. Di taman samping, dua orang hebat itu membahas topik secara dalam dan serius, sambil memandangi Niko yang terlihat asyik menghafal not piano.
"Kak Juan udah yakin?" Pertanyaan pertama yang Wulan ajukan waktu itu.
"Saya udah nanya ke Niko dan dia bilang pengin nyanyi bareng Kevin."
"Pak Hendra?"
"Apa pun yang membahagiakan Niko, beliau iya-iya aja. Sebenarnya nggak masalah, tapi saya jadi nggak punya kawan diskusi. Untung ada Mbak Wulan."
Wulan tersenyum tipis. "Saya nggak keberatan, kok, Kak. Cuma sedikit khawatir."
"Tentang Niko?"
"Iya, Kak." Wulan mengangguk.
"Awalnya saya juga ragu. Bisa atau nggak mengatasinya kalau tantrum berulang kali, entah karena latihan atau bahkan saat tampil nanti. Soalnya di panggung, pasti banyak orang yang bakal ngelihatin dia. Tapi, saya mau Niko pelan-pelan berdamai dengan itu."
"Saya akan membantu semaksimal mungkin."
Juan berterima kasih. Ia lantas tersenyum dan mengakhiri ingatan tersebut. Terlalu lama tenggelam dalam lamunan membuatnya mampu melewati detik-detik yang berjalan. Sampai akhirnya ia menghela napas lega dan sontak berdiri, sedikit membungkuk ke arah wanita berhijab abu-abu yang datang dengan aura positifnya.
"Maaf, ya, Mas Juan. Tadi ada anak yang main-mainnya bablas, jadi perasaannya kebawa "
Sambil tertawa kecil, Juan menggeleng. Ia refleks menutup mata dan ingin mengusap wajah karena lumayan terkejut. Tak pernah terpikirkan bahwa wanita itu akan bercerita tanpa diminta. Lagi pula, sebenarnya bukan hak Juan untuk tahu. Namun, ia tetap merespons agar suasana di antara mereka tidak canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk the Line ✔
Ficção AdolescenteJuan tak lagi sekadar hidup setelah bertemu Niko, pengidap autisme yang baru kehilangan sosok ibunya. Hari-hari sebagai caregiver menuntunnya untuk mengenalkan dunia lama yang sempat terlupakan oleh anak itu. Melodi piano yang senada dengan perjalan...