• 6th line •

534 110 33
                                    

On playing

You Said - Connor Price

• selamat membaca
• bila suka boleh meninggalkan jejak yaa

😊😊😊

Foto-foto yang terpajang di lemari kaca ruang tamu menjadi objek pertama yang Juan amati setelah keluar kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto-foto yang terpajang di lemari kaca ruang tamu menjadi objek pertama yang Juan amati setelah keluar kamar. Dengan rambut super-klimis dan kemeja rapi, ia membungkuk untuk menggapai pigura yang ada di bawah. Tampak masa kecil Niko bersama seorang wanita--yang Juan duga adalah ibunya--tengah bermain ayunan di taman. Lelaki itu pun menoleh, menatap latar yang sepertinya menjadi saksi momen tersebut. Tidak ada yang berbeda. Hanya sosok di dalamnya saja yang berganti rupa.

"Itu almarhumah Bu Sanas, Mas. Ibunya Niko."

Juan tersentak saat suara asisten rumah tangga tiba-tiba menginterupsi. Ia sampai mengusap dada guna menetralkan degup jantung. Namun, hal itu tak berlangsung lama agar wanita yang terlihat lebih tua darinya tidak merasa sungkan. Ia lekas tersenyum dan mengangguk, berterima kasih atas informasi yang didapat tanpa harus repot-repot bertanya.

"Kalau boleh tau, meninggalnya sudah lama, Mbak?"

"Duh, kalau tepatnya kapan, saya sudah lupa, Mas. Pokoknya dulu Niko masih kecil. Belum masuk SD kayaknya."

"Ooh begitu." Juan menunduk dan manggut-manggut, hingga mendapati keranjang kosong yang ditenteng Ina. "Mbak mau ke mana?"

"Ini? Mau belanja sayur di swalayan deket lampu merah sana. Stok di kulkas mulai ngenes, Mas."

"Boleh saya aja, nggak, Mbak?"

Wanita yang kali ini memakai celana longgar dan baju lengan pendek sontak mengerutkan kening. "Lah, ngapain Mas Juan belanja? Urusan beginian, mah, biar perempuan yang berangkat."

"Nggak apa-apa, Mbak. Saya sudah biasa, kok. Sekalian mau ngajak Niko keluar."

"Eh, mau ngajak Niko ke swalayan?"

Juan mengangguk. Tidak ada salahnya, bukan? batinnya. Sebagai kebutuhan manusiawi, ia sudah terbiasa berbelanja dan masak sendiri. Ia tak peduli dengan label dapur yang identik dengan perempuan. Kalau terus-menerus bergantung, ia akan tergantung. Lagi pula, ajang mengelilingi area sayur dan buah-buahan adalah tempat yang asyik untuk belajar bersama anak-anak, meski sebenarnya Niko tidak bisa dikatakan demikian karena secara umur hampir berusia 15 tahun.

"Tapi, Niko biasanya rewel banget, lho, Mas. Suka minta ini-itu. Bapak aja kewalahan ngatasinnya. Pengasuh sebelum Mas juga pernah ngeluh begitu."

"Insyaallah nggak apa-apa, kok, Mbak Ina."

"Ya udah, deh, kalau gitu." Asisten rumah tangga itu lekas menyerahkan keranjang belanja, catatan keperluan yang harus dibeli, serta uang mingguan yang diberikan Hendra pada Juan. "Nanti kalau bingung langsung telpon aja, ya, Mas."

Walk the Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang