Juan tak lagi sekadar hidup setelah bertemu Niko, pengidap autisme yang baru kehilangan sosok ibunya. Hari-hari sebagai caregiver menuntunnya untuk mengenalkan dunia lama yang sempat terlupakan oleh anak itu. Melodi piano yang senada dengan perjalan...
• selamat membaca • bila suka boleh meninggalkan jejak yaa
😊😊😊
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara musik yang berasal dari taman samping menemani Juan dalam menumis kangkung. Ia juga menggoreng tahu di wajan satunya. Setelah mengetahui Ina tengah membayar utang puasa, ia menawarkan diri untuk mengambil alih dapur dan membuat makan siang. Hitung-hitung sebagai sambutan hangat karena Wulan mau mempertimbangkan pilihannya kembali. Lagi pula, lelaki yang kini memakai celemek itu sudah lama tidak memasak. Ia rindu dengan kepulan asap menyengat yang dapat membuat hidungnya gatal.
Hidangan Juan tidaklah mewah. Maklum, ia terbiasa membeli bahan makanan sederhana yang itu-itu saja. Namun, ia menjamin rasanya tidak akan keasinan seperti buatan Ina tempo hari. Entah berapa kali ia mencicipi dan memastikan semua sesuai seleranya.
Tidak perlu waktu lama, ia segera menata mahakaryanya di meja makan. Tak lupa kemudian mencuci alat-alat masak yang digunakan, serta membersihkan tangannya pula. Setelah mendekati sempurna, Juan beranjak ke kamar dan mengambil kamera polaroid klasik, hadiah dari Dwi saat pertama kali masuk Me Home Care. Meski sudah lumayan tua, Juan masih bisa memakainya dengan baik.
"Kenapa ini nggak dikasih tali biar bisa kayak gitar? Ini ... ini, kenapa nggak dipukul aja? Boleh dimakan, nggak?"
Dari jauh, Juan bisa mendengar pertanyaan tak terhingga dari Niko. Tidak jarang anak itu tiba-tiba menanyakan hal-hal acak yang tidak ada sangkut-pautnya dengan percakapan sebelumnya. Belum lagi kalau jawaban atas rasa penasaran tersebut ternyata susah dijelaskan. Ia harus memutar otak agar penjelasannya mudah dipahami. Kebingungan tentu menyerang sesekali, layaknya Wulan sekarang yang menggigit bibir dan terus menggumamkan kata 'Em' yang panjang. Sebelum mendekat, ia mengambil foto dari pemandangan tersebut.
"Wah, Niko pegang apa?"
Wulan mendongak saat Juan datang menginterupsi. Namun, ia tidak keberatan sama sekali. Justru, wanita itu akhirnya bisa menghela napas lega. Bahkan, ia sampai tertawa kecil saat tak sengaja saling pandang dengan Ina. Sang asisten rumah tangga itu lantas beranjak karena tugas dari Juan--mengawasi Niko dan Wulan--sudah selesai.
"Kata Kak Wulan, ini namanya miniatur gitar. Sama kayak ini, tapi nggak ada bunyinya," jawab Niko sambil menunjukkan ukulele di sampingnya.
"Terus kalau ini apa?"
"Ini miniatur drum, tapi nggak kayak gitar, ini bisa bunyi, Kak. Denger?" Niko tersenyum lebar ketika memukul-mukul drum kecil di pangkuannya.
Gemas, Juan mengusap kepala belakang Niko dan sedikit mengacak rambutnya. "Keren, bedanya gitar dan drum apa, ya?"
"Ini nggak bunyi, tapi kata Kak Wulan bunyinya sama kayak ini," jawab Niko sambil memainkan ukulele.
Merasa dipanggil berulang kali, Wulan bergeming dan menyimak. Ia masih menunggu arah perbincangan yang Juan maksud.