Gatel bgt pengen publisಥ‿ಥ
Happy Reading♡
***
“Mau ke mana pagi-pagi hari libur gini?”
Radit menoleh saat mamanya yang sedang menonton acara televisi itu menegur dirinya.
“Mau kencan, dong, Ma. Kan punya pacar.” Radit tersenyum miris mendengar kalimatnya sendiri.
“Oh, ajak main ke sini, dong, sekali-kali.”
“Iya, ntar. Radit pamit dulu.”
“Jangan lama-lama, jangan pacaran mulu! Ingat udah kelas dua belas, belajar bentar lagi lulus!”
“Iya!” sahut Radit agak berteriak saat di ambang pintu. Namun, ingat sesuatu membuat cowok itu menoleh lagi pada mamanya. “Ma, ada sesuatu yang mau dianter ke rumah Tante Indri nggak?”
“Hm?” mama Radit tampak berpikir. “Apa memang?”
“Ya ... makanan, kek. Atau pinjem barang gitu.”
Mama Radit menggeleng. “Nggak ada. Kalau kamu emang mau ke rumahnya Tante Indri, mah, ke sana aja. Pakai alasan mama segala!”
Radit diam sejenak lalu menggeleng. “Nggak, deh. Nggak jadi.”
✧✧✧
Mobil memelan di depan gerbang rumah mewah bergaya Eropa, Radit menurunkan kaca mobil.
“Mau bertemu siapa?” Bahkan penjagaan rumah pun sangat ketat. Ada dua satpam yang menjaga di depan gerbang.
“Saya mau bertemu Erika, Pak. Tolong buka gerbangnya, dong.”
“Maaf, Non Erika tidak sedang di rumah.”
“Ke mana memang?”
“Urusan pribadi yang tidak boleh saya sebutkan pada orang asing.”
Radit hampir saja spontan mendelik jika tidak ingat di depannya ini orang yang lebih tua darinya. “Maaf, Pak. Saya ini bukan orang asing. Saya pacarnya.”
Mungkin satpam ini tidak tahu, Radit memakluminya. Lagipula, baru kali ini semenjak mereka pacaran, Radit mengunjungi rumah Erika. Karena Radit hanya pernah mengantar pulang Erika tanpa mampir sebentar. Kalau dijemput pun, Erika selalu menolak.
Satpam rumah Erika tampak mengernyit bingung mendengar jawaban Radit. “Pacar? Non Erika tidak boleh pacaran.”
“Hah? Kenapa bisa? Bapak ini bapaknya Erika, kok melarang Erika pacaran?”
“Memang begitu aturan yang sudah Tuan besar tetapkan.”
Radit memijit keningnya. Kehidupan orang kaya memanglah berbeda.
“Kalau mau bertemu dengan Non Erika, silahkan buat janji dulu.”
“Mau ketemu pacar kayak mau ketemu orang penting aja,” gumam Radit lalu menatap satpam itu lagi. “Ya udah, Pak. Sampaikan saja nanti sama Erika kalau saya ke sini, saya permisi dulu.”
Radit kembali menaikkan kaca mobil. Usahanya mengunjungi rumah Erika tak membuahkan hasil. Dengan segala kekecewaan yang menumpuk, Radit meninggalkan rumah Erika.
Radit langsung pulang tanpa mampir kemanapun. Niatnya tadi mau ke rumah Geo, tapi pasti cowok itu juga sibuk mengingat pacarnya yang bukan hanya satu.
“Lho, udah pulang? Kok cepet? Nggak jadi kencan?”
Radit tak menjawab dan langsung menuju kamar. Ingin marah rasanya dengan semua yang berkaitan dengan Erika. Radit duduk di balkon kamarnya, menatap lurus ke depan berhadapan dengan pintu balkon kamar Ifana yang tertutup rapat entah karena pemilik kamar belum bangun atau karena pemilik kamar tak ada di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Line of Destiny
Teen Fiction"Kak Tio nanti nikahnya sama Ifa, ya. Biar nanti dapat uang jajan terus dari Kak Tio!" "Kak Tio, Ifa udah mau lulus, nih. Besok kalau Ifa udah wisuda, kita nikah yaa!" "Kak Tio, Kak Tio. Sayang Ifa nggak?" *** Raditio Erlangga benci dengan tingkah m...