✧EmpatPuluhSembilan✧

112K 4.9K 186
                                    

A/n : nama anaknya Erika aku ganti, jadi ada sedikit perubahan di part sebelumnya (di akhir part 48, mau baca ulang silahkan, ngga ya it's oke ngga papa karena ngga merubah alur)

Thank you and sorry(^^)

Noted kalau ada typo atau kesalahan riset yang aku cari.

Warning, part ini panjang banget, hati-hati bosan!

Happy Reading♡

***

Beberapa tahun terakhir, wanita bernama Erika itu tak terlihat keberadaannya, juga tak terdengar kabarnya. Wanita itu seakan hilang sengaja menyembunyikan diri begitu saja, padahal lahir dari keluarga terpandang yang gerak-geriknya kerap disorot media.

Terakhir kali berita mengabarkan acara pernikahannya, lalu desas-desus gosip yang muncul setelahnya.

Ifana memperhatikan Erika lekat, lalu beralih menatap Radit yang terlihat sama terkejutnya seperti dirinya.

Seolah paham keduanya butuh waktu untuk berbicara, Ifana menarik kembali tangan Riko pelan dan berbisik, "Riko, ayo keluar bentar main sama Kakak."

Riko hanya mengangguk lugu tanpa bertanya lebih. Namun, sebelum Ifana melangkah, tangan kirinya yang bebas dicekal oleh Radit. Cowok itu tanpa menoleh berkata padanya, "Nggak, di sini aja."

Tangan Radit beralih menggenggam tangan Ifana, membuat cewek itu meliriknya sesaat sebelum suara Erika memecah keheningan.

"Lama nggak ketemu, apa kabar?" Mungkin pertanyaan itu terdengar hanya ditujukan pada Radit, tapi Erika sebenarnya ingin mengetahui kabar Ifana juga.

"Seperti yang Lo lihat," jawab Radit sekenanya.

Erika tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangan pada Riko agar mendekat ke arahnya. "Sini, Sayang." Kini Riko duduk di pangkuannya.

"Kenalin, ini namanya Tante Ifana sama Om Radit," ujar Erika pada Riko sembari menunjuk Ifana dan Radit bergantian. Riko hanya diam memainkan tangannya.

Radit tersenyum masam mendengar panggilan itu. "Kak aja, jangan Om sama Tante. Kedengaran tua banget," ralat Radit. Benar-benar agak terganggu dengan panggilan yang disematkan pada namanya itu.

Ifana menoleh sekilas dan bergumam, "Nggak usah ngelak umur kali, Kak."

Tentu saja gumaman itu terdengar sampai telinga Radit maupun Erika. "Lo bisa nggak, sih, sekaliii aja iya-in ucapan gue biar seneng dikit gitu, lho."

Erika terkekeh samar melihat interaksi keduanya. "Kalian kenapa bisa di sini?"

"Gue yang seharusnya tanya, Lo kenapa di sini?" Pertanyaan Erika dibalikkan oleh Radit.

Erika menunduk memperhatikan jemari kecil anaknya. Sekilas, senyum kecut nampak di bibirnya. "Gue kabur dari rumah."

Baik Radit maupun Ifana, keduanya sama-sama terkejut mendengar pengakuan tersebut. Mereka saling pandangan lagi, seolah sama-sama tahu juga apa yang ada di pikirannya.

Lalu tanpa ditanya lagi, Erika menjelaskan, "Gue udah cerai sama Papanya Riko, setahun yang lalu. Gue nggak kuat di rumah Mama Papa yang selalu bertindak semaunya sama gue, jadi gue pergi ke sini. Lagipula, Bandung kayaknya cocok sama gue, sih."

"Terus kenapa Kak Erika bisa ada di rumah sakit ini?" Kali ini Ifana yang angkat suara, ikut mewakili Radit menjawab rasa penasarannya.

Namun, kali ini Erika hanya tersenyum tipis, sama sekali tak berniat menjawab.

"Kalian sendiri, kenapa di sini?" tanya Erika.

Radit menoleh pada Ifana, membiarkan cewek itu menjelaskan sendiri.

Line of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang