Part 22

21.1K 2.5K 155
                                    

Jika dipikir kembali mungkin sebenarnya Bulan ada sedikit rasa pada Bintang. Tetapi kenapa ia tak merasa sakit hati ketika dijadikan bahan taruhan oleh Bintang? Bulan sedang memikirkan itu sekarang.

Memang awalnya ia menerima Bintang hanya karena kasihan, tetapi perasaan seseorang tidak ada yang tahu kan? Karena itu, seiring berjalannya waktu perasaan Bulan kepada Bintang tumbuh sedikit.

Bulan mengacak rambutnya prustasi. "Ah! Bingung banget, tu cowok kenapa nyangkut dipikiran gue mulu sih?!"

"Lagian, kenapa sih harus gue yang dijadiin bahan taruhan? Kenapa ga cewek lain aja?"

"Mana ga dapet bagian-nya lagi." Bulan sedikit kecewa karena Bintang menenangkan taruhan itu tetapi ia tak dibagi hasilnya sedikit pun

"Gue tuh dulu suka sama dia. Tapi kenapa pas gue tau, kalau gue dijadiin bahan taruhan gue ga sedih?" tanyanya pada diri sendiri.

Bulan menghela nafas. "Kayaknya gue harus ke dokter nih, periksa hati gue." gumam Bulan.

Bulan meletakan novelnya yang sedari tadi ia pegang dan mengambil ponselnya yang berada disampingnya. Ia mulai membuka aplikasi sosmed yang ada di handphonenya. Satu-satu persatu ia cek sosmednya barang kali mantannya menghubunginya.

"Kok Bintang ga ngechat gue sih?! Biasanya jam segini udah spam chat." Bulan mengerucutkan bibirnya.

Karena terlalu lelah menunggu sang mantan yang tak memberi pesan kepadanya, akhirnya Bulan memutuskan untuk membuka Instagram. Seperti ia harus membersihkan otaknya dengan melihat foto-foto manurios.

"Huhh... Pacar gue ke 24 ganteng banget," ucap Bulan tersenyum sambil memandangi layar ponselnya.

"Ih ini eskrim kayaknya enak banget!" Ia tak sengaja melihat video tentang ice-cream yang lewat diberanda Instagram-nya.

"Jadi ngiler... Gue mau beli eskrim ah, mumpung masih jam setengah tujuh," ucap nya sambil berganti baju yang cukup tertutup.

Setelah sepuluh menit dirinya bersiap-siap akhirnya Bulan memutuskan untuk menggunakan sweater rajut dan celana training panjang, rambut yang tergerai serta bedak tipis diwajahnya.

Ia menuruni tangga sambil bersenandung kecil.

Darararararari

Neol bogo isseum eumagi, baby

Neoreul wihan melody, melody, yeah

Niga myujeunikka jal deureobwa, play it

"Berisik!" ketus Angkasa yang sedang bermain PS di televisi.

"Dih, sirik amat lo jomblo!" Bulan menghampiri Angkasa. "Lagi ngapain lo?"

"Buta mata lo?" sinis Angkasa.

"IH LO ANEH BANGET!" teriak Bulan kesal. Kenapa Angkasa jadi jutek sekali dengannya?

"Pertanyaan lo yang aneh!"

"Gue cuma basa basi masa dibilang aneh sih!"

"Basa basi lo ga jelas!"

"PAPAAAA! ABANG NYEBELIN BANGET!" teriak Bulan.

Angkasa tersenyum miring. "Papa lagi ga ada dirumah. Mau ngadu ke siapa lo?"

"Loh, emang papa kemana?"

"Lembur katanya."

"Kasian banget papa, setiap hari lembur terus..." lirih Bulan.

"Kan demi kita. Mangkanya kalau dikasih duit sama papa ga usah dibeliin novel-novel. Mending dibeliin barang yang berguna aja."

My Absurd Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang