Hari semakin siang. Sedangkan Bulan masih berada di rumah Bintang, gadis itu kini sedang membantu Bi Surti menyiapkan makan siang untuk orang rumah. Karena sebentar lagi orang tua Bintang serta adiknya akan pulang.
"Neng Bulan bisa motongin bawang?" tanya Bi Surti.
"Bisa dong!" jawab Bulan seraya mengangguk.
"Ya udah atuh, potongin bawang aja sekalian cabenya juga ya. Biar bibi yang goreng ikannya." Bi Surti menyerahkan pisau itu kepada Bulan lalu mengambil spatula untuk menggantikannya menggoreng.
"Siap!"
Tak
Tak
Tak
TakSuara Bulan memotong sangat terdengar. Tak terasa air matanya ikut jatuh karena terlalu lama menatap bawang, mata Bulan sangat sensitif jika menatap bawang terlalu lama.
"Aduh. Perih banget," ringis Bulan. Ia menghentikan kegiatannya sejenak dan mendekati wastafel untuk mencuci wajahnya terlebih dahulu.
"BULANNN!" Bintang berteriak dari kamarnya dengan keras.
Bu Surti mengusap dadanya kaget. "Astagfirullah."
"Kenapa lagi sih, itu?" tanya Bulan yang sudah selesai mencuci wajahnya.
"Engga tau neng. Itu den Bintang teriak-teriak manggilin neng Bulan," jelas Bi Surti.
"Bulan samperin Bintangnya dulu boleh, Bi? Ini udah selesai dipotongin kok." Bulan menunjuk ke arah bawang dan cabai yang sudah terpotong.
"Iya neng, gapapa. Biar Bi Surti aja yang lanjut. Neng Bulan mending diemin dulu bayi besarnya," ucap Bi Surti jahil.
"Ah, Bibi mah!" wajah Bulan memerah ketika mendengar kata 'bayi besarnya'
Bu Surti tertawa. "Lucu sekali kalian. Ya sudah mending neng Bulan ke kamarnya den Bintang sekarang."
Bulan mengangguk. "Semangat masaknya Bibi!"
Bulan melangkahkan kakinya menuju kamar Bintang. Dari luar, ia sudah mendengar suara Bintang yang menangis sambil menyebut namanya. Oh, astaga, baru saja Bulan tinggal memasak Bintang sudah seperti ini, bagaimana jika Bulan meninggalkannya dari dunia?
"Bintang," panggil Bulan lembut. Saat ia membuka pintu terlihatlah Bintang yang sedang meringkuk dikasurnya dengan bahu yang bergetar. Sepertinya Bintang sedang... Menangis?
"Lo nangis?" Bulan segera mendekati Bintang dengan wajah paniknya.
Bintang menggelengkan kepalanya tanpa menatap Bulan.
"Kenapa sih? Coba liat gue dulu," ujar Bulan sambil berusaha menarik wajah Bintang.
Bintang kekeh menyembunyikan wajahnya dibalik bantal sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau kayak gini gue nya bingung harus gimana Bintang," ujarnya sambil menghela nafas. "Gue pulang aja ya?"
"Jangannn," jawab Bintang dengan suara seraknya.
"Ya udah, sini liat gue." Bulan menarik wajah Bintang hingga menatapnya. Mata Bintang yang sedikit bengkak dan hidungnya yang merah serta wajahnya yang ditekuk membuat merasa gemas dengan cowok satu ini.
"Kenapa lagi sih?" tanya Bulan seraya mengusap wajah Bintang.
"Lo ninggalin gue... Tadi gue bangun tidur, lo ga ada di sini," lirih Bintang.
"Gue bantuin Bi Surti masak di bawah. Maaf yaaa..."
Bintang menggeleng lalu menarik Bulan agar terbaring di kasur bersamanya.
"Eh, ngapain?" Bulan terkejut tiba-tiba tubuhnya ambruk di samping Bintang.
"Tiduran aja, gue mau peluk lo." Bintang melingkarkan tangannya dipinggang Bulan lalu menenggelamkan wajahnya diceruk leher Bulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Absurd Ex [END]
Teen Fiction‼️FOLLOW SEBELUM MEMBACA Belum direvisi. HIGH RANK: • 2 #persahabatan [21/03/2022] • 1 #mostwanted [03/04/2022] • 2 #fiksiremaja [03/04/2022] • 3 #taruhan [03/04/2022] • 2 #teen [18/06/2022] ••• "Kita putus." "Soalnya kemarin gue nembak lo karena ta...