Part 25

19.1K 2.3K 122
                                    

Pagi-pagi buta sekali Bulan dibuat kesal oleh Bintang. Bagaimana tidak? Masih jam enam pagi, di hari libur Bintang terus menelponnya, setelah diangkat yang terdengar hanya suara tangisan cowok itu.

Ketika Bulan mematikan panggilannya Bintang akan terus menelponnya hingga Bulan mau berbicara dengannya ditelpon. Ternyata alasan Bintang menelpon Bulan karena dirinya jatuh sakit. Kejadian kemarin membuatnya menangis seharian, sampai lupa untuk mengisi perutnya. Bahkan, makanan dari si pengagum rahasianya pun tak ia makan.

Bulan mengacak rambutnya prustasi. "Gue masih ngantuk Bintang. Astaga..."

"Hiks... Kepala gue pusing Bulannnn!"

"Tidur apa susahnya sih?"

"Gabisaaa...."

"Mami kemana?"

"Mami, Papi sama Rafa pergi keluar kota. Gue sendirian hikss.."

"Kenapa harus gue yang kesana?"

"Kan lo yang bikin gue kaya gini!"

"Gue ga ngapa-ngapain lo Bintang..."

"Kemarin lo nolak gue! Terus gue nangis, terus gue ga makan, terus gue ga mau ngapa-ngapain mau nya nangis aja hiks... Lo tega banget..."

Bulan terdiam. Ia sedikit merasa bersalah, apakah ini karenanya?

"Gue kesana."

Tut... Tut..

Setelah mematikan sambungan teleponnya Bulan langsung bergegas bersiap-siap. Ia mandi lebih cepat dari biasanya. Mukanya berubah sedikit cemas, takut keadaan Bintang semakin buruk.

Hari ini Bulan menggunakan pakaian yang sangat simpel. Ia hanya menggunakan cardigan oversize dan celana panjangnya, serta rambutnya yang di gerai.

 Ia hanya menggunakan cardigan oversize dan celana panjangnya, serta rambutnya yang di gerai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah selesai bersiap-siap Bulan turun ke bawah secara terburu-buru. Ia menghampiri Anggara yang tampaknya sedang menikmati kopi di teras rumah. "Pah!" panggilnya.

Anggara menoleh ke arah Bulan kaget. "Loh, kamu mau kemana?"

"Bulan izin ke rumah Bintang, ya? Dia sakit pah!" ucap Bulan dengan wajah paniknya.

"Sakit apa?"

"Bulan ga tau, mangkanya Bulan mau nyamperin dia. Boleh kan?"

"Eumm... Kamu khawatir yaa?" tanya Anggara jahil. Ia tersenyum dan jari telunjuknya menunjuk ke arah Bulan.

Bulan memanyunkan bibirnya. "Ish papah! Bulan serius ini," rengek Bulan sambil menghentakkan kakinya.

Anggara tertawa. "Iya-iya, boleh kok. Kesana sama siapa?"

"Bulan dianter mang Jajang aja deh, biar cepet. Bulan berangkat ya, pah," ujarnya sambil menyalami tangan Anggara dan sekaligus mengecup singkat pipi nya.

My Absurd Ex [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang