Explorer [11]

49 24 5
                                    

Padang pasir terbentang luas di hadapanku, angin bertiup kencang menyebarkan debu-debu halusnya. Aku mengedarkan pandanganku melihat sekeliling, namun tidak ada apa-apa.

Aku berada dimana?

Apa aku sudah mati?

Ini bukan di Planet Tarazed, juga bukan Planet yang berada di galaksi ini.

Tempat asing ini, aku mencoba berlari untuk menemukan sesuatu atau seseorang untuk menolongku. Tapi yang kudapat malah jejak kaki di tempat pertama aku berdiri.

Aku berlari lagi ke arah yang berbeda, sangat jauh dari tempat pertama. Aku terjatuh tersandung sesuatu, hingga membuat kaki ku terkilir. Benda yang membuatku terjatuh terlihat dipermukaan pasir.

"AAAAAARGH"

Banyak tubuh tak bernyawa terkubur dalam pasir, darah yang terlihat masih basah mewarnai pasir di sekitarnya. Aku dengan terburu-buru bangun dan kembali berlari, mayat itu ada dimana-mana.

Terlihat seperti habis terjadi perang di sini, bekas pedang yang masih menancap pada tubuh, anak panah serta beberapa pistol tergeletak tak beraturan.

Aku seperti memutari tempat ini terus menerus. Hingga pandanganku tertuju pada seorang perempuan melambai kearahku. Aku mendekatinya tapi rasanya sangat jauh, setiap aku mendekat dia menjauh.

"Nak." Suara lembut itu menggema seperti di dalam ruangan luas, masih teringat di kepalaku, itu suara ibu.

Air mataku mulai terjatuh perlahan, rasa rindu ingin memeluknya begitu terasa kuat. Tapi jarak yang terlalu jauh menyusahkan aku untuk memeluknya.

"Kami menunggumu di suatu tempat. Sesalu menunggumu datang."

"Ibu." Bahkan hanya itu kata yang bisa aku ucapkan saat ini, itupun hanya sekedar bisikan.

Ibu tersenyum ke arahku, senyuman itu selalu menyejukkanku.

Tiba-tiba entah datang dari mana, sebuah tombak listrik terbang dan menancap jantung ibu.

"NOOOOOOO!"

Pandanganku buram, pasir mulai melahap diriku dengan cepat. Aku terjatuh kedalam kegelapan.

Aku terbangun dengan nafas yang tidak beraturan, jantungku berdegup kencang seperti habis berlari dari kejaran makhluk buas. Keringat membasahi dahiku.

Mimpi apa itu?

Kenapa terasa sangat nyata.

Aku turun dari ranjang untuk menenangkan diri. Hari masih gelap, tiga orang dalam kamar ini juga masih terlelap. Langkahku membawa diri ini menuju jendela besar yang memperlihatkan langit fajar berwarna merah keunguan, bintang yang menjadi penerang muncul perlahan.

Pemandangan seperti ini mengingatkanku pada rumah, sudah lama sekali tidak melihat warna indah seperti ini, aku yakin pasti banyak sekali momen yang penting dalam hidupku, tapi sayangnya karena kecelakaan itu merenggut semua memori ku. Lonceng berbunyi tiga kali, setahuku itu adalah tanda bahwa aktifitas dalam gedung ini di mulai.

Serentak tiga orang ini bangun, yang pertama bangun adalah Pancy dilanjutkan oleh Jane dan yang terakhir Karli. Untungnya kamar mandi di sini ada dua sehingga tersisa aku dan Karli yang belum memasuki kamar mandi.

"Kau bangun lebih awal?" tanya Karli menghampiriku dengan handuk dan sebuah kotak di tangannya.

Aku hanya mengangguk. "Ada yang mengirimkan pakaian ini tengah malam, kurasa ini milikmu." Karli memberikan kotak yang ternyata adalah pakaianku.

GALAXY : The Last Explorer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang