Explorer [10]

49 25 0
                                    

Aku menghentikan langkahku, kenyataan baru yang membuatku mempunyai harapan untuk semua pertanyaan di benakku. Jika Zain adalah anak Harrington, bukankah itu artinya Zain tahu apa yang terjadi pada saat kaumku dimusnahkan? Setidaknya ada sesuatu yang ia ketahui.

Zain ikut berhenti dan berdiri di depanku. "Kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir.

Aku tidak ingin langsung membahas dan bertanya langsung tentang itu, aku akan menunggu sampai ada waktu yang tepat untuk membicarakan itu berdua dengannya. Tidak mungkin di sini, banyak petugas yang berjaga.

"Yeah, hanya saja aku tak menyangka, kau benar-benar anak Harrington?" tanyaku untuk memastikan.

"Dia ayahku. Tapi kami tidak begitu dekat," jawab Zain, raut wajahnya berubah, ia terlihat sedih dan marah secara bersamaan. Entah apa yang terjadi pada mereka, aku tebak hubungan mereka tidak baik-baik saja.

"Kau bisa cerita jika kau mau, aku siap mendengarkannya." Dengan cerita mungkin akan membuat hatinya lebih tenang.

"Terima kasih, aku akan luangkan waktu untuk itu. Kau tahu sendiri aku orang sibuk." Ayolah, baru saja aku merasa simpatik dengannya, dan sekarang dia membuatku jengkel.

"Ya, ya, ya, kau pasti sangat sibuk sampai-sampai tahananmu bisa kabur," ledekku.

Kami kembali melanjutkan langkah, Frank dan Rigel sudah jauh di depan meninggalkan kami di belakang sini. Aku rasa Frank bisa cepat akrab dengan Rigel dan Zain, walaupun tidak semulus yang dibayangkan.

Setalah melewati lorong demi lorong, akhirnya kami sampai di tempat tujuan, menurutku ini tidak terlalu jauh dari tempat rapat. Terdapat banyak pintu di setiap lorong, nomor-nomor di pintu bisa mencapai ribuan, kami berjalan lebih dalam lagi ke lorong kedua. Zain berhenti pada pintu nomor, 278.

Masih ada beberapa pintu lagi di ujung lorong. Satu lorong bisa ada seratus pintu atau lebih. Tidak terbayangkan seberapa banyaknya prajurit dan penjaga di sini. Apalagi dalam satu kamar isinya bisa tiga sampai lima orang di dalamnya.

Kurasa jika ingin berperang dengan militer, kalian harus berpikir ulang. Walaupun kalian lebih pandai dan lihai dalam berperang, jika melawan lebih dari seribu orang, kalian akan kalah. Setidaknya pikirkan resiko yang akan terjadi pada diri kalian.

"Ini kamarmu," ucap Zain kemudian ia mengetuk pintu tersebut, sepertinya aku tidak sendiri di kamar ini.

Pintu terbuka menampilkan dua orang perempuan yang langsung memberikan hormat kepada Zain.
"Santai saja tidak usah terlalu formal, kalian diluar tugas sekarang." Setelah Zain mengatakan itu, mereka menurunkan tangan mereka dan tersenyum.

"Seperti yang ku bilang, tamuku akan bermalam di sini untuk sementara. Kalian keberatan?"

"Tentu tidak, kami akan menerimanya dengan baik. Lagi pula aku bosan dengan Jane," ucap salah satu dari dua perempuan itu, yang dikuncir kuda.

"Enak saja, aku yang bosan melihat mu terus," balas satunya lagi, yang berambut pendek.

"Dimana Pancy?" tanya Zain. Tunggu apa ada lagi?

"Oh, Pancy sedang di kamar mandi. Dia biasa mandi sebelum tidur," jawab perempuan yang bernama Jane.

"Baiklah, Nebula ini Jane dan Karli, ada satu lagi namanya Pancy. Dan kalian, ini Nebula." Zain memperkenalkan kami.

Mereka menjabat tanganku dengan senang, terlihat seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Suara pintu terbuka, satu perempuan keluar dengan terburu-buru sampai masih menggunakan handuk di rambutnya.

"Maaf aku terlambat," ucapnya, dia pasti Pancy, wajahnya terlalu cantik dan anggun untuk seorang prajurit.

"Tidak apa-apa Pancy, mereka berdua akan jelaskan kepadamu. Karena aku yakin kau belum tau tentang tamuku."

GALAXY : The Last Explorer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang