Explorer [2]

41 8 1
                                    

"Aku pesan wine!" pesanku pada pelayan di sana, setelah duduk di dekat makhluk-makhluk yang sedang berjudi.

"Wine habis!"

"Bagaimana bisa habis?"
Heran, pasalnya di setiap bar yang aku kunjungi, wine adalah minuman abadi yang tak ada habisnya.

"Pusat Kota memutus kontak dengan Galaxy Milky Way. Sehingga wine tidak pernah dikirimkan lagi ke sini."

Galaksi itu memang seperti surga untuk penjelajah sepertiku. Di sana ada planet bernama Bumi yang mempunyai segalanya yang kubutuhkan. Aku tidak pernah bisa ke sana karena jaraknya terlalu jauh untukku tempuh.

Selain itu banyak penjagaan di planet itu, menghancurkan pesawat tak dikenal yang ingin masuk ke dalamnya. Penjelajah terdahulu pernah singgah ke sana, ia bercerita kondisi di Planet Bumi yang memiliki alam yang begitu indah.

Dia juga bercerita jenis mereka mirip seperti kaum kami, tak ada yang berbadan setengah-setengah seperti badak berbadan katak, dan lainnya. Di galaksi ini juga ada yang sejenis dengan ku, tapi bukan penjelajah. Biasanya mereka tinggal di kota-kota besar.

Yang membedakan hanya kami hidup di sini, mereka hidup di sana. Kami menyebut makhluk cerdas di Bumi adalah manusia. Aku tidak tau mereka menamai makhluk di sini apa, semoga saja tidak aneh-aneh.

"Baiklah, berikan aku minuman segar!" pesanku.

Setelah pelayan itu pergi, aku mengeluarkan koin perakku, menghitungnya untuk dipakai judi nanti. Selama menghitung terdengar pembicaraan yang menarik di belakangku.

"Bisa-bisanya militer pusat kota teledor seperti itu. Mereka tidak bekerja dengan baik."

"Benar, penjara itu kehilangan tahanan kelas atas yang sangat berbahaya. Aku yakin sebentar lagi mereka akan menggeledah daerah ini."

"Tenang saja, kami punya penjaga yang tak kalah hebat dari militer. Aku hanya curiga, sepertinya kebakaran itu telah direncanakan oleh salah satu tahanan di sana?"

Penjara di pusat kota kebakaran dan kehilangan tahanan kelas atas yang kabur. Menarik, jarang ada kejadian seperti itu di pusat kota. Aku tak pernah tau seperti apa keadaan di sana, karena tak pernah singgah. Bukan tak pernah, lebih tepatnya tak bisa.

Pesanan datang, aku membawanya menuju meja judi, karena salah satu nya ada yang kalah. Mereka bertaruh koin perak juga, dan ada senjata laser terbaru juga di sana, menggiurkan untuk didapat, dan aku harus mendapatkannya.

Sebenarnya senjata utama para penjelajah adalah busur dan panah, setiap orang yang membawa panah sudah dipastikan orang itu adalah penjelajah.

Jika aku membawa panahku, maka identitas ku sebagai penjelajah bisa saja terbongkar. Tidak ada makhluk yang menggunakan panah selain penjelajah. Mereka lebih suka senjata simpel seperti pistol laser.

"Siapa lagi yang ingin kalah?"

Sombong sekali makhluk bertubuh katak itu. Aku tak sabar melihat wajah angkuhnya tertunduk lemas ketika aku memenangkan semua hartanya.

"Izinkan aku mencobanya!" Aku duduk di depan katak itu yang tingginya hampir sama denganku. Biasanya jenis mereka adalah prajurit luar yang menjaga gerbang pusat kota di Planet Tarazed.

Orang-orang di sana kaget melihat ku, tentu siapa yang tak kenal dengan seorang Nebula, Ratu dalam perjudian. Aku lebih dikenal dengan Ratu Judi dibandingkan sebagai penjelajah. Tentu saja karena tidak ada yang tahu aku penjelajah.

"Nebula, lama tak mendengar namamu. Seperti seorang penjelajah saja pergi-pergian tak tentu arah, bisanya hanya menghabiskan bahan bakar. Kaum mereka memang pantas dimusnahkan dari galaksi ini, benar-benar menyusahkan!"

Yang lain tertawa. Sungguh aku benci melihat dia merendahkan kaumku yang lebih berpengalaman dibanding Prajurit yang hanya berdiri diam menunggu perintah. Emosiku sudah di ujung kepala, jangan sampai aku mengambil anak panahku dan menusuk mulut busuknya itu.

"Menurutku penjelajah lebih baik dibanding prajurit seperti mu. Sayang sekali para penjelajah harus musnah!" ucap seseorang laki-laki di meja belakang.

Semua menatap orang itu, syukurlah dia bukan makhluk berbentuk aneh, jenisnya sama seperti ku. Laki-laki berambut panjang sebahu dan ikal di bagian bawahnya, jangan lupakan parasnya yang tegas. Setelan bajunya tidak begitu mewah, mungkin hanya penduduk biasa?

"Kau tidak tau apa-apa! Kau harus tahu! Prajurit sepertiku dilatih di atas pasir hisap liar di Planet Thombulus. Penjelajah tidak akan berani berhadapan dengan pasir itu!" Terlalu berlebihan tidaklah baik, bukan?

Tapi kali ini aku ingin membanggakan kaumku. Aku pernah berhadapan dengan yang lebih berbahaya dari hanya sekedar pasir hisap. Dhogdrugus, makhluk besar berkepala seperti badak bercula satu, berbadan besar seperti gajah namun terdapat tempurung seperti kura-kura di bagian pungungnya. Aku pernah berhadapan dengan makhluk itu, sendiri. Tidak ingin sombong, tapi aku menang melawan makhluk itu menggunakan panah.

"Menakjubkan, dengan bantuan tali yang mengikat tubuhmu agar tidak tenggelam, bukankah itu sangat keren?" Ledek laki-laki itu pada prajurit yang sekarang wajahnya memerah menahan malu dan marah.

Aku punya firasat jika ini tidak segera dihentikan, pistol laser terbaru itu tidak akan menjadi milikku. Keadaan semakin kacau, ketika semua orang yang berada di meja ini beradu mulut menegaskan pendapatnya masing-masing, lebih tepatnya mempertahankan harga diri mereka agar tidak jatuh.

Aku memukul meja sekencang mungkin sampai memunculkan bunyi yang keras sehingga semua yang berdebat terdiam menatapku.
"Bisakah kita mulai saja sekarang?" tanyaku tak sabar.

Prajurit itu duduk dengan tatapan tajam yang terus mengarah pada laki-laki tadi. Tidak ada lagi yang berdiri, semua terdiam duduk saling tatap.

•°•°•

Sudah lima ronde permainan, dan semua tentu saja aku yang memenangkannya. Puas sekali melihat wajah angkuh itu tertunduk lesu.

Lumayan senjata laser terbaru ditambah beberapa koin perak dan satu koin emas, menjadi milikku sekarang.

Sudah mendapat apa yang ku mau, lantas tak ada gunanya tetap berdiam di tempat ini. Aku melangkah keluar dan menghirup udara segar yang tak terlalu segar. Membawa pistol laser di samping pinggangku membuat aku terlihat keren.

"Tak ada salahnya memamerkan betapa kerennya diriku." Membanggakan diri sendiri adalah salah satu hobiku.

"Yeah, sangat keren hingga membuat siapa pun yang menatapmu akan iri."

Aku memekik kaget di sampingku laki-laki berparas tegas yang tadi, berdiri di sampingku. Tatapannya kedepan, membuat rahang tegas itu terlihat dari samping sini.

Tak mau meladeninya aku kembali melangkah mencari tempat penginapan, tapi sialnya orang itu terus mengikutiku. Hei, aku sangat tidak suka diikuti seperti ini.

Aku berhenti, dia juga berhenti di belakangku. "Kenapa kau mengikutiku? Maaf aku tidak punya koin untukmu!" tidak mungkin aku memberikan koin berharga ini pada orang lain.

Dia terkekeh geli.
Apa yang lucu dari ucapanku?

"Aku tidak minat dengan koin hasil perjudianmu. Dan maaf juga aku tidak mengikutimu, aku mencari penginapan di sini!"

"Kalau begitu-"

BAM

Ledakan terjadi di bar tadi, membuat semua orang panik dan berlarian tak tentu arah. Puing-puing bangunan berterbangan menimpa orang-orang di dekatnya.

Aku membelalakkan mata kaget, melihat pesawat militer pusat kota Planet Tarazed yang terbang di atas bangunan dan menjatuhkan beberapa peledak.

Apa-apaan itu! mereka pikir ada tahanan di sini? lihatlah penjaga di sini sangat ketat, yang juga pasti akan melapor jika ada yang mencurigakan. Walaupun ini tempat kriminal, tahanan penjara tentu berbeda. Kriminal masih dianggap umum di planet ini, bahkan orang pusat kota banyak yang kriminal.

"ROXIE!" Oh tidak, jangan sampai mereka menghancurkan kapalku.

~°•°•°~

GALAXY : The Last Explorer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang