Explorer [33]

11 4 0
                                    

Kami duduk melingkar di kursi yang telah tersedia di ruang makan, meja kayu dengan ukiran-ukiran mewah, di atasnya sudah tersedia aneka ragam makanan dan camilan. Ah rupanya aku datang paling akhir, hanya ada satu tempat duduk yang tersisa, di samping ibu dan Pancy. Setelah perjalanan yang begitu panjang, sekarang teman-temanku terlihat lebih rapih dan bersih.

Mereka memakai pakaian yang senada dengan ku, kami memakai pakaian serba putih. Ibu bilang, warna putih adalah warna yang bisa mengartikan banyak hal, kesucian, kedamaian, kemurnian dan ketenangan. Kadangkala Ibu juga mengartikan warna putih sebagai cinta abadi.

Pelayan membawakan minum, diletakan di atas meja. Saat tiba minuman Frank pelayan itu berhenti ragu-ragu. "Apakah anda ingin minuman yang asin, tuan?" Pertanyaan pelayan itu mengundang tawa semua yang ada di meja.

Frank terlihat jengkel ditertawakan, "kenapa aku harus meminum air asin?"

"Karena kau gurita, itu sudah sangat jelas bukan, Frank." Jawaban Pancy kembali mengundang tawa, terkecuali Frank tentu saja.

Mereka tidak tahu saja kalau Frank bukanlah kaum Olagarroa asli, yang dimana tubuhnya yang sekarang bukanlah tubuh aslinya, aku jadi teringat dia berasal dari Planet Bumi, mungkin akan ada penjelasan di sana mengenai kondisi Frank saat ini. Dan aku berharap manusia di Bumi bisa mengatasinya.

Suara dentingan gelas di sampingku membuat semua berhenti tertawa, ibu berdiri dengan gelas dan sendok di tangannya mengalihkan semua perhatian. Aku melihat aura pemimpin terpancar darinya sangat kuat. Ibu tersenyum kemudian meletakkan gelas dan sendok kembali di meja.

"Adalah sebuah kehormatan bagi saya pada kalian, yang telah menemani putri saya menemukan kembali rumahnya. Pertemanan kalian sangat mengagumkan, apapun alasannya. Sebagai tanda rasa terimakasih, saya ada sedikit hadiah untuk kalian. Namun untuk sekarang, nikmatilah hidangan dari kami." Ibu tersenyum mempersilahkan kami untuk makan. Aku ikut tersenyum melihatnya, ibu kembali duduk dan menatapku sambil menggenggam tanganku.

Setelah mendengar ibu, kami mulai menyantap makanan ini dengan lahap, karena masakan ini tidak jauh berbeda dengan yang kami makan sehari-hari di Galaksi Centauri. Camilan yang berupa percoklatan dan kacang-kacangan, ada juga kue kenyal yang di dalamnya terisi coklat.

Di antara kami Orion yang paling lahap, padahal awalnya dia terlihat begitu berwibawa saat suapan pertama, namun di beberapa suapan mulailah terlihat sifat aslinya, dia bahkan menambah hingga tiga kali piring penuh. Untungnya makanan ini tersedia dengan jumlah yang banyak dan porsi yang banyak. Pancy sampai mengingatkannya untuk berhenti mengambil daging.

"Perhatikan porsi makanmu Orion! kau sudah seperti tidak makan selama sebulan lebih." Percuma saja Pancy mengingatkannya.

"Dia bisa makan lebih banyak dari ini Pancy, jadi ku sarankan kau berpikir dua kali untuk menikahinya."

Mata Orion membulat mendengar ucapanku, jelas itu merobek citra dirinya sebagai laki-laki gagah di depan Pancy.

"Aku akan memakan apapun dalam porsi berapapun nantinya, asal itu semua masakanmu. Kau tidak perlu khawatir sayang." Dia berusaha memperbaiki citra dirinya, itulah Orion.

"Siapa juga ingin menikahimu!" Wajahnya merah padam, oh ya ampun dua orang ini benar-benar ingin ku nikahkan saja sekarang.

Kulihat Serena juga semakin cantik dan bersih, dari pertama aku melihatnya di pasar gelap itu. Walaupun banyak goresan luka lama di wajahnya, tapi tetap dia terlihat menarik. Berpindah ke samping Serena, mataku menangkap Rigel yang juga tengah memperhatikan adik Frank dengan tatapan yang belum pernah aku lihat.

Sadar dirinya ada yang memperhatikan, Rigel mengalihkan matanya ke pada ku. Dia langsung bertingkah aneh, seperti menyendokkan air ke mulutnya. Aku hanya mengangkat bahuku pura-pura tidak tahu.

"Ini adalah makanan terlezat yang pernah aku makan, rasanya seperti rumah." Aku setuju dengan Frank, memang benar makanan yang jika dimakan bersama dengan orang-orang tercinta pasti rasanya akan jauh lebih enak.

"Benar, setelah berbulan-bulan aku hanya makan bubur hambar, makanan ini seperti obat untuk lidahku." Orion mengangkat sepotong daging ke atas, kemudian memakannya.

"Aku setuju, aku sudah muak dengan bubur hambarmu Neb." Aku tersenyum mendengar Rigel.

Memang selama perjalanan setelah kehabisan bahan makanan yang tersisa hanya bubur kemasan saset yang rasanya jauh dari kata enak. Aku menyimpannya untuk makanan darurat jika aku kehabisan makanan saat sedang menjelajah, namun aku menambahkannya dengan perasa makanan, sehingga rasanya tidak begitu buruk.

"Tapi dengan adanya bubur itu kita semua masih hidup sampai sekarang." Serena ikut bergabung dalam bahasan bubur hambar ini, walaupun aku tahu dia juga tersiksa memakan bubur itu.

"Benar, kalian harusnya bersyukur!" Aku juga sering kali melihat Pancy menahan untuk tidak muntah saat memakan bubur itu.

Selesai acara makan-makan kami, pelayan kembali untuk mengambil piring yang kotor dan beberapa lauk yang masih tersedia, untuk di bawa ke dapur. Kini di meja hanya tersisa camilan saja. Ibu berpamitan pergi ke tempat ayah.

"Apa rencana kita selanjutnya?" Rigel membuat semua mata tertuju pada ku.

Aku sendiri bingung, Paman Han belum mengabari bagaimana kondisi di sana. Tapi aku yakin mereka masih bisa menahan pasukan Zain.

"Kita tunggu kabar dari Paman Han, sambil berlatih mengasah kemampuan kita. Perang ini begitu terlihat, sudah sampai di ujung mata, tidak mungkin kita tidak mempersiapkan segalanya. Entah berapa lama Paman Han dan pasukannya bisa menahan Zain, kita gunakan kesempatan ini untuk berlatih!"

Yang lain mengangguk paham, sekali lagi aku merasa tidak enak. Mereka harus ikut andil dalam perang ini.

GALAXY : The Last Explorer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang