Kami di arahkan menuju tempat dimana mereka tinggal, sepanjang perjalanan aku hanya menggelengkan kepalaku, tidak menyangka ini akan terjadi.
Dan tidak sabar menemui kedua orangtuaku, seperti apa mereka sekarang, apa yang harus aku ucapkan di hadapan mereka. Aku hampir lupa dengan Zain dan pasukannya, apa kaumku tahu mereka sedang diburu?
Kami harus menyiapkan apapun untuk perang, bukan?
"Ada banyak sekali orang yang mengejar kalian, apa kalian tahu itu?" tanyaku disela perjalanan.
"Menurutmu kami berpakaian seperti ini untuk apa? Kami tahu, bahkan sebelum sampai di planet ini. Orang tua kami telah banyak berkorban agar kami bisa pergi ke planet ini, bersembunyi dari mereka yang mengejar kami." jelasnya.
"Mungkin selebihnya akan dijelaskan langsung oleh tetua kami." Ucapnya ketika kami sampai pada ujung tebing, ini jalan buntu? Karena tidak ada lagi jalan yang terlihat.
Laki-laki di depanku membuka telapak tangannya menempelkannya pada salah satu batu di sana, aku jadi teringat pintu yang terbuka dengan memperlihatkan tanda Kaum Penjelajah pada sensor tersembunyi. Apa yang barusan laki-laki ini lakukan adalah memperlihatkan tandanya pada sebuah sensor di bebatuan. Dan lagi-lagi aku teringat ayah.
Tebing bergetar sampai butiran salju di atasnya berjatuhan. Pintu raksasa terbuka, kami masuk bersama dengan beberapa pemanah lainnya, tidak semua pemanah ikut kedalam karena sebagiannya pergi kembali, aku tidak tahu kemana mereka pergi tapi aku bisa lihat mereka kembali ke atas dengan sekali lompatan.
Sebuah gua dengan pemukiman yang luas, bahkan ada ruang untuk pemanah lain berlatih, tempat ini sama sekali tidak terlihat seperti gua, luasnya kira-kira bisa menampung satu kota besar di permukaan. Gua ini juga tinggi, lampu-lampu raksasa menghiasi atap gua, menerangi sampai bawah.
Banyak sekali pemanah yang mengenakan jubah yang sama dengan laki-laki ini, mereka menghentikan kegiatan mereka begitu melihat kami datang.
Pemanah yang lain mulai melimpir untuk bergabung dengan para pemanah yang sedang berlatih itu. Tersisa laki-laki yang sejak tadi memimpin perjalanan.
Aku hanya mengikuti kemana laki-laki ini akan menuntunku dan teman-temanku.
Semakin jauh kami berjalan, tanah yang kami pijak mulai tidak beraturan, ada tebing yang menjulang tinggi dengan rumah di atasnya, juga tepat di bawah tebing itu terdapat air terjun yang tidak terlihat kemana air itu berakhir.
Tidak ada habisnya kejutan di dalam sini, ada sebuah kereta gantung dengan rute ke atas dan ke bawah. Di bawah sana juga ada pemukiman, rumah-rumah seperti dusun memenuhi sebagian tempat. Bahkan terdapat pasar juga di sini.
Anak-anak berlarian melompat di atas bebatuan, ada orang dewasa juga yang memperhatikan anak-anak itu.
"Mereka sedang berlatih keseimbangan, kami juga dulu seperti itu." ucap laki-laki itu yang juga melihat anak-anak tadi.
"Kaummu canggih juga Neb. Di sini ada piringan terbang, orang-orang menaikkinya dan piring itu terbang seketika. Memang di Tarazed juga memiliki yang seperti itu, tapi tidak setipis punya kaummu." Aku juga sama kagumnya dengan Orion.
"Kemana kau akan membawa kami?" tanya Frank, terlalu kagum aku sampai lupa bertanya kemana kami akan pergi.
"Ada yang ingin menemui mu Nebula, sudah lama ia menunggu hari ini terjadi." Jawabnya.
Aku hanya mengangguk, aku tahu siapa yang akan aku temui.
Kami menaikki salah satu kereta gantung, dengan sekali tekan kereta ini bergerak menaik, kereta ini bisa menampung setidaknya dua puluh orang, itu yang dijelaskan oleh pemanah yang belum ku ketahui namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAXY : The Last Explorer
Ficção CientíficaDi angkasa yang luas, tersebar miliaran bintang, planet dan benda-benda langit lainnya tergabung menjadi sebuah kesatuan yang biasa kita sebut, Galaksi. Dimana setiap planetnya memiliki bintang yang menjadi induk mereka, hal itu yang juga kita kenal...