22.

6K 695 11
                                    

Alroy menatap bingung kearah Mia. "Duniamu maksudnya?" tanyanya heran.

Mia menatap Alroy dan ketiga pengawal di depannya. "Aku akan menceritakan sesuatu. Aku harap kalian bisa mendengar nya dengan baik," ucapnya.

Mereka semua mengangguk setuju. Mia mulai menceritakan semua hal yang terjadi padanya. Di mulai kecelakaan, cahaya putih dan berakhir di tempat yang penuh dengan fantasi ini.

Alroy terdiam. Pantas saja Mia terlihat begitu berbeda dari orang yang pernah di lihatnya teryata, Mia bukan berasal dari sini permaisuri nya berasal dari dunia yang lain yang tidak pernah ia lihat.

Alroy menatap Mia, tapi jika Mia berasal dari dunia itu bukankah ia akan kembali kesana juga?

Mia tersenyum. "Begitulah. Hingga aku sampai disini," ucapnya.

Alroy tersenyum tipis. "Yang penting kau disini. Tetap bersamaku dan yang lain," ucapnya.

"Tentang dunia ku dulu. Apalagi yang kau lihat?" tanya Mia pada Yan.

Yan menatap Mia dengan serius. "Kekacauan disini. Membuat semua klan hampir musnah dan memilih untuk tinggal di dunia yang baru," ucapnya. "Kau paham maksudnya?" tanyanya pada Mia.

Mia terdiam sejenak. "Kepunahan? Apa ini yang di maksud peperangan dan kehancuran?" tanyanya sambil menatap Alroy.

"Mau tidak mau. Siap tidak siap. Kita akan mengalaminya," ucap Alroy sambil mengusap rambut Mia.

"Dan tentang kandunganmu," Yan menatap perut Mia. Perempuan itu mengelus perutnya.

"Aku tidak tau. Yang pasti, anak yang kau kandung memiliki kekuatan tanpa batas. Lebih kuat, sangat kuat," ucap Yan. "Yang paling di takuti semua orang," sambungnya.

Arthur menatap Yan. "Yang berarti penyebab terbesar terjadi peperangan nanti adalah---"

"Kelahiran anak dari raja kegelapan," potong Tian. "Jujur saja, semenjak tuanku mengandung. Lingkup tubuhnya penuh dengan hawa membunuh. Bukan darimu tapi dari bayimu," ucap Tian sambil menatap Mia.

Alroy menggenggam tangan Mia. "Tidak akan ada yang menyentuh permaisuri dan anakku!" ucapnya dingin.

"Ya memang tidak ada," sanggah Yan. "Tapi jangan lupa. Kekuatan tiga raja lainnya. Sama-sama kuat seperti mu yang mulia," sambungnya.

"Satu orang melawanmu cukup untuk membuat dunia imortal porak-poranda. Bagaimana jika tiga yang menyerang? Bukankah dunia ini akan lenyap?" Yan menatap serius.

Arthur dan Tian mengangguk setuju. "Kita tidak akan sanggup melawannya. Kecuali," Arthur menatap Mia.

"Kecuali tuanku menemukan hewan roh selanjutnya," sambung Arthur.

"Kita memerlukan kekuatan hewan roh. Semuanya. Kita membutuhkan semuanya,"

∆∆∆

Alroy berjalan mendekati Mia yang sedang berdiri di balkon istana. Ia memeluk pinggang Mia dari belakang.

"Memikirkan apa? Hm," Alroy mengelus perut Mia.

"Sebenarnya takdir apa yang sedang aku jalani?" tanya Mia. "Apa aku di buat untuk menjadi pion? Atau--"

"Stt-- jangan bicara seperti itu," potong Alroy sambil mengecup pipi Mia.

Alroy tersenyum lembut. "Aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Semuanya," ucapnya.

"Kandunganmu mungkin akan lahir lebih cepat. Karena anakku bukan orang biasa," ucap Alroy. "Tapi sebelum dia lahir, kita akan menemukan hewan roh milikmu yang lainnya," sambung Alroy.

Mia terdiam, ia menggenggam tangan Alroy. "Firasatku tidak enak," gumamnya.

Alroy memeluk tubuhnya dengan erat. "Tenangkan pikiranmu. Selama ada aku. Tidak akan ada yang berani menyentuhmu. Aku jamin itu," ucapnya dengan tegas.

Mia tersenyum kecil sambil mengelus perutnya yang terlihat buncit. "Terima kasih untuk semuanya," lirihnya.

Alroy mengecup punggung tangan Mia. "Apapun untuk permaisuri ku," balasnya.

"Jika seandainya," Mia menatap wajah Alroy lalu mengusap pipinya. "Seandainya aku pergi lebih dulu. Kau akan memilih anakku kan?" tanyanya.

Rahang Alroy mengetat. "Jangan pernah katakan itu! Sekalipun raja neraka yang mengambilmu aku akan merebutmu kembali!" ucapnya dingin.

"Takdirmu bersama ku. Jangan lupakan itu. Kau milikku!" ucap Alroy sang dominan.

Mia menelan saliva nya dengan kasar. "Jangan menatapku seperti itu. Aku takut," lirih nya sambil menutup mata Alroy dengan kedua tangannya.

Alroy melepaskan tangan Mia ya g menutupi matanya. "Dari awal sudah aku katakan padamu. Kau milikku Mia. Kau permaisuri ku," desisnya.

Mia mengangguk pelan, lalu Alroy memeluk tubuhnya dengan erat. "Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku Mia. Jangan pernah!" lirih Alroy.

Mia tersenyum kecil. "Aku hanya berkata seperti itu seandainya---"

"Tidak akan ada seandainya dan tidak akan pernah!" Alroy menatap tajam Mia.

Alroy menunduk dan mengecup leher Mia. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku Mia. Tidak akan. Sekalipun dengan nyawaku, aku tidak akan melepaskan mu," ucapnya dengan serius.

Mia menganggukan kepalanya. "Aku tau. Terima kasih," ucapnya.

Alroy menatap Mia, ia pun mengecup bibir Mia. "Besok kita akan pergi," ucapnya.

Mia mengusap rahang Alroy dan menatapnya. "Kemana?" tanyanya.

Alroy menarik pinggang Mia. "Tempat dimana para dewi tinggal. Disana, mungkin kita akan menemukan jawaban disana. Tentang keturunan dewi yang di bicarakan," ucapnya sambil mengecup pelipis Mia.

Alroy melepaskan pelukannya, ia pun menunduk dan mengecup perut Mia. "Jadilah yang terkuat untuk melindungi yang kau sayangi seperti ayahmu sayang," lirihnya sambil memeluk pinggang Mia dan kembali mengecup perut Mia.

"Lindungi yang bisa kau lindungi dan tumbuhlah menjadi kuat, lebih kuat,"

∆∆∆
TBC

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang