26.

5.6K 613 18
                                    

Gio memejamkan matanya, ia berubah menjadi seekor naga yang begitu besar, terdengar lengkingan suara dari elang yang terbang di atasnya lalu mendarat di sampingnya. Yan, dengan wujud elang nya yang sama besar dengan wujud naga dari Gio.

Alroy terbang dan mendarat di tengah-tengah mereka berdua. Sayapnya terbuka dengan begitu lebar. Bewarna hitam legam dan pedang di tangan kanannya.

"Cukup sampai disini latihannya," ucap Alroy sambil menatap lapangan luas di depannya yang sudah hancur dan terbakar hebat.

Ia pun membaca mantra membuat lapangan di depannya kembali seperti semula dalam sekejap mata. Kekuatan nya bertambah kuat, sangat kuat semenjak ia terus melatih kekuatannya.

Namun berbeda dengan Mia, kondisi istrinya semakin hari semakin buruk karena kandungannya selalu bereaksi hebat hingga membuat tubuh Mia tidak mampu menopang lagi dan berakhir di tempat tidur.

Sebentar lagi bulan purnama dan tepat di malam itu anaknya akan lahir sebagai penerus.

"Aku akan kembali ke dalam untuk melihat istriku," ucap Alroy.

"Kami ikut!" ucap Arthur. Mereka semua menganggukkan kepalanya.

Alroy tersenyum tipis. "Ayo!" ucapnya.

Di tempat tidur, Mia masih memejamkan matanya. "Kau butuh sesuatu, tuanku?" tanya Alea sambil menatap khawatir.

Mia membuka matanya. "Aku tidak apa-apa. Hanya tidak sanggup untuk bangun saja. Jangan khawatirkan itu," ucapnya sambil tersenyum lemah.

"Hitungan hari. Sebentar lagi kau melahirkan," ucap Alea.

Mia tersenyum lirih. "Dan tepat hari itu peperangan akan terjadi. Entahlah sepertinya takdir sedang bermain-main padaku," gumamnya.

Pintu terbuka, Mia menoleh dan ia pun tersenyum saat Alroy memasuki kamarnya dengan di ikuti hewan roh miliknya dari belakang.

"Apa anakku berulah lagi sayang?" tanya Alroy sambil mengusap perut Mia.

"Dia anak yang hebat," ucap Mia. Alroy tersenyum, lalu mengecup kening Mia.

"Tentu karena aku juga hebat," ucap Alroy.

Gio berjalan mendekat lalu sebuah sulur tanaman muncul dan mengelilingi tubuh Mia.

"Kau akan baik-baik saja untuk sementara waktu," ucap Gio.

Mia menganggukkan kepalanya. "Terima kasih," ucapnya sambil tersenyum.

"Yang mulia," ucap Alea pada Alroy. "Persalinan putramu, hanya tinggal hitungan hari," sambungnya.

Alroy mengangguk paham. "Kau dan istri Oliver akan membantu persalinan istriku. Arthur dan Tian akan menjaga kalian sedangkan sisanya akan ikut bersamaku," ucapnya.

Alea mengangguk, semuanya menatap Mia yang sedang menahan sakit. Hanya hitungan hari, mereka akan berperang.

Sebentar lagi, dan semua akan selesai.
Alroy memandang langit yang sudah mulai menggelap, matanya menatap tajam. Hari mulai malam, tidak ada angin bahkan bintang pun tidak menampakkan diri.

"Malam pembunuh," seringai terulas di bibir Alroy.

∆∆∆

Seorang pria dengan jubah berwarna hitam dengan mahkota emas di kepalanya. Matanya yang bewarna merah gelap tampak terlihat di gelapnya malam. Sambil menggoyangkan gelas di tangannya yang berisi darah manusia.

Ia meminum darah tersebut hingga tandas lalu melempar gelas tersebut kelantai menyebabkan kebisingan di malam hari. Ia menjilati bibirnya sendiri dan tersenyum mengerikan menampilkan gigi taringnya yang besar dan tajam.

Razka, raja para vampire nampak duduk dengan tenang di singgasananya. Ia meletakkan mahkotanya di atas meja yang ada di sampingnya lalu, mengeluarkan bola bewarna putih di hadapannya.

Razka membaca mantra membuat kabut di dalam bola mulai bergerak, ia menatap bola tersebut.

Menampilkan wajah seorang perempuan yang membuatnya jatuh hati. Namun saingannya bukan hanya satu orang lebih banyak orang yang menginginkan perempuan reinkarnasi seorang dewi.

Razka mengusap bola miliknya yang menampilkan wajah berseri Mia. Ia tersenyum begitu tipis. "Cantik sekali," gumamnya

"Sangat cantik," lirihnya.

"Aku tidak sabar menunggu hari dimana aku mendapatkan mu," ucapnya.

Razka tertawa kecil, ia membayangkan adanya seorang wanita di hidupnya rasanya sangat membuncah.

Razka mengusap bibirnya. "Aku penasaran, bagaimana rasa dari darah seorang reinkarnasi?" tanyanya sambil menelan saliva nya. "Pasti sangat enak," kekehnya.

"I will come!"

Tawa Razka begitu mendominasi malam yang begitu sepi itu. Hawa membunuh yang begitu kental.

Di tempat lain, Kelvin raja para siluman. Ia memasuki ruang singgasananya dengan wujud ular saat di kursi kebesarannya ia berubah wujud.

Kelvin sedikit menguap, ia mengetuk jarinya di kursi sambil menyeringai. "Mia Aquinsha," gumamnya sambil membayangkan wajah wanita yang begitu cantik.

"Nama yang cantik, persis seperti orangnya," ucap Kelvin.

Kelvin merenggangkan kedua tangannya. Mata bewarna abu-abu terang itu menatap begitu dingin. Ia menatap mahkota di tangannya. Mahkota ratu siluman.

"Kau memakai mahkota ini akan terlihat cantik nanti," ucap Kelvin. "Aku tidak sabar menunggu itu," sambungnya.

Kelvin meletakkan mahkota tersebut di dalam sebuah kotak di atas bantal kecil berwarna merah.

"Alroy." gumamnya. "Tidak adil kalau kau menguasai wanita cantik itu sendirian," ucapnya sambil bangun dari duduknya dan berjalan.

Memandang langit yang menampilkan bulan yang begitu terang. Kelvin merubah dirinya menjadi ular kembali dan pergi keluar.

Ia menatap pohon besar di depannya lalu menaikinya dengan wujud siluman dan bertengger di salah satu dahan pohon yang begitu besar. Kelvin mendesis.

"Mia Aquinsha. Kau akan menjadi milikku. Kita akan bahagia bersama, tunggu saja," Kelvin dalam wujud ularnya lalu menghilang begitu saja dari atas pohon bersamaan dengan kabut bewarna hitam yang terbang di langit.

"Siapa yang terkuat. Dia yang memilikinya dan aku pastikan. Akulah yang akan jadi pemenangnya,"

∆∆∆

TBC

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang