14.

12.2K 1.2K 36
                                    

"Tuan. Lebih baik tuan mengenakan cadar untuk menutupi wajahmu," ucap Arthur.

"Kenapa?" tanya Mia heran.

"Apa kau tidak lihat? Tatapan pria itu. Seperti ingin menerkammu saja," ucap Arthur kesal.

Yan menatap datar, memang benar adanya. Banyak pria yang menatap Mia dengan pandangan menjijikan.

"Jika kau ingin. Aku bisa menghabisi mereka semua," ucap Yan dingin. Mia melotot.

"Tidak. Kau gila ya?" tanya Mia kesal. Ia pun memasang cadar miliknya. Jika tidak sudah di pastikan kedua hewan miliknya akan mengamuk di sini.

"Boleh aku membakar tempat ini?" tanya Arthur lewat pikirannya pada Yan.

Yan menatap dengan alis yang terangkat. "Aku muak dengan tatapan gadis yang menatap kita. Kau tau itu menjijikan," Arthur melanjutkan perkataannya.

Yan memandang acuh. Dia tidak peduli. Lagipula secantik apapun tidak ada yang sebanding dengan tuannya.

"Wah. Makanan disini. Aku ingin memakannya," ucap Mia dengan tatapan berbinar.

"Kalau begitu ayo kita beli," ucap Arthur.

Mereka pun memasuki tempat yang tampak ramai. Mia menatap dengan semangat, kebetulan dia sangat lapar hari ini tidak tau kenapa. Melihat makanan yang sangat harum ini membuat perutnya memberontak.

"Ingin pesan apa tuan dan nona?" tanya pelayan kecil. Tubuhnya setengah rubah dan manusia dengan ekor bewarna orange.

"Pesan semua yang ada di buku ini," ucap Mia dengan semangat.

"Wah. Semua? Baik. Akan kami sediakan untukmu," ucap pelayan tersebut.

"Ehm, kau yakin bisa menghabisinya?" tanya Arthur dengan tatapan melongonya.

"Tentu saja," balas Mia dengan yakin.

"Perutmu tidak akan meledak kan tuan?" tanya Yan.

Mia menggeleng. "Aku kan tidak makan sendiri. Ada kalian yang makan bersamaku," ucapnya.

Semua orang tampak menggerumuni panggung membuat Mia menatap bingung. "Ada apa?" tanyanya.

Yan mengangkat bahunya. "Pertunjukan mungkin," balasnya.

Mia berdiri dan ikut menyusul. Diikuti Yan dan Arthur. Arthur mengerutkan keningnya saat merasakan kekuatan dimensi.

"Tuan---"

"Akhhh!" Mia hampir saja terjatuh jika tidak ada yang memegangi pinggangnya.

"Te-terima kasih," balas Mia.

"Cantik," gumam pria yang baru saja menolongnya, ia menatap Mia. Mia menoleh menatap bingung. Astaga, teryata cadarnya terlepas.

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Mia. Pria itu menggeleng sambil tersenyum. Pria dengan telinga kucing dan mata yang bewarna merah seperti darah.

Yan menarik mundur Mia. Arthur menatap tajam. Sedangkan pria itu hanya tersenyum.

"Maaf membuatmu terkejut nona. Namaku Neo Vancio," ucap Neo.

Mia mengangguk singkat. "Kalau begitu aku pergi dulu," ucapnya.

"Jaga tatapanmu dari tuanku," bisik Arthur saat melewati Neo.

"Aku selalu memantau mu," sambung Yan dingin. Neo tersenyum tipis, ah memiliki pengawal teryata.

"Cantik sekali. Tidak tau apa dia sudah memiliki pasangan," Neo tersenyum.

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang