8.

16.9K 1.7K 93
                                    

Teriak Mia semakin keras saat tanda seperti akar di bagian lehernya semakin melebar. Elemen terakhir yang akan keluar. Elemen air.

Terlihat beberapa butir air nampak mengambang di udara. Alroy menatap Tabib Ferril.

"Elemen ini akan baik-baik saja yang mulia," ucap Ferril. Lalu ia menatap kearah langit yang mulai gelap tidak ada bintang.

"Sebentar lagi akan bulan purnama," ucap Ferril.

"Selama bulan purnama semua elemen akan keluar. Ini tidak baik," sambung Ferril.

Alroy mengepalkan tangannya, ia harus memastikan bahwa permaisurinya baik-baik saja.

Bomm~

Alroy menatap tajam. "Erick!!" teriak nya.

"Hamba yang mulia," ucap Erick. Ia datang dengan cepat.

"Siapa yang berani menyerang?" tanya Alroy.

"Lapor yang mulia. Pangeran Ivan datang menyerang dengan ribuan pasukan khusus pengendali sihir tingkat menengah," ucap Erick.

Alroy menatap dari jendela istana memang benar ribuan pasukan tingkat menengah yang mengendalikan sihir.

"Yang mulia. Jika tidak segera melakukan penyatuan yang mulia ratu akan mati," ucap Ferril.

Alroy mengepalkan tangannya. Berani sekali menyerang istananya.

"Yang mulia," Erick bersujud dihadapan Alroy. "Izinkan hamba untuk ikut menyerang,"

Alroy memejamkan matanya tak lama kemudian ia terbelah menjadi dua. Alroy mengibaskan jubahnya lalu berbalik.

"Ikut aku. Siapkan pasukan," ucap Alroy. Ia menatap dirinya yang satu lagi.

"Diriku yang satu lagi akan melakukan penyatuan dengan Mia," sambung Alroy.

"Apa ini akan baik-baik saja yang mulia? Kekuatanmu sekarang terbagi menjadi dua," ucap Ferril.

Alroy memejamkan matanya sesaat kemudian ia kembali membuka matanya yang sudah berubah menjadi merah gelap.

"Tenang saja. Setengah kekuatanku juga bukan lawan yang sepadan untuk mereka," ucap Alroy.

"Erick. Kita pergi," ucap Alroy. "Tolong bantu permaisuriku,"

Ferril menunduk hormat setelah itu Alroy menghilang bersamaan dengan angin yang begitu kencang.

Ivan terus menerus menyerang istana Alroy di bagian depan namun ia terpental saat ada serangan yang begitu kuat mengarah padanya.

"Nyalimu berani sekali ya," ucap Alroy. Dengan begitu cepat ribuan pasukan miliknya sudah berdiri di belakangnya.

Ivan tersenyum tipis. "Serahkan wanitamu padaku setelah itu aku akan melepaskan mu," ucapnya.

Alroy tertawa sumbang, matanya menajam. "Permaisuri ku? Kau berharap aku menyerahkannya? Bermimpi lah bedebah!" ucapnya.

"Kau bukan lawanku Ivan," ucap Alroy remeh.

Ribuan anak panah dengan dialiri listrik menyerang Alroy namun tidak ada satupun yang mengenai pria itu karena panah tersebut langsung jatuh seketika.

"Jika aku dan suamiku bergabung apa kau bisa mengalahkan kami Alroy?" tanya Wenda.

Alroy menatap tanah yang ia pijaki. Ia pun membuat barrier pelindung saat tanah itu menyerangnya.

"Heh. Pasangan serasi," Alroy tersenyum miring. "Lupakan. Aku akan menghabisi kalian semua,"

∆∆∆

"Letakkan disana yang mulia," ucap Ferril.

Alroy meletakkan tubuh Mia di tanah. Kini mereka berada di taman yang tersembunyi dengan mantra yang Alroy keluarkan.

Bulan purnama sudah semakin sempurna. Alroy membuat pelindung.

Ferril menatap kearah langit. Bulan purnama sudah sempurna. Ia pun membaca mantra.

"Yang mulai. Segeralah melakukan penyatuan. Hamba akan menunggu di luar," ucap Ferril. Ia pun menghilang dari sana.

"Ah satu lagi," Ferril kembali muncul. "Hormon yang mulia ratu akan lebih besar dari yang di perkirakan yang mulia,"

Alroy mengangguk, Ferril kembali menghilang. Alroy menghela nafas pelan, ia harus melakukan dengan cepat. Mengingat di luar sana setengah kekuatannya sedang bertarung dengan tiga summoner bintang tujuh.

Alroy mengecup kening Mia saat gadis itu mulai membuka matanya perlahan.

"Kau sudah sadar?" tanya Alroy sambil tersenyum.

Mia mengerang saat tubuhnya terasa panas. Peluh keringat membasahi keningnya

"Panas," lirih Mia.

Alroy menatap langit, sudah mulai teryata. Alroy mencium bibir Mia.

"Izinkan aku," bisik Alroy.

Mia menarik jubah yang di kenakan Alroy lalu mencium bibirnya. Alroy terdiam, memang benar yang dikatakan Ferril.

Disisi lain~

Alroy menatap tajam, saat lawannya sudah mengeluarkan hewan panggilan mereka.

Suara lengkingan begitu keras terdengar lalu angin berhembus dengan begitu kencang. Datanglah Yan, dengan bulu yang berubah menjadi warna putih bersih lalu matanya yang bewarna biru terang.

Sesaat kemudian ia berubah menjadi seorang pria tak kalah tampan dengan jubah bewarna putih tak lupa mahkota perak dengan bulu yang menghiasi atasnya.

"Orang lemah," gumam Yan.

Alroy tersenyum miring. "Kita menyerangnya bersama," ucapnya.

Yan menoleh, lalu mengangguk kan kepalanya. "Baik yang mulia," ucapnya.

Yan mengeluarkan seruling bewarna perak dan meniupnya. Saat yang bersamaan ribuan elang datang dan menyerang.

"Kalian hanya berdua. Serahkan wanitamu pada kami," ucap Ivan.

"Dan kami akan membiarkan kalian tetap hidup," sambung Wenda.

Alroy tersenyum sinis. "Menyerahkan wanitaku? Kau terlalu berharap banyak," ucapnya.

"Siapa bilang aku hanya berdua," ucap Alroy remeh. Ia menginjakkan kakinya pada tanah membuat tanah yang ia pijaki bergetar hebat dan membelah.

"Aku bersama pasukan terbaikku," ucap Alroy menatap pasukannya yang semakin bertambah.

Nyut~

Alroy meringis memegangi jantungnya yang terasa begitu nyeri. Namun senyuman penuh kemenangan terpatri di bibirnya.

"Ah sayangnya kalian terlambat," ucap Alroy. Mereka mengerutkan keningnya.

"Karena aku sudah melakukan penyatuan dengan ratuku dan yahh, kekuatannya juga adalah milikku," Alroy mengeluarkan semua elemen yang berasal dari penyatuannya dengan Mia. Mereka terkejut bukan main.

"Baiklah. Sampai disini saja. Apa kata-kata terakhir yang ingin kalian ucapkan padaku?"

∆∆∆
TBC

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang