Mia mengerjapkan matanya, ia menatap langit-langit istana. Tunggu, kenapa badannya terasa begitu pegal sekali? Mia menoleh dan terkejut.
"Akhhh!!" teriak Mia sambil menutupi tubuhnya polos dengan selimut. Ia menatap Alroy yang hanya mengenakan celana panjang dan tidak mengenakan atasan.
Alroy mengerjapkan matanya, ia pun menoleh. "Kau sudah bangun sayang?" ia menopang wajahnya dengan tangan.
Mia menatap horror. "Kau, aku. Apa kita---"
Alroy terkekeh. "Jika iya kenapa?" tanyanya. "Itu hal yang wajar,"
"MESUM!" teriak Mia.
Alroy menggelengkan kepalanya. Ia pun menggendong tubuh Mia dan memasuki kamar mandi.
"Tu-tunggu tunggu! Aku bisa sendiri---aww!!" ringis Mia saat merasakan bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit.
"Keras kepala," ucap Alroy sambil mencubit pipi Mia.
"Mandilah," Alroy mengecup kening Mia, ia pun bergegas keluar. "Jika sudah selesai panggil aku,"
Wajah Mia memerah, ia pun memijat pelipisnya. "Sebenarnya kemarin aku kenapa?" tanyanya.
Beberapa menit kemudian akhirnya ia selesai membersihkan diri. Alroy kembali masuk dengan membawakan handuk.
Ia menutupi tubuh Mia dengan handuk yang ia bawa lalu kembali menggendong tubuhnya. Alroy meletakkan tubuh Mia diatas kasur dengan perlahan.
Ia menjentikkan jarinya sesaat kemudian Mia langsung mengenakan gaun yang sangat cantik bewarna emas tak lupa mahkota diatas kepalanya.
"Ratuku sangat cantik," Alroy mengecup bibir Mia.
"Apa masih sakit sayang?" tanya Alroy sambil mengusap rambut Mia.
"Sedikit," lirih Mia.
"Ayo. Kau harus keluar menghirup udara segar," ucap Alroy sambil menggendong tubuh Mia.
"Aku bisa jalan sendiri!" ucap Mia terkejut.
"Aku tidak ingin membuat ratuku kelelahan," ucap Alroy. "Ngomong-ngomong aku tidak sabar menanti kau akan mengandung anakku."
Wajah Mia memerah. Alroy tersenyum, ia meletakkan tubuh Mia diatas ayunan.
"Salam tuan," Yan yang datang dengan bentuk manusianya. Ia menunduk hormat pada Mia.
"Kau siapa?" tanya Mia bingung.
Alroy terkekeh. "Tentu saja hewan roh milikmu sayang. Dia elang hitam yang kau beri nama Yan," ucapnya.
Mia menoleh menatap tidak percaya. "Kau-kau berubah?" tanya nya.
Yan mengangguk. "Setelah melewati batas kekuatanku. Akhirnya aku bisa berubah menjadi manusia," ucapnya.
"Wahhh. Tidak aku sangka kau tampan juga," ucap Mia sambil berdecak kagum.
Alroy menutup mata Mia. "Kalau kau masih melihatnya percaya atau tidak aku akan benar-benar mengurungmu selamanya," ancamnya dengan dingin.
"Tapi, aku hanya berkata jujur," ucap Mia sambil melepaskan tangan Alroy yang berada pada matanya.
"Berubahlah lagi menjadi elang," ucap Alroy kesal.
Mia memukul lengan Alroy. "Kenapa harus berubah? Kau lebih baik jika seperti ini," ucapnya.
"Siapa tau kau akan memiliki pasangan setelah ini," ucap Mia sambil bersorak gembira.
∆∆∆
"Bulumu menjadi putih ya," ucap Mia.
Ia mengelus bulu elang miliknya yang tadi bewarna hitam namun sekarang putih bersih, warna matanya pun menjadi biru terang.
Yan kembali berubah menjadi manusia. "Karena tuanku sudah melewati batas kekuatan dan aku sebagai hewan roh milikmu ikut berubah," ucapnya.
"Aku juga bingung. Pertama kali aku datang kesini warna mataku adalah biru namun setelah bertemu denganmu warna mataku menjadi hitam," ucap Mia.
"Lalu Alroy berkata kemarin malam mataku berubah menjadi merah seperti darah dan sekarang kembali menjadi semula. Mataku menjadi warna biru kembali," sambung Mia.
"Itu hal biasa yang terjadi jika seseorang akan berubah menjadi summoner langit. Dan kau, sudah berhasil menembusnya," ucap Yan.
"Benarkah?" tanya Mia tidak percaya.
"Summoner langit bintang sembilan. Tapi perlu latihan agar kau bisa mengendalikan semua elemen itu," ucap Yan.
"Dan tentunya perjalanan yang di lewati tidak mudah," sambung Yan.
"Contohnya seperti sekarang," Yan memandang langit yang bergemuruh. Mia menatap bingung.
"Apa yang kau---"
Bommm~
"Tepat perkiraan ku," Yan membuka barrier yang ia buat untuk melindunginya dan Mia. "Tidak semudah itu,"
Mia menatap horror kearah kabut putih yang menutupi pandangannya tak lama kemudian seperti aliran listrik warna biru mengarah kearah Mia.
Bammm~
Yan menahan serangan tersebut dengan kipas miliknya. "Ingin menyentuh tuanku. Mimpi saja," ucapnya.
Mia sedikit mengintip, dirinya yang bersembunyi dibelakang tubuh Yan. Ia melihat tiga wanita dengan menunggangi hewan roh salah satunya adalah serigala yang di aliri listrik disebut silver woof.
"Tiga ratu dengan kekuatan summoner bintang lima. Berani menyerang ratuku," Alroy yang langsung muncul di samping Mia.
"Aku hanya membutuhkan jantung ratumu untuk menyembuhkan penyakit suamiku," ucap Sherena.
Alroy tersenyum dingin. "Mengobati penyakit kutukan suamimu dengan jantung istriku?" Alroy tertawa sinis. "Kau mau mati ya?"
Alroy sudah mengeluarkan api dalam tubuhnya, pakaiannya pun sudah berubah menjadi warna hitam dengan corak merah.
"Siapa suruh istrimu adalah keturunan dewi," ucap Emily dengan sinis.
"Heh. Walaupun dia adalah reinkarnasi seorang dewi. Tapi sampai sekarang dia tidak berlatih apa-apa. Bukankah itu hanya akan menjadi sampah?" tanya Quena sambil tertawa sinis.
"Yan," Alroy menatap dingin.
"Hamba yang mulia," Yan menunduk hormat.
"Tunjukkan. Apa itu kekuatan neraka," Alroy tersenyum miring.
Yan mengangguk sesaat kemudian ia pun mengibaskan kipasnya membuat angin yang semula tenang menjadi berutal. Mia memejamkan matanya. Alroy langsung memeluk tubuhnya.
"Maaf sayang," bisik Alroy. Mia membuka matanya tak lama kemudian kesadaran nya menghilang.
Mia tertidur dengan Alroy yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kabut.
Sulur-sulur tanaman merambat begitu cepat membuat sebuah tameng yang begitu kuat dengan ribuan elang yang datang. Petir menyambar begitu kuat tak lupa angin yang berhembus sangat kencang. Lalu
"Ini yang ku sebut dengan kekuatan neraka," Alroy menyeringai. "Kau yang menginginkan ratuku hanya akan mati,"
"Disini,"
∆∆∆
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Queen For The King [END]
خيال (فانتازيا)Mia Aquinsha, seorang gadis sangat cantik yang mati karena kecelakaan beruntun yang membuat nyawanya seketika melayang. Namun ia kembali hidup di zaman yang berbeda dimana ia menjadi seorang gadis desa yang tinggal di hutan. Ia berada di zaman diman...