28.

6.7K 723 14
                                        

Alroy menggenggam tangan Mia. Ia membawa istrinya duduk di batang pohon yang tumbang. Kondisi Mia lumayan membaik dari kemarin. Entahlah memang membaik atau di paksa baik oleh istrinya.

"Kalau merasa tidak enak bilang padaku," ucap Alroy sambil mengusap perut besar Mia.

Mia mengangguk. "Iya," balasnya.

Alroy mendudukkan tubuh Mia di pangkuannya. Ia memeluk pinggang istrinya dengan pelan takut pelukannya membuat istrinya kesakitan.

Alroy mengecup pipi Mia sambil menyandarkan kepalanya di pundak Mia. "Kau tau sayang," ucap Alroy membuat Mia menoleh.

"Apa?" tanya Mia.

"Kehadiranmu. Semua tentang mu adalah hal yang sangat bahagia untukku," ucap Alroy. Ia kembali melanjutkan omongannya. "Aku benar-benar mencintaimu, sangat. Jika kau pergi, aku akan kembali mengambil mu lagi," sambungnya.

Mia mengusap rambut Alroy saat pria itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher.

Alroy menatap Mia. "Berjanji padaku! Kau tidak akan meninggalkan ku! Sampai kapanpun," ucapnya serius.

Mia tersenyum tipis. Ia mengusap rahang Alroy dan mengecupnya sebentar. "Aku berjanji," ucapnya dengan lirih.

Alroy tersenyum senang, ia mencium bibir Mia sambil memeluk pinggang perempuan itu sesekali mengelus perut besarnya.

Alroy melepaskan ciumannya, ia mengusap rambut Mia lalu mengecup perut besar istrinya. "Aku tidak sabar menantikan putraku lahir. Apa dia akan setampan diriku?" tanyanya sambil terkekeh.

"Tentu saja," imbuh Mia.

Alroy membaca mantra dan muncul mahkota dari tangannya, ia pun memasangkannya di atas kepala Mia. Mahkota bewarna putih dengan permata biru di tengahnya.

"Sangat cantik," ucap Alroy. "Kau yang tercantik," sambungnya sambil kembali memeluk Mia.

"Ngomong-ngomong tentang anakku---"

"Anakku juga," potong Mia.

Alroy mengulas senyumannya. "Anak mu juga sayang. Anak kita," ucapnya. "Tentang anak kita? Siapa nama yang akan kita berikan?" tanyanya.

"Rakas?" tanya Mia.

Alroy nampak berpikir sejenak. "Damian. Rakas Damian?" tanyanya. "Damian nama kakekku yang sudah tiada," sambungnya.

"Nama yang bagus," ucap Mia.

Alroy kembali mengelus perut Mia. "Rakas Damian. Aku harap kau lahir menjadi luar biasa, dan lindungi orang yang kau sayang sepertiku," gumam nya sambil mengecup perut Mia.

Alroy menyalurkan sedikit kekuatannya pada perut Mia, untuk memberikan perlindungan putranya.

Mia bangun dari duduknya. Alroy merangkul pinggang istrinya. Alroy terdiam sebentar, ia merasakan firasat buruk.

"Ayo kita masuk," ucap Alroy. Mia mengangguk.

"Akhh!" Alroy menoleh cepat. Ia menatap Mia dengan panik. Mia memegangi perutnya

Sebuah cairan bening mengalir di kaki Mia. Alroy terdiam, ia pun menatap langit lalu membeku di tempat.

"Bulan purnama, total." gumam Alroy,

"Sialan! Sudah di mulai,"

∆∆∆

Brakk'

Mereka terkejut saat pintu istana terbuka dengan keras. Namun mereka menatap Mia yang berada di gendongan Alroy dalam kondisi meringis kesakitan.

"Sudah di mulai," gumam Vancia, istri Oliver. Alea menoleh, ia terdiam.

Alroy membawa Mia ke dalam kamar di ikuti Vancia dan yang lain. Alroy membaringkan tubuh Mia perlahan di kasur.

Peluh keringat membasahi kening Mia, Alroy membersihkan keringatnya lalu mengecup kening Mia. "Bertahanlah, demi putra kita," bisik Alroy di telinga Mia.

Mia mengangguk pelan sambil menahan sakit yang teramat sangat di perutnya.

Alroy membaca mantra membuat barrier pelindung yang lebih kuat dua kali lipat. Ia memejamkan matanya membuat pakaiannya berubah menjadi jubah bewarna hitam dan sayap besar di belakang punggungnya.

"Alea, Vancia. Aku titip istriku," ucap Alroy dengan mata yang bewarna merah.

"Baik yang mulia," ucap mereka berdua dengan serentak.

"Arthur, Tian. Kalian tau apa yang harus kalian lakukan?" tanya Alroy, ia mengeluarkan pedang dan tombak di tangannya.

"Hamba paham," Arthur menunduk hormat.

Sebuah meteor mendekati istana Alroy namun dengan kibasan tangan Alroy meter tersebut meledak di luar istana membuat getaran yang lumayan hebat di dalam.

"Bedebah," desis Alroy. "Eric!' teriaknya.

Muncul asap hitam di dekat Alroy. "Hamba yang mulia," ucapnya.

"Persiapkan semuanya. Kita bergerak sekarang!" Alroy menatap Mia, ia tersenyum manis. Ia mendekati Mia dan mengecup bibir istrinya. "Aku mencintaimu. Bertahanlah sampai semuanya baik-baik saja," bisik nya.

"Aku titip istriku jaga dia dan pastikan jangan sampai terluka sedikitpun," ucap Alroy melalui telepati pada Tian dan Arthur. Mereka berdua mengangguk.

"Ayo!" Alroy mengembangkan dua pasang sayap miliknya yang bewarna hitam.

Yan dan Gio bersiap untuk berubah wujud, Alroy mengepakkan sayapnya dengan kuat. Terbang dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan Yan dan Gio mereka berlari sambil berubah wujud masing-masing. Mereka terbang dengan begitu cepat di susul ribuan prajurit dari belakang yang menunggangi kuda mereka.

Ratusan ribu hewan iblis yang di bangkitkan dari darah Mia terbang bebas di berbagai penjuru dan beberapa prajurit lainnya dengan kekuatan luar biasa ikut turun ke dalam pertempuran.

Alroy menghentikan kepakan sayapnya di udara dengan Gio dan Yan yang berdiri di sampingnya dengan wujud hewan roh mereka.

Alroy menatap bengis kearah ketiga raja yang berada sangat jauh dari nya dan mereka berkumpul dengan prajurit mereka yang sama hebatnya.

Yersa, Razka dan Kelvin sudah bersiap dengan para prajurit terbaik mereka, menatap dari bawah menatap dengan pandangan membunuh kearah Alroy.

Alroy menyeringai, ia mengepakkan dua pasang sayap hitamnya dengan begitu lebar. Lalu terbang dan mendarat lumayan jauh dari mereka bertiga.

Brakk'

Krakk'

Retakan tanah tercipta saat Alroy dan kedua hewan roh milik Mia mendarat dengan kuat.

Takk'

Alroy menghentakkan tombak di tanah. Sulur tanaman mulai muncul dan membentuk sebuah kursi dan Alroy duduk disana sambil menatap para raja yang lain dengan hawa membunuh yang kental.

Di tanah yang begitu luas empat raja berkumpul dengan ribuan prajurit berada di belakang mereka.

"Dead or alive?"

∆∆∆
TBC

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang