21.

6.4K 738 21
                                    

Mia menatap dingin kearah Cherry. Kesadarannya belum pulih. Mia serang di kuasai sisi lain dari kekuatannya.

Cherry memuntahkan darah dari mulutnya karena menerima serangan dari Mia. Perempuan itu benar-benar menjadi sangat kuat setelah kehilangan kesadarannya.

Cherry berdecih, ia terus menyerang  dengan kekuatan penuh namun di tangkis dengan mudah oleh Mia. Perempuan itu menyeringai saat melihat Cherry sudah mulai lelah. Karena, kekuatannya tidak sebanding.

Mia mengeluarkan pedang dari tangannya langsung menyerang dengan kecepatan tinggi dari tiga pasang sayapnya.

Tring '

Cherry menahan pedang Mia dengan kukunya yang panjang. Mia menghempaskan pedangnya lalu kembali menyerang dengan kekuatan penuh.

"Ah," ringis Cherry saat Mia menusukkan pedangnya pada lengan Cherry.

Pandangan membunuh Mia benar-benar begitu kental membuat siapa saja yang menatap matanya akan di kelilingi rasa takut yang begitu besar.

Cherry mengarahkan kuku tajamnya ke wajah Mia membuat perempuan itu mundur selangkah lalu menatap tajam Cherry. Wajahnya terluka di bagian pipi namun dalam sekejap luka tersebut pulih dengan cepat.

Cherry mengumpat saat tau serangannya sia-sia saja. Mia kembali menyerang dengan kekuatan penuh namun saat serangan kedua, ia terduduk meringis memegangi perutnya.

"Sakit," ringis Mia sambil memegangi perutnya yang terasa begitu sakit.

Cherry tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia pun mengerahkan seluruh tenaga nya menyerang Mia dari belakang.

Srekk'

Trang'

Sayap putih Mia mengepak lebar membuat tubuh Cherry terpental kuat hingga menabrak bangunan di belakangnya.

"Uhuk!" Cherry tertumpuk diantara reruntuhan bangunan. Ia menatap Mia yang menatap nya dengan tajam tak lupa pedang di tangannya.

"Permintaan terakhir?" tanya Mia dingin. Ia membuat tubuh Cherry membeku dengan kekuatannya.

Mia menarik pedangnya dengan jalan yang begitu santai. Sayap di tubuhnya terbuka dengan begitu besar.

Cherry memuntahkan darah saat sebuah bongkahan es menusuk dadanya. Membuat wajah Mia terciprat sedikit darah dari tubuh Cherry.

Mia mengayunkan pedangnya sambil menatap Cherry yang sudah lemah tidak berdaya. "Mati," desis Mia.

Srakk '

Brakk'

Suara pedang yang memotong kepala bersamaan datangnya Tian yang mendobrak pintu masuk ke dalam.

"Yang mulia," Tian dengan wujud rubahnya berjalan mendekati Mia yang bermandikan darah lawannya.

Mia terlihat seperti malaikat pencabut nyawa begitu mengerikan namun indah untuk di tatap. Terlihat bulan purnama terlihat begitu terang nan indah.

Menyinari Mia yang melangkah anggun sambil membawa kepala Cherry yang sudah terpenggal dan tangan sebelah kiri memegang pedang yang berlumuran darah. Gaun putihnya sudah tercampur menjadi merah karena darah.

Alroy datang dengan wajah penuh kekhawatiran namun langsung terdiam. "Sangat cantik," gumamnya.

∆∆∆

Mia terbangun dari tidurnya, ia meringis sambil mengusap perutnya. Kenapa ia terbaring? Bukankah tadi ia tengah di cekik seseorang? Atau ini hanya mimpi?

Brakk'

Mia menatap kearah pintu dan terkejut. "Yan, Arthur," ucapnya.

"Tuanku. Astaga! Kau membuatku khawatir. Kau tau, kau sudah tertidur selama tiga hari," ucap Arthur heboh.

Yan memukul kepala Arthur. "Apa ada yang sakit? Biar aku yang memgobatimu," ucapnya.

Mia mengerutkan keningnya. "Tiga? Hari? Kau bercanda?" tanyanya.

Tian datang dari belakang mereka berdua. "Tidak tuanku. Kau memang tertidur selama tiga hari," ucapnya.

Mia menatap shock. Ia memeriksa tubuhnya namun tidak ada luka atau apapun di tubuhnya.

"Selama kau tertidur yang mulia Alroy mengamuk," ucap Arthur.

Mia menoleh. "Lalu sekarang dimana Alroy?" tanyanya.

Yan berjalan mendekati ranjang Mia. "Sedang berburu. Sebentar lagi ia akan kembali," ucapnya.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Yan lembut sambil menggenggam tangan Mia sesaat kemudian ada cahaya putih yang menyelimuti tangan Mia.

Mia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya ya heran. Karena memang ia tidak tau apa-apa.

"Kau tidak ingat?" tanya Arthur.

Mia kembali menggelengkan kepalanya. "Tidak. Ada apa?" tanyanya lagi.

"Kau berubah menjadi orang lain," Tian berjalan mendekat. "Kau membunuh ratu kerajaan Vioncy. Kau memenggal kepalanya," sambungnya.

Mia menatap tidak percaya. "Bukan aku kan?" tanyanya.

Arthur mengangguk. "Percaya atau tidak kau benar-benar menghabisi wanita itu bahkan kau menghancurkan sebagian bangunan istana," ucapnya dengan santai.

Mia terdiam. "Kenapa bisa seperti ini?" tanyanya.

Sebuah sepasang tangan melingkar di pinggang Mia. "Kau bangun sayang," ucap Alroy sambil mengecup pundak Mia dan mengelus perutnya.

"Alroy," panggil Mia.

"Kenapa sayang? Apa yang kau rasakan? Kau butuh sesuatu. Aku khawatir, kau tidak bangun selama tiga hari. Kau tau--"

"Stt.. aku baik-baik saja. Untuk sekarang aku tidak membutuhkan apapun," ucap Mia.

"Alroy. Apa benar aku yang--"

"Menghabisi Cherry? Benar. Kau membunuhnya," potong Alroy dengan cepat.

"Kenapa bisa?" tanya Mia tidak percaya. Alroy tersenyum, ia mengecup pelipis Mia.

"Karena kau memang bisa," jawab Alroy.

Mereka bertiga mengangguk setuju. "Itu benar," sahut Arthur.

"Kau memiliki kekuatan besar. Wajar saja jika itu terjadi," sambung Yan.

Mia terdiam. Ia menatap ketiga orang di depannya. "Tapi aku tidak bisa mengendalikannya. Aku tidak bisa," ucapnya.

Tian tersenyum. "Kau bisa. Kau hanya perlu berlatih. Sampai kau jadi lebih kuat," ucapnya.

"Tidak akan ada yang berani macam-macam denganmu kalau kau bisa melakukan itu," sambungnya.

"Ah ya," suara Yan membuat Mia terkejut. "Aku sedikit mengintip masa depan tentang mu," ucapnya sambil menatap Mia.

"Tentang?" tanya Mia penasaran.

Yan memegang kepalanya yang berdenyut. "Manusia, alat yang membawa manusia memiliki benda berputar di bawahnya. Bangunan tinggi yang aneh," ucapnya.

Tubuh Mia membeku. "Dunia tempat ku berasal," gumamnya yang masih terdengar.

∆∆∆
TBC

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang