17.

12.1K 1.3K 108
                                    

Mia mengerjapkan matanya. Ia memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia mengerutkan keningnya saat melihat Alroy memeluk tubuhnya sambil meletakkan tangannya di perutnya yang rata.

"Alroy," Mia menggoyangkan tubuh Alroy.

"Hm," Alroy mulai membuka matanya. "Kau sudah sadar? Kau tau aku sangat khawatir."

"Maaf. Aku tidak sengaja. Aku hanya merasa tidak enak badan," ucap Mia.

"Itu hal yang biasa jika kau sedang mengandung," celetuk Tian. Mia menoleh, ia mengerutkan keningnya.

"Mengandung? Tunggu dulu," Mia menatap Alroy. "Aku, hamil?"

Alroy mengangguk, ia mengecup punggung tangan Mia. "Ya, kau hamil. Maka dari itu kau sering kali mual dan lemas," ucapnya.

Brakk~

"Alroy gawat!" ucap Oliver panik.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Alroy datar.

Oliver berdecak kesal. Sebenarnya ini rumah siapa? Kenapa Alroy bersikap seolah dirinya tuan rumah.

"Ini gawat," ucap Oliver. Ia lupa ada yang harus ia beritahu pada Alroy.

"Apa?" tanya Alroy kesal. Apa Oliver tidak bisa diam saja? Dasar pengganggu.

"Tentang---"

"Tentang bayi yang di kandungan istrimu," celetuk perempuan dari belakang membuat Alroy menoleh.

Oliver berdecak kesal. Kenapa selalu ada saja pengganggu? Cih.

"Mia kenalkan dia adalah istri Oliver. Vancia Eleanor," ucap Alroy. Mia mengangguk paham. Sedangkan Tian merubah diri menjadi rubah lalu berbaring di samping Mia.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Alroy bingung.

"Vancia sedikit melihat bagian masa depan. Walaupun ini pelanggaran tapi untung saja hanya sedikit yang istriku lihat," ucap Oliver.

"Katakan," ucap Alroy. Mia hanya diam sambil mengelus bulu halus milik Tian saat ia sedang berubah menjadi rubah.

"Bayi yang ada di perut istrimu akan menjadi penerus. Hanya saja---"

"Hanya saja apa?" potong Alroy penasaran.

"Hanya saja. Akan ada banyak musuh yang mengincar nyawa bayimu. Karena dia akan menjadi yang terkuat. Lebih kuat darimu. Tidak tertandingi dan lebih kejam," ucap Vancia.

Alroy dan Mia terdiam. "Jadi, apa yang harus aku lakukan?" tanyanya.

"Hanya bisa berjaga-jaga. Kau tau selain dirimu masih ada kerajaan yang lebih kejam lagi," ucap Oliver.

Vancia mengangguk. "Istrimu harus banyak berlatih. Perperangan besar itu benar-benar akan terjadi," ucapnya.

"Peperangan yang akan menghancurkan segalanya. Alroy, takdir istri dan anakmu sudah terlihat," ucap Oliver.

"Pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. Itu yang sudah aku lihat," ucap Vancia.

"Hanya saja masa depan anakmu ini tidak bisa aku prediksi. Ada kekuatan besar yang menghalangi penglihatan ku disana," ucap Vancia khawatir.

"Mia. Kau harus benar-benar menjaganya. Entah apapun itu, kau harus benar-benar berubah menjadi kuat. Hanya itu saja caranya agar kau bisa melindungi semuanya,"

∆∆∆

"Apa yang kau lamunkan?" tanya Alroy lembut sambil mengelus perut Mia yang masih rata.

Mia terdiam sejenak. "Aku bingung. Disisi lain aku juga takut," ucapnya.

"Apa ini tentang pembicaraan yang tadi?" tanya Alroy. Ia memeluk Mia dari belakang.

Mia mengangguk. Ia menggigit jarinya dengan pelan. "Aku hanya khawatir. Aku takut jika hal itu benar-benar terjadi," ucapnya.

Alroy mengecup kening Mia. "Tidak akan terjadi apapun padamu dan anakku. Aku berjanji," ucapnya.

Bomm~

"Astaga! Rumahku!" teriak Oliver panik. Dindingnya roboh.

Mia nampak melongo, ia menatap Arthur yang tertimbun reruntuhan dinding rumah Oliver.

"Sialan kau!" umpat Arthur. Ia berdiri sambil meringis.

"Apa yang terjadi?" tanya Mia khawatir.

"Tidak ada," balas Yan singkat. "Hanya saja teryata black dragon selemah ini,"

"Siapa yang kau katakan lemah itu brengsek!" Arthur melayangkan pisau kearah Yan.

"Hanya latihan. Kenapa begitu serius sekali?" tanya Tian heran.

Yan mendengus. "Aku berfirasat jika kita akan menghadapi hal lain yang lebih besar. Latihan seperti ini hanya permulaan saja," ucap nya.

Arthur berdecak. "Kau saja yang terlalu serius dasar pria kaku," ucapnya.

Yan mendelik. "Apa kau ingin mati?" tantangnya.

Mia meringis, mereka selalu saja bertengkar. Alroy menggelengkan kepalanya.

"Rumahku," Oliver menatap dramatis dinding rumahnya yang roboh. Padahal ia bisa memperbaikinya dengan hanya satu ucapan mantra.

Alroy berdecih. Mia terkekeh pelan melihat Oliver begitu mendalami perannya.

"Apa kau mau aku menghancurkan seluruh rumahmu?" tanya Alroy datar.

Oliver mendelik. "Oi! Jangan gila. Kau sudah menghancurkan rumahku yang kelima kalinya." ucapnya.

Yan menatap Tian yang diam menatap Mia. "Kau juga. Walaupun kau hewan roh langka sekalipun percuma saja jika tidak ada kekuatan untuk berkelahi," ucap nya.

Tian tersenyum tipis. "Aku? Tidak keberatan," balasnya.

Arthur berdecih. "jangan memandang remeh kau tidak---"

Brukk~

Bomm~

"Apa seperti ini?" tanya Tian dengan polos saat dirinya menyerang Arthur dan Yan hanya dengan menjentikkan jarinya. Yan yang sudah terpental mengenai pohon di belakangnya hingga roboh dan Arthur yang juga terpental pada sisi bangunan yang lainnya.

Oliver nampak melongo melihat rumahnya yang sudah roboh begitu saja. Tian tersenyum.

"Ah maaf. Aku tidak sengaja," ucapnya dengan polos.

"RUMAHKU!!"

∆∆∆
TBC

Queen For The King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang