32

337 43 42
                                    

Halooo!

Apa kabar semuanya?

Yuk ramein setiap paragraf dengan komentar seru. Vee udah kangen banget nih xixixi.

Kalian kangen cerita ini gak sih, ders?

Sekangen apa?

Ok, langsung aja, happy reading...

***

Ruangan itu bergolak. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Seorang lelaki yang duduk paling depan tengah memberikan sesorah. Wajahnya terlihat begitu berapi-api.

"Tidak bisa ditunda lagi. Besok, kita serbu istana. Kita hancurkan Jayanegara. Kita turunkan Raja amoral itu!" teriaknya.

"Besok, penguasa baru akan muncul. Ra Kuti akan menjadi Raja!" timpal yang lain.

"Dan menjadikan para sekar kedaton permaisuri!" seorang yang lain lagi menyahut semangat.

"Sedari awal, Kalagemet itu memang tidak pantas menjadi raja. Dia orang asing. Darah campuran. Tidak seharusnya Majapahit dikotori oleh darah campuran."

"Setujuuuu!" mereka berseru kompak. Ra Kuti menenggak arak dalam cawan. Kemudian mulutnya mengeluarkan kekehan mengerikan.

"Tunggulah kehancuranmu, Jayanegara. Tunggulah."

***

Malam ini terasa amat berbeda. Kabut tebal melayang dimana-mana membatasi jarak pandang. Hawa dingin menusuk menyebar menyebabkan bulu kuduk berdiri.

Kabut tebal yang seakan menyelubungi seluruh kota ini sungguh tidak biasa. Seolah, ada tangan-tangan tak kasat mata yang membentangkan sesuatu lalu membungkusnya dalam kegelapan.

Bhayangkara meningkatkan kewaspadaannya. Di saat seperti ini, orang yang ingin memancing di air keruh bisa sangat menyulitkan.

Bekel Gajah Mada baru saja kembali dari penyelidikkannya. Hasil penyelidikkan itu mencemaskan sekali.

Dharmaputra Winehsuka, pejabat istimewa raja itu, entah apa yang ada di otak mereka. Sampai-sampai akan memberontak merongrong kewibawaan Jayanegara. Dan entah konspirasi macam apa yang membuat semesta seolah merestui dengan menurunkan kabut teramat tebal macam ini.

Seluruh kota terlelap. Tidak ada yang tahu betapa riuhnya persiapan perang itu. Tidak ada yang menyadari, bahwa hari esok tak lagi ramah untuk mereka.

Sang Prabu, Jayanegara, sedang bergelung nyaman di balik selimutnya. Asyik bermimpi tentang jalan-jalannya bersama Keiko sore tadi.

Menikmati sambal wader di warung, meminum air kelapa, menanti sunset di puncak bukit. Kamu tahu? Kecantikan Keiko tampak semakin memancar tertimpa sinar senja.

Jayanegara terlalu larut dalam kebahagiaannya, sampai abai menyadari pertanda yang muncul.

Di kasurnya, Keiko tidur sambil meluk guling. Perlakuan manis Jay seharian ini bikin dia mimpi indah banget.

Saking senengnya, cewek itu gak nyadar kalau Gajah Mada kelihatan agak beda. Di perjalanan kembali ke istana, Bekel Bhayangkara itu lebih banyak melamun dan tak fokus, hingga bisa-bisanya dia hampir kecebur ke selokan.

Ini Gajah kurang gizi loh, gengs. Orang yang menurut Keiko gak pernah ngelakuin sesuatu yang malu-maluin diri sendiri.

Untung hampir, ya, gak nyebur beneran. Abisnya, tu selokan basah banget.

Para prajurit dari kesatuan Jalapati melakukan baris pendem di sudut-sudut tak terduga. Mereka seperti menyatu dengan semak ataupun pohon tempat mereka menyembunyikan diri.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang