5

3.9K 313 88
                                    

"Ya... bukankah kamu calon istrinya?" Tanya si cowok sambil nunjuk gue dan si mata tajem. Gue ngangguk. Eh ngapain gue ngangguk ya? Emangnya gue calon istrinya? Hadeuh Keiko... Keiko. Eror.

"Waah... selamat yaa kang, calon istrimu cantik sekali, dan. Mata biru? Dia bermata biru? Waa... aku belum pernah melihat gadis bermata biru indah seperti ini. Beruntung sekali kamu kakang.!" Cerocos si cowok. Masa sih gak pernah lihat? Boong ah lu.

"Kabar bahagia ini harus kuberi tahu pada yang lain. Hei... Teman-teman.! Kakang Gajah akan segera menikah!" Teriak orang itu. Hah? Gajah... Nikah?

"Benarkah? Waah. Ini calon istrimu kakang? Cantik sekali!" Seru beberapa orang yang menghampiri tempat gue berdiri. Ralat, tempat gue, si mata tajem dan cowok nyari gajah berdiri. Gue cengo. Emang ada gitu ya gajah cantik? Kok gue gak tahu? Dan, wait wait. Kenapa tu pada ngelihatin gue?

"Maksud lo semua apaan sih? Calon istri? Istrinya siapa? Dan... kenapa pada ngerumunin gue? Mo minta foto?"

"Loh?" Mereka natap gue dan si mata tajem. "Bukankah kamu calon istrinya, nini?" Tanya salah satu dari mereka. "What?!" Seru gue bingung.

Untuk beberapa detik, gue diem. "Itu yang matanya setajem silet siapa sih?" Tanya gue gak nyambung. Abisnya gue bingung sih. Nanya calon istri gajah kok ke gue. Emangnya gue gajah? Enak aja. Cantik-cantik gini kok dikira gajah. Gak terima gue.

"Itu? Bagaimana kau tidak mengenali calon suamimu sendiri, nini?" Tanya orang itu. Nah kan? Calon suami apa lagi? Sabarkan Keiko, Tuhan.

"Calon suami gue? Denger yaa, gue itu masih sekolah, masih anak SMA, kok udah mau nikah?" Ucap gue. "Ups, keceplosan."

"Aku belum mempunyai calon istri!", Si mata tajem menginteruksi. "Jadi?"

"Gue bukan calon istrinya... hoaks tuh." Sambung gue. "Lagian nih ya, gue gak kenal ama dia." Tambah gue lagi. Emang benerkan? Gue gak kenal ama dia kok. "Namanya siapa, sih?"

Nah ini dia yang mau gue tanyain dari tadi.

Mereka berpandangan. "Namanya..."

"Gajah Mada!" Ucap si mata tajem. Gue ngalihin pandangan gue ke cowok itu. "Gajah? Mada? Lo apanya ugm?" Tanya gue polos. "Ugm? Apa itu?" Si gajah-gajah itu malah balik nanya. "Aelah lo gak tahu UGM? Kudet bener." Ucap gue.

Eh ngomong-ngomong soal kudet, gue jadi inget ama siraja jay nyebelin kudet ndeso. Kira-kira tu orang udah balik belum ya ke kamar? Kalo udah, apa dia nyariin gue? Secara gue itu ngilang, yah bisa dibilang gitu karena gue juga gak tahu ini tempet apa. Eh tapi gak mungkin. Geer banget lo Keiko.

"Elo emang gak tahu UGM ya. Lupa gue kalo ini tu di majapahit." Ucap gue. "Berarti lo gajah-gajah yang dibilang sama mereka itu ya?" Gajah mada mengangguk. "Masa cogan kaya elo dipanggil gajah sih? Gajah kurang gizi kali tuh" Kata gue watados.

"Cogan? Kurang gizi? Maksudmu?" Tanya si Gajah... gajah siapa tadi namanya? O Gajah Mada, ato lebih tepatnya gue nyebut dia gajah kurang gizi karena tubuh dia gak mencerminkan tubuh-tubuh seekor, gajah. Tukan? Matanya itu lho, khas banget. Gue belum pernah nemu mata kaya dia. Eh gue ngapain sih daritadi?

"Adira!" Suara dingin si Gajah Mada nyadarin gue. "Eh? Ya, bingung juga gue jelasinnya." Jawab gue agak kaget.

"Adira? Jadi nama kamu, Adira?" Tanya yang lain. "Bukaaaan! Nama gue Keiko!"

"Tapi mengapa kakang Gajah memanggilmu Adira?" Tanya si cowok yang tadi nyari gajah. Sampe sekarang, gue belum tahu namanya. "Mana gue tahu? Tanya aja ama dia." Ucap gue. Tiba-tiba cowok yang tadi nyari gajah senyum. "Kalau begitu, bolehkah aku memangggilmu Adira juga?" Tanyanya. "No! Gak boleh, panggil gue Keiko!" Jawab gue. Itung-itung biar nama gue yang keren ini terkenal, eh itu kenapa pada ngelihatin gue kayak gitu? Gue salah ngomong ya?

"Ehm jangan-jangan kamu memang calon istrinya, tapi malu untuk mengakui."

"Ia, sampai punya panggilan tersendiri..."

La ini kok bahas calon istri lagi sih?

"No, bukan! Gue bukan calis diaaa! Kan udah gue bilang, itu hoaks."

"Hoaks itu apa?" Tanya mereka semua sambil natap gue. Duh gue ditatap ama para cogan. Uhuuuyy.!

...

Kenapa?

Lo iri ya?

Ya, gue nyadar kok.

Mereka masih aja natap gue. Duh ini jelasinnya gimana ya?

"Emmmm tanya aja ama mbah gugel." Ups...

"Mbah gugel? Apa itu seperti mbah dukun?" Tanya cowok yang berdiri di sebelah cowok nyari gajah.

Gue diem. Dan sedetik kemudian, "huwahahahahahaha!" Gue ketawa ngakak. Abisnya pertanyaan dia lucu banget sih. Masa gugel disamain ama mbah dukun? Ada-ada aja dah. Mungkin Nayla, Amel, Tasya oneesan, atau lo yang denger pertanyaan ini, reaksinya bakalan sama kayak gue.

"Hahaha, bisa... bisa jadi!" Jawab gue sambil masih ketawa. Mereka ngelihat gue dengan tatapan aneh. Gue langsung berusaha ngehentiin ketawa gue. "Napa lo pada ngelihatin gue kayak gitu?"

"Ah tidak apa Keiko, oya. Tadi kamu belum menjelaskan, hoaks itu apa?" Tanya cowok yang tadi nyari gajah.

"Hoaks itu berita boong, berita yang gak bener." Gue pinterkan? Ia dong, gue. Eh ini gue kenapa sih?

"O begitu." Mereka ngangguk. Huf. Untung mereka ngerti.

"Kamu cantik Keiko." Kata si cowok yang berdiri di sebelah si mata tajem alias gajah mada alias gajah kurang gizi.

"Jangan sampai kamu di..." Si cowok cepat-cepat menutup mulutnya. "Jangan sampe di apa?" Tanya gue penasaran. "Ya, jangan sampai keberadaanmu diketahui oleh..." "Oleh siapa?" Gue natap cowok yang tadi nyari gajah penasaran. Sementara gue lihat si Gajah mada udah ngelihatin cowok nyari gajah dengan tatapan horor. Kok gue yang takut ya? Hiii...!

"Jaga ucapanmu Enggon!." Kata gajah mada dingin. "Ah tidak jadi Keiko." Cowok nyari gajah yang gue tahu namanya enggon itu meralat ucapannya. "Yaah gue kepo banget woyy, kasih tahu dong..." Gue mulai ngelancarin jurus gue.

Enggon mendekat kearah gue berdiri. "Nanti kamu bakalan tahu sendiri Keiko, karena aku sangat tidak boleh memberi tahukannya padamu, jangankan memberi tahu. Membicarakannya saja sudah tidak boleh, tabu!" Enggon berbisik ditelinga gue. "Gimana gue mo tahu coba kalo elo gak ngasih tahu!" Ketus gue. Enggon tersenyum, lalu balik lagi ke tempetnya berdiri tadi.

"Eh bay the way, nama lo Enggon ya?" Tanya gue memastikan. "Ya." Enggon senyum lagi. "Namaku Enggon, yang berdiri di sebelahku ini namanya Pradabasu, di sebelahnya lagi namanya Gagak bongol." Enggon ngejelasin tanpa gue minta.

Abis itu gak ada yang ngomong lagi. Gue sibuk ngelihat burung-burung yang terbang dengan riangnya dari satu pohon ke pohon lain. Sampe gue ngerasa ada yang meratiin gue. Gue menatap ke sekeliling.

Lho kok gak ada? Perasaan tadi ada deh. Tapi, siapa ya?

Gue coba mandang para cowok yang berdiri 2 meter di depan gue. Barangkali salahsatu dari mereka itu yang meratiin gue. Tapi gak ada yang terlihat mencurigakan. Apalagi si Gajah mada, gue gak bisa nebak apa yang dia pikirin dibalik ekspresi datar dan dinginnya. La terus tadi itu siapa? Masa yang meratiin gue tadi, makhluk halus? Hantu? Makhluk gaib? Hiiii. Takuuuut.

"Nini Keiko!"

Ok, lupakan soal hantu dan temen-temennya. Sekarang kita fokus kesuara yang manggil nama gue.

Gue dan mereka menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang pake baju ala-ala prajurit lari kesini. "Nini, Keiko?" Tanyanya pas udah sampe di depan gue. Gue cuma ngangguk. "Mari ikut saya nini, nini Keiko telah ditunggu oleh gusti prabu." Kata orang itu.

Gue ngelempar senyum ke mereka, sebelum ngikutin siprajurit pergi dari tempat itu.

Bersambung***

Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya yaa readers...

Love❤

Vee~~

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang