27

1.1K 128 73
                                    

Halooo!

Ada orang?

Yukk ramein yukk! Vee kangen nih. Xixixi.

Ok deh, happy reading. Tipo langsung koreksi ya.

***

Beberapa anggota Bhayangkara akhirnya di sebar ke segenap kotaraja Tarik. Pencarian Keiko dimulai.

Terselip di antara mereka bekel Gajah Mada. Penampilannya tampak tidak mencolok. Gajah Mada tak memberitahu siapapun kalau dia ikut mencari gadis itu. Bahkan, Gajah Mada lupa memberi laporan pada ratu Tribhuwaneswari. Setelah rapat dadakan dengan pasukannya selesai, Gajah Mada tanpa sadar langsung bergerak mendahului.

Gajah Mada menyusup di sela-sela kebun buah milik penduduk. Buah-buahan itu kelihatannya sudah siap panen. Tatap tajam bak paksi cataka*nya terpaku pada pohon mangga yang buahnya menggantung apik serta presisi.

Mangga ranum itu mengingatkannya pada si gadis tukang bikin rusuh. Si gadis cerewet yang selalu membuatnya terjebak dalam masalah. Juga gadis yang membuatnya setiap hari naik darah.

Gadis itu, Adira namanya. Gajah Mada ingat, terakhir kali saat dia bertemu Adira, gadis itu terasa berbeda. Dan itu karenanya.

Kata-kata Adira yang penuh luka kembali terngiang di telinga Gajah Mada.

"Angin dan lo itu sama-sama dekat, tapi gak pernah bisa tergapai apalagi tergenggam . Karena gak mungkinkan buat genggam angin?"

"Gue janji gak bakalan gangguin lo lagi sekarang. Yang gue gak bisa janji itu ngelupain lo, Gajah kurang gizi. Nanti, kalau lo udah gak capek, izinin gue buat temenan sama lo ya?"

Bahkan, bibir Adira yang tertarik pelan itu masih terpatri jelas di ingatan. Berulang terus seperti kaset rusak.

"Kenapa kamu pergi, Adira?" Tanyanya pelan. "Seharusnya kamu tak usah mempedulikanku. Aku ini lelaki brengsek yang hanya bisa membuatmu menangis."

Sudah tiga hari bekel itu melangkah mengikuti instingnya. Namun hingga kini masih belum menemukan titik terang. Keiko entah berada dimanalah.

"Salahku," cowok itu menunduk. Sungguh, bukan ini maunya. Ia tidak pernah berharap gadis itu pergi. Tidak pernah. Gajah Mada tidak tahu apa yang ia rasakan. Mendadak ia membenci dirinya sendiri karena tak bisa bersikap biasa jika berhubungan dengan seorang wanita. Lebih-lebih Adira.

"Adira. Tolong ajari aku bagaimana caranya memahami wanita. Aku bodoh jadinya kalau sudah begini," monolog dalam hati itu masih bersambung. Gajah Mada masih cukup waras untuk tidak bicara sendiri di tengah kesunyian kebun. Toh malas juga sih mengeluarkan suara. Enakkan ngomong dalam hati. Rahasianya terjamin comfortable 100%.

"Meoww!"

Bujubusrak!

Seekor kucing yang tiba-tiba muncul dari kerimbunan semak bikin Gajah Mada jantungan. Ya, gimana. Orang lagi asik ngegalau kok. Malah diganggu kucing. Jahat. Kucing tak berperasaan.

Memang benar kata pujangga yang dulunya mantan prajurit tapi dia gak lulus. Soalnya waktu lagi simulasi perang dia malah sibuk sendiri buat puisi. Dia bilang, jangan terlalu larut dengan kesedihan (read), GALAU. Karena itu membuat kepekaanmu terhadap sekitar berkurang drastis, kawan.

***

"Keiko sudah ditemukan?"

Jayanegara sedang menerima kehadiran salah satu Bhayangkara di ruangannya. Setiap waktu, Bhayangkara rutin memberi laporan tentang perkembangan pencarian Keiko.

"Ampun Tuanku. Hingga kini keberadaan Keiko masih abu-abu. Kami belum bisa memberi kepastian dimana gadis itu sekarang," Lapor Gajah Enggon ringkas.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang