Halo hola holaaa!
Kangen gak sama Keiko?
Yang kangen, ayo dong kita seru-seruan lagi. Keiko kangen nih sama kegokilan kalian. Yang aktif komennya ya, buns. Votenya juga. Oke oke oke?
PS, kalo komennya tembus 150, Vee double update. Bisa?
Happy reading...
***
Keiko tergugu. Bahunya bergerak mengencang. "Bilang sama gue, ini gak mungkinkan? Gue cuma halu ya? Lo gak ada di sini kan?" Tanya Keiko serak.
Gajah Mada hanya diam. Diam memandang gadis itu yang kini menangis hebat. Gajah Mada tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Kenapa lo diem aja? Elo tuh, gak dinyata gak di halu sama aja ya. Diem mulu."
"Adira." Gajah Mada maju satu langkah. Memperpendek jaraknya dengan Keiko meski sebetulnya masih membentang cukup jauh.
"Gajah kurang gizi. Gue gak mau ngehalu lagi, tolong."
"Ngehalu?" Gajah Mada bergumam samar. Masih asing dengan kata-kata ngehalu, padahal Keiko seringkali mengucapkannya.
"Gue udah gila ya, Gajah kurang gizi? Gue tiba-tiba lihat Jay juga ada disini."
Jay? Apakah Adira mencari Gusti Prabunya?
Gajah Mada berjanji, setelah ini, ia akan membawa Adira pulang. Kembali bersama Sang Prabu yang diyakininya tengah stress di istana.
Meski artinya, ah. Sudahlah. Sekarang bagaimana agar Adira berhenti menangis. Pertanyaannya, bagaimana? Bagaimana cara membuat wanita tersenyum?
Dan mengapa? Mengapa Adira menangis?
"So, ini beneran lo? Or it is just a dream. Isn't it?"
Kepala Gajah Mada menggeleng beberapa kali. Semakin asing saja ucapan Adira. Semakin tak tertangkap yang diinginkannya apa.
"Tolong, Adira. Bisakah kau menggunakan bahasa yang kupahami?" Pintanya pelan.
Keiko termangu. Matanya berkedip beberapa kali.
"Gue lagi gak mimpi kan?" Tanya Keiko akhirnya, dengan bahasa yang jauh lebih sederhana.
Gajah Mada memandangi Keiko dengan tatap paling aneh. "Sudahlah," kata cowok itu.
"Belum, Gajah kurang gizi! Gue harus tahu gue lagi mimpi atau enggak!" Keiko berseru frustrasi.
Sedangkan Gajah Mada, cowok itu menghela nafas kasar. "Mimpi?"
Keiko mengangguk. "Iya. Mimpi. Gak menutup kemungkinan kan, kalau ini mimpi? Buktinya aja, waktu di pohon Mangga itu gue halunya kebangetan."
"Halu lagi, halu lagi. Jenis uget-uget apa sih halu itu?" Gajah Mada membatin dengan tanda tanya segede alun-alun di kepalanya.
"Tidak menutup kemungkinan juga, jika ini bukan mimpi." Jawab Gajah Mada datar.
Aslinya sih, cowok itu bingung bagaimana menjelaskan pada Adira. Kalau hadirnya benar-benar nyata, bukan hanya dalam angan-angan saja. Atau halu apalah itu Gajah Mada mumet.
Keiko terdiam. Mata birunya yang kini redup memandangi Gajah Mada, mencoba menyelami kedalaman manik kelamnya. Tangannya terangkat pelan.
Plakk!
Gajah Mada tersentak. Ia refleks melangkah mundur. Matanya memandangi Adira tajam sekali seakan bilang, ngapa lo nampar gue, bungkus kinderjoy?
Keiko tertawa. "Kalau gini, gue beneran gak mimpi. Soalnya lo bisa ditampol."

KAMU SEDANG MEMBACA
[Dear Majapahit] Why Me?
Historical Fiction#7 in timetravel, 11 April 2020. #6 in Majapahit, 5 Juni 2020. "Jujur, sampai sekarang, gue masih gak ngerti sama apa yang gue alami. Dan gue juga gak ngerti kenapa semesta berkonspirasi nyasarin gue kesini dan ketemu kalian?" Adiera keiko. Seorang...