13

2K 188 38
                                    

Dengan kompak, mereka mengarahkan pandangan ke arah seseorang yang baru tiba. Seseorang yang berhasil membuat Keiko yang tadinya mager melonjak senang.

Sambil berlari, ia menghampiri orang itu. Sudut bibirnya tertarik lebar. "Elo!..."

"Sing? Mengapa kamu berlari-lari? Tidak bisakah kau menemui raja dengan sikap anggun sedikit?" Sambut Jayanegara. Keiko membuang muka malas. "Geer banget tuh Raja. Dipikir gue mau ketemu dia apa? Niat nyamperin dia aja kagak tuh." Keiko menggerutu. "Ngapa lo ngatur gue? Asal lo tahu aja nih ye, gue tuh bukan putri Solo. Mana bisa gue anggun? Gue ya gue. Kalau lo gak suka minggir sana! Ehaloo mas bro mas brooo. Long time no lihat-lihat kalians. Pakabar nih?"

Tiga rusuh plus Pradabasu tersenyum kompak. "Selamat pagi Keiko." Pradabasu menjawab mewakili teman-temannya. Keiko balas tersenyum, menepuk bahu mereka ala cowok-cowok. Sksd mode on.

"Gue kesana dulu ya mas bro mas broo. Buabay!" Kakinya cepat melangkah ke seseorang yang membuatnya tidak jadi mager. Keiko curi-curi pandang dulu sambil menyusun salam pembuka. "Enaknya gue ngomong apa ya? Halo, yo what's up bro Gajah, aaaaa haloooo bro Gajah kurang gizi, atau apa ya?"

Setelah bergulat dengan pikirannya, Keiko mulai membuka pembicaraan. "Ey, Gajah kurang gizi, lama ya kita gak ketemu. Baru sibuk apa nih?" Gajah Mada melirik sekilas tanpa menjawab. Tapi Keiko belum nyerah. Ditepuknya bahu Bekel Bhayangkara itu akrap. "Oi, lo kok diem bae?? Sakit gigi? Sariawan? Atau, belom gajian?"

Ocehan panjang Keiko tetap tak digubris. Gajah Mada lebih senang memamerkan sifat bekunya di depan para wanita. Jangan tanya kenapa, Gajah Mada juga tidak tahu mengapa ia bisa amat malas berurusan dengan makhluk yang namanya PEREMPUAN.

"Gajah kurang giziiiii! Ngomong dikit ngapa sih? Lo tuh harus ngehargain cewek yang udah ngomong panjang-panjang sama lo, tau."

Gajah Mada memandang Keiko tajam. "Hm?" Tanyanya dingin.

"Yampun, gue dah ngomong panjang-panjang, lo cuma jawab hm doang?"

Gajah Mada tetap membeku. Tak peduli dengan gadis cantik didepannya.

"Woy Gajah kurang gizi! Lo kecilnya suka makanin manekin ya?" Keiko tak habis pikir dengan cowok yang satu ini, dinginnya benar-benar. Senyum aja tidak pernah. "Dasar manekin ganteng." Sungut Keiko. Kakinya menghentak-hentak kesal.

"Siiiiiing! Ayoo jalan-jalan!" Jayanegara menghampiri Keiko dan menarik tangannya. Tarikkan tiba-tiba itu membuat Keiko jelas tidak terima. Lagi quality time sama manegants kok diganggu. Kenapa sih raja Jay nyebelin kudet ndeso senengnya gangguin Keiko terus? Kan Keiko kesel jadinya.

"Eh, gue... gue..."

"Gajah Mada, siapkan pengawalan! Aku ingin berkeliling melihat kehidupan kawulaku," titah Jayanegara sok berwibawa. Aslinya sih pencitraan doang. Tebar wibawa dulu lah cuy. Kasih kesan dulu kalau Gusti Prabu Baginda Maharaja Diraja Jayanegara itu peduli sama rakyat. "Oh ia. Kau ikut juga, Gajah mada."

"Hamba, tuanku." Sigap Gajah Mada mengatur pasukkannya. Ia juga memecah pasukkan Bhayangkara menjadi beberapa bagian. Ada yang mengawal kaputren, ada juga yang ikut dengannya mengawal perjalanan Sang Prabu.

"Sing. Ayo cepat!" Jayanegara menepuk pundak Keiko yang diem aja.

"Apa si Jay?" Tanya Keiko malas. Jayanegara tidak menjawab, langsung membawa Keiko ke tempat kereta kuda yang sudah menunggu.

Keiko mau ngelawan lagi, tapi Tu tunggu. Tadi dia kayak denger si Jay ngomong Gajah kurang gizi disuruh ikut? I K U T? Sama Enggon juga, temen-temennya juga? Beneran? Kalau gitu, Keiko tak jadi melawan. Dia nurut aja pas Jayanegara menaikkannya ke atas kereta kuda. Tentunya, masih dengan penampilan tanpa dandan. Para emban itu masih sempat menukar bajunya dengan pakaian yang lebih terlihat realistis di zaman ini. Ya, gak mungkin dong Keiko jalan-jalan pake seragam SMA yang udah buluk penuh debu. Soal dandan, keiko yang memang tidak mau didandani sama emban. Ngelihat bedaknya yang aneh aja Keiko langsung mules. "Itu bedak,, apa tepung beras Rossbren? Kok kembar?"

Terlepas dari bedak kembaran tepung beras Rosbren, kereta yang dinaiki Keiko benar-benar megah. Kereta yang berlapis emas gemerlapan itu bergerak anggun melintas gerbang Purawaktra. Dengan lambang buah Maja, beratap payung-payung berwarna emas. Yang bikin Keiko ngiler itu emasnya. Hasratnya tinggi untuk mencabut emas-emas murni itu dari tempatnya. Lumayankan kalau dijual. Bisa jajan cilok plus ramen setahun. Bisa juga buat beli baju brandet, tas brandet, setoko-tokonya juga bisa dibeli, seembak-embaknya juga bisa. Tapi Keiko males beli mbak-mbaknya. Lebih cantikkan dia soalnya.

Kendaraan horang kaya ya begini gengs. Shining shimering bling bling.

 Shining shimering bling bling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Buset buset buset. Ternyata beneran king. Gue kira kan dia halu. Eh, taunya. Gilaaa, berasa jadi horang kaya nih gue. Ya dari lahir gue emang udah kaya, sih. Gak di Indo, England, Japan, bahkan di negri antah berantah gue juga always being horang kayah."

Keiko bermonolog dalam hati. Bibirnya terus tersenyum dan melambai-lambaikan tangan kepada siapapun. Diam-diam, Keiko mengeluarkan ponsel dan berhati-hati mulai membuat video. Semoga aja tidak ketahuan.

"Yo hello eferebadeeeh! Followers gue yang budiman tapi gak sekaya gue, tebak gue lagi dimanaaa? Yops benar syekalee boskueeee. Gue lagi di kereta yang bling bling. Percaya gak ni kereta kudanya punya gue? Harus percaya dong. Nah sekarang gue lagi keliling kota nih. Tuh, disitu ada orang jualan, nah itu ada orang lagi nunduk-nunduk, gak tahu tuh ngapain dia nunduk-nunduk ke gue. Eh itu ke gue kan ya? Au ah, gaje emang. Mana banyak bet lagi yang nunduk-nunduk." Keiko mengarahkan kameranya, merekam rakyat yang berbaris rapi di sepanjang jalan.

"Wah, ada cogan guys. Pada naek kuda tuh cogannya." Kamera beralih menyorot ke barisan para Bhayangkara. "Kalian suka cogan yang mana? Kalau gue sih..."

"Sing. Kau berbicara dengan siapa?"

"Kepo lo," Keiko menjawab cuek. "Abaikan suara orang jelek barusan. Jangan tanya dia siapa, karena gue males jawabnya. Ok guys, intinya holiday gue kali ini Seruuu. Banyak cogan yang uwu banget soalnya, gizi gue tercukupi. Ok gue udahin dulu ya videonya. Buabay!"

Keiko mematikan ponsel setelah menyimpan video dan foto selfienya. Rencananya sih buat update story kalau dah balik ke Indonesia.

"Sing, inilah Tarik. Pusat kerajaanku. Kau suka, Sing?" Jayanegara kembali mengajak Keiko berbicara. Tangannya diletakkan di atas tangan Keiko. Mau nolak, tapi Keiko lagi males bikin keributan. "Jadi lo beneran raja? Gue kira boongan."

Jayanegara tertawa renyah. "Aku berbohong? Tidak lah, Sing. Tidak ada gunanya aku berbohong padamu. Eh, Sing,"

Keiko mulai tak fokus mendengarkan Jayanegara berbicara. Sebab, matanya terkunci pada satu sosok gagah di samping kereta. Keiko ingin sekali turun dari kereta, menghampiri sosok itu dan mengajaknya berbincang. Kalau boleh berharap lebih, Keiko ingin berboncengan kuda dengan dia. Biar keren gitu. "Kenapa sih dia kelihatan mantul banget? Padahal temen-temennya semuanya gak kalah mantul. Kenapa dia?"

Lama-lama Keiko bosan mendengarkan Jayanegara. Keiko juga bosan cuma duduk di sini. Kaki Keiko beneran gatal sekarang. Pokoknya dia harus turun. Nanti, kalau ada kesempatan, Keiko berjanji akan mempergunakan itu sebaik mungkin. Untuk turun dari kereta bling bling, apapun akan dilakukan.

***

Haloo gaes. Pakabar semuanya? Pada ngapain aja nih di rumah?

Stay safe, stay healthy semua. Tetep stay di rumah ya. Kalian jadi parno buat kemana-mana gak sih gara-gara Corona?

Kalau bisa, Vee bakal usahain buat sering update untuk nemenin kalian. Kalau bisa lho tapi. Hehehe.

Oh ia, don't forget to vote, comment, and share.

See you on the next chapter.

Love love love.

Vee.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang