23

1.3K 152 202
                                        

Haloooo!

Adakah yang masih stay di lapak penuh lumut ini?

Happy reading.

***

Panas dari matahari yang semakin menyengat mengusik tidur lelap seorang gadis. Dia mmenggeliat malas.

"Ahh. Matahari, entaran dulu panasnya napa? Gue masih mager neh."

Dia bergumam tak jelas. Matanya kembali memejam.

Cuit cuit.

Burung-burung bernyanyi riang. Sesekali, mata indah mereka menatap ke bawah, tempat sesosok gadis yang sedang tidur pulas.

Lihat, tuh. Saking pulesnya, di pipi si gadis udah banyak pulaunya. Dari Jawa sampe Kalimantan. Posisi tidurnya juga aneh banget. Pake naek-naekin kaki segala, lagi. Kepalanya juga miring-miring, kayak seakan mau jatoh. Gak sakit apa?

Burung-burung juga heran. Pasalnya, matahari sudah panas begini, tapi si gadis seolah tak terganggu. Masih asyik melayang di ruang mimpi tanpa batas. Persis sekali dengan tetangga mereka, pak burung hantu.

Pak burung hantu itu, kalau hari sudah malam dia baru bangun. Sungguh aneh.

Well, burung-burung itu hanya belum tahu konsep nokturnal, sepertinya.

Pletakk.

"Aduh!"

Sebuah jambu menimpa kepala si gadis. Ada burung yang iseng menjatuhkan jambu itu dari pohonnya. Si burung agaknya gemas melihat si gadis yang molor terus.

Sigadis berguling sebentar, mengambil jambu itu untuk kemudian melemparkannya jauh ke semak-semak. "Jam berapa ma?" Gumamnya makin ngelantur. "Keiko mager sekolah, maa. Entaran aja deh ya."

"Cuit cuit!"

"Iya ma iyaaa. Later, five more minutes okay?"

"Cuit cuit cuiiiit!" Burung itu melengking nyaring. Sayapnya mengepak-ngepak gemas.

"Apa sih ma? Cuit-cuit mulu. You look like a bird tau, ma." Gadis itu berguling ke kiri. Tangannya bergerak memeluk batang kayu.

Keadaan sejenak tenang. Sampai tiba-tiba, sigadis menjerit dengan frekuensi suara yang sangat tinggi. "Aduuuuhh! Semut! Ngapain lo gigitin gue HAHH! Sakit oi! Ngerti kagak lo anjir!"

Gadis itu memukul-mukul batang kayu di dekapannya. Batang kayu itu, sih, padahal gak tahu apa-apa.

"Iya iyaaaa Kei bangun nih maaa! Cuit-cuit mulu deh perasaan."

Si gadis bertabur pulau pemilik nama Adiera Keiko itu beranjak bangun. Tangannya mengusap-usap hidung. Kemudian beralih memerhatikan sekitarnya.

"Jadi, gue masih disini?" Ia bertanya pada dirinya sendiri. Pertanyaan yang tidak perlu sebenarnya, toh emang jelas-jelas dia masih di hutan bukan di kamar ber AC dengan ranjang king size. Sudah jelas juga, atap yang menaungi ia sekarang adalah langit, bukan genteng.

Keiko mengecek ransel. Ponselnya masih tersimpan aman di sana. Lengkap sama headset. Bawaan yang lain juga masih ada. Ok, aman. Berarti di sini gak ada maling atau copet atau sebangsa itulah.

Masalah nomor1, keamanan barang. Complete.

Keiko bisa duduk-duduk santuy dulu sambil ngelihatin rusa lari-lari. Saking semangatnya lari, rusa itu sampai jatoh-jatoh kesandung semak.

"Weh, deer, santuy elah. Gak bakal gue sate juga lo."

Keiko bangkit dari duduknya. Kakinya berjalan menghampiri si rusa. Rusa itu langsung ngacir saat Keiko datang. Pikirnya, Keiko itu adalah ancaman berbahaya yang harus lekas dihindari.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang