30

1K 105 130
                                    

Haloo!

Kaget ga Vee update?

Yang mau marah sama Vee karena gantungin kalian kemalaman, maksud Vee kelamaan, dipersilakan😭

Tapi, boleh ga sih kita melepas kangen dengan readers yang rame?

Ok, happy reading...

°°°

Jayanegara benar-benar menepati ucapannya untuk mengurung Keiko di kamarnya selama ia pergi. Katanya, Jay mau nyiapin dinner buat mereka berdua. Tapi, ya itu. Keiko gak boleh keluar sesentipun dari kamar. Kan, Keiko jadi gabut.

Keiko cuma bisa muter-muter di depan lemari kaca. Lemari kacanya Jay ini yang dari awal bikin Keiko ngiler. Habis, di lemari itu kelihatan perhiasan yang berkilau-kilau cantik, menunggu untuk dimaling.

"Buka gak ya, buka gak ya. Duh, gatel bet tangan gue."

Keiko mengusap lembut permukaan kaca yang halus. Saking halusnya, muka Jay aja kalah mulus. Hihi.

"Ah, buka aja deh. Dikit doang ini. Ngintip aja mah gak masalah. Sukur-sukur bisa nyolong."

"Perlahan Keiko menarik pintu itu. Eh, aduh, pintunya dikunci. Sepertinya Jayanegara sudah bisa menebak tangan jahil Keiko yang tidak bisa diam. Sebelum lemarinya direcoki, lebih baik diamankan.

"Pasti si Jay nyembunyiin kuncinya gak jauh dari sini. Mari kita cari!"

Dengan cepat, Keiko bergerak ke setiap sudut kamar, memburu keberadaan si kunci. Meja berukir diteliti, sela jendela dipelototi, bawah kasur dimasuki. Bahkan, gelas bekas minum Jay tak luput dari pengamatannya. Siapa tahu aja kan, Jayanegara ngumpetin kuncinya di situ.

Namun nihil. Kunci lemari itu raib entah ke mana.

"Lo di mana sih nci?" Keiko bertanya kesal. "Lo gak tahu apa, gue mau gondol emas-emasnya Jay. Biar bisa jadi Keiko Kol. Ini lemariku. Isinya emas. Emasnya dari zaman batu. Emas ini sudah jadi fosil. Ah mantap. Dijamin langsung ep y p gue. Firal gue seIndonesia. Banyak endors. Cosplay jadi sultan."

"Kau sedang bicara dengan siapa, Sing?"

"Eeh Jaykol! Jengkol!" Keiko refleks berbalik. "Lo ngagetin aja sih, Jay."

Tawa Jayanegara pecah melihat ekspresi Keiko. "Sing, kau menggemaskan sekali."

"Wah, terimagaji. Anda juga menggitukan sekali, Mas Jay."

"Menggitukan bagaimana Sing?" Tanya Jayanegara.

"Itu, tampan," puji Keiko.

"Eh? Benarkah?" Sudut bibir Sang Raja tertarik lebih lebar. Langka sekali Keiko memujinya begini rupa.

"Bener. Tapi boong hiya hiya hiya!" Keiko tertawa jahat. Puas mengerjai balik Jayanegara.

Aduh. Kecewa, sih. Tapi ya tidak apa lah. Senyum manis Jayanegara tetap tercetak lebar.

"Jadi, siap makan malam bersamaku?"

Keiko mengangguk semangat. "Kalau urusannya udah makanan, siap dong. Yok ah buruan. Laper nih gue."

***

"Waah!" Keiko berseru takjub melihat pemandangan di depannya. Taman yang disulap menjadi tempat makan dadakkan. Dengan lilin berwarna serta obor temaram. Berbagai makanan tersusun di atas meja. Dan yang paling penting, nasi warna-warni faforit Keiko ada di sana.

Jayanegara membimbing gadis itu duduk di kursi berukiran indah yang sudah disiapkan sebelumnya. Mereka berdua duduk berhadapan.

Keiko menyendokkan nasi warna-warni banyak-banyak ke piringnya. Suapan pertama, Keiko merem melek. Aduh, rasanya udah lama banget dia gak makan seenak ini.

[Dear Majapahit] Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang